Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menarik buat Pelajar, Berpelesir sambil Belajar dari Alam

Kompas.com - 05/03/2015, 11:23 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Penulis

JARUM jam dinding baru saja menyentuh angka enam di pagi ini. Tiga orang murid kelas 5 Al-Jabr Islamic School, Jakarta Selatan bersama orang tua dan guru telah meninggalkan Kota Jakarta untuk menuju Kawasan Puncak, Jawa Barat. Bukan sekadar pelesir biasa, mereka akan mengamati Sungai Ciliwung bagian hulu.

Dua mobil melesat cepat memasuki jalan tol Jagorawi. Kunjungan wisata edukasi yang pertama kali akan mereka datangi adalah Curug 7 Cilember di Desa Jogjogan, Kecamatan Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Mereka tampak tak sabar untuk melihat Ciliwung bagian hulu.

Dari informasi yang telah mereka kumpulkan dari beberapa sumber, salah satu hulu Sungai Ciliwung ternyata berasal dari Curug 7 Cilember. Setelah berputar-putar mencari pintu masuk Wana Wisata Curug Cilember, tepat pukul 08.00 WIB akhirnya anak-anak itu tiba.

“Ayo anak-anak kita masuk. Perhatikan flora dan faunanya ya. Jangan lupa dicatat dan didokumentasikan," kata Hana Triana (31, guru Al-Jabr Islamic School kepada murid-murid, Senin (2/2/2015).

Mereka mulai menyusuri anak-anak tangga menuju salah satu air terjun yang telah menderu-deru. Di kiri anak tangga, para murid melihat aliran air yang jernih. Raut wajah mereka terlihat mengernyit menemukan perbedaan warna air.

“Miss, ini jernih ya airnya. Beda seperti yang di tengah. Ternyata masih bersih," ucap Naila Darin Anindya (10) kepada sang guru.

Begitupun para orang tua murid yang baru pertama kali berkunjung ke Curug Cilember, mereka juga ikut terheran. Orang tua murid tak mau melewatkan kesempatan untuk menggali informasi tentang keberadaan Sungai Ciliwung bagian hulu. Mereka mengarahkan para buah hatinya untuk fokus memperhatikan apa yang ada di sekelilingnya.

Kompas.com/Wahyu Adityo Prodjo Salah satu air terjun di Wana Wisata Curug 7 Cilember, Desa Jogjogan, Kecamatan Cisarua, Bogor, Jawa Barat, Senin (2/2/2015). Aliran sungai Cilember akan menyatu dengan Sungai Ciliwung.

Saat melewati, tempat berkemah, lagi-lagi mereka dibuat kaget dengan keanekaragaman fauna di Cilember. Monyet-monyet berkejaran di sisi kanan anak tangga. Kupu-kupu beterbangan diantara pohon pinus yang membuat teduh pagi ini.

Dekat Taman Konservasi Kupu-Kupu, mereka berhenti di depan sebuah papan untuk melihat informasi keanekaragaman hayati di Curug 7 Cilember. Dengan sebuah smartphone, informasi biodiversitas segera mereka rekam. “Ini semua ada di sini, Miss? Pohon ini yang mana? Terus ini mana?" Mereka penasaran.

Sekitar 50 meter dari Pondok Kayu, aliran Curug 7 yang menghujam batu-batu sudah menunggu anak-anak. Mereka akan melihat salah satu hulu Ciliwung yang mengalir ke Jakarta. Para murid segera mempercepat langkah karena setelah ini mereka masih akan menuju satu tempat lagi yang merupakan hulu sungai.

“Oh ini, Miss asalnya Sungai Ciliwung? Masih bersih banget ya. Dingin, Miss," kata Sabian Aksa Zullian (10) sambil mencipratkan air ke tangan.

Hana mengatakan sebelum datang ke Cilember, mereka telah studi banding ke Komunitas Peduli Ciliwung (KPC) Lenteng Agung dan Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) Universitas Indonesia. Lewat foto dan kunjungan langsung, mereka melihat bagaimana kondisi Sungai Ciliwung bagian tengah.

Selepas dari Curug Cilember, anak-anak bergerak menuju salah satu hulu Ciliwung yang lain yaitu Telaga Warna. Hulu tersebut berada di pinggir perkebunan teh milik dan di tengah hutan tropis. Telaga Warna telah dikenal oleh wisatawan sebagai obyek wisata di Kawasan Puncak, Jawa Barat.

Kompas.com/Wahyu Adityo Prodjo Salah satu hulu Sungai Ciliwung, Telaga Warna, Desa Tugu, Cisarua, Bogor, Senin (2/2/2015). Siswa-siswa Al-Jabr Islamic School berkunjung ke objek wisata Telaga Warna untuk melakukan studi tentang Ciliwung.

Sunyi dan sejuk menyelimuti kawasan telaga. Air tenang ini tampak berwarna hijau. Anak-anak mulai memasuki pintu gerbang yang terbuat dari jajaran bambu. Mereka mulai mengamati keadaan sekitar. Riuh ramai celoteh penasaran kembali terlontar dari mulut anak-anak.

“Ini airnya gimana mengalirnya, Miss? Kok gak deres kaya di Cilember?” Davin Sean Oliver (11) bertanya.

Dari pengamatan mereka bersama sang guru, mereka belum melihat adanya aliran air. Namun setelah menuju ke satu sudut telaga, air ternyata menyerap melalui parit-parit kecil. Hingga akhirnya aliran tersebut mengalir menyatu ke Sungai Ciliwung.

Kompas.com/Wahyu Adityo Prodjo Siswa-siswi Al-Jabr Islamic School sedang mengamati flora yang ada di Telaga Warna, Senin (2/2/2015). Keberadaan monyet di salah satu hulu Sungai Ciliwung ini menandakan ekosistem masih terjaga dengan baik.

Di sisi dekat menara flying fox, gerombolan monyet meloncat-loncat mencuri perhatian anak-anak. Mereka mengamati salah satu fauna yang ada di Telaga Warna. Sekelebat mereka hilang di tengah pepohonan. Di hulu Ciliwung, para monyet masih hidup liar di habitatnya.

Dari dua kunjungan wisata edukasi ke dua hulu Ciliwung, murid-murid Al-Jabr Islamic School menyimpulkan bahwa kondisi Hulu Sungai Ciliwung sangat berbeda dengan bagian tengah. Mereka menduga bahwa dengan adanya tempat wisata dan jauh dari pemukiman menyebabkan kondisi hulu masih bersih. Anak-anak terlihat menikmati kegiatan wisata sambil belajar dari alam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com