Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jejak “Hitam” Pendaki Gunung Everest

Kompas.com - 07/03/2015, 09:10 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Penulis

KOMPAS.com – Sherpa, pemandu pendaki Gunung Everest, di Nepal mengklaim bahwa sampah yang ditinggalkan oleh pendaki telah mencemari kebersihan lereng Gunung Everest dan berpotensi menyebarkan penyakit.

"Kotoran manusia yang menumpuk selama puluhan tahun mengeluarkan bau yang tidak menyenangkan," kata Ang Tshering Sherpa, Ketua Asosiasi Pendaki Gunung Nepal, seperti yang dikutip dari Reuters.

Dengan ratusan pendaki yang melewati pemandangan terbesar di Himalaya, ada kekhawatiran bahwa gunung tertinggi di dunia ini akan penuh sesak. (Baca: Biaya Pendakian ke Everest Diturunkan)

Sherpa mengatakan kotoran manusia sekarang menjadi masalah yang lebih besar daripada botol oksigen, tenda robek, tangga rusak, dan kaleng atau bungkus yang tertinggal di Everest.

“Dibuang di lubang es, kotoran manusia tetap berada di bawah salju. Ketika disapu oleh gletser (ketika salju mencair), kotoran itu akan kembali muncul," katanya.

Ia menambahkan bahwa kotoran itu juga menimbulkan bahaya bagi kesehatan masyarakat yang bergantung pada air sungai yang berasal dari gletser yang mencair.

Pendaki Gunung Everest mengatakan mereka sering terpaksa jongkok di tempat terbuka atau bersembunyi di balik batu untuk mengeluarkan kotoran itu.

“Standar kebersihan sangat rendah," kata Michelle Jana Chan, penulis Telegraph Travel. 

“Ketika ada antrean untuk menggunakan fasilitas yang telah disediakan, mereka akan menggali lubang di tempat lain atau mungkin mereka tidak akan repot untuk melakukan itu. Situasi hanya akan memburuk. Jika Anda tiba di tempat kemah yang kotor, Anda akan berpikir tidak masalah untuk menambah kotor," katanya.

Ia menuturkan tempat kemah di Himalaya, khususnya jalur pendakian menuju puncak tertinggi telah mengalami masalah yang serius.

Sekarang Nepal mengancam dengan menegakkan peraturan secara ketat untuk meminta pendaki membersihkan kotoran mereka dan membawanya kembali ke titik awal pendakian. Aturan yang disosialisasikan sejak tahun lalu, para pendaki diharuskan mendepositkan dana sebesar 4.000 dollar AS yang akan hangus ketika pendaki tidak membawa kembali 8 kg sampah dan kotoran manusia.

Michelle Jana Chan mengatakan aturan ini sulit ditegakkan. “Pendaki, pemandu, dan pemerintah harus bersama menegakkan dengan kesadaran diri dan aturan yang berlaku. Setiap orang harus merasa bertugas dan jika perlu menekankan untuk menjaga pegunungan agar tetap bersih," katanya.

Ekspedisi Everest Hijau yang setiap tahun membersihkan Gunung Everest dan dipimpin oleh Dawa Stephen Sherpa telah mengangkat 15.000 kilogram sampah tapi tidak dapat diperkirakan berapa banyak sampah yang telah ditinggalkan.

Sementara beberapa pendaki membawa tas toilet portable untuk digunakan di kemah yang lebih tinggi, limbah mereka tidak berbahaya dan masalah yang perlu ditangani.

Secara total, sekitar 4.000 pendaki telah mencoba mendaki Gunung Everest. Salju mengubur paling tidak 260 orang yang mencoba mendaki.

Pada tahun 2012, seniman dari Nepal mengubah 1,5 ton sampah yang berasal dari lereng Gunung Everest menjadi karya seni sebagai bagian dari kampanye kesadaran untuk menjaga puncak tetap bersih.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

Travel Tips
Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Travel Update
Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Travel Update
4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

Travel Tips
Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Jalan Jalan
4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

Travel Tips
Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Travel Update
Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Jalan Jalan
Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Jalan Jalan
 7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

Jalan Jalan
5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

Travel Tips
Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Travel Update
Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com