Perubahan jadwal itu membuat seluruh kru, panpel, peserta dan segala perlengkapannya harus ngebut untuk menyesuaikan diri. Sedangkan apabila diundur, urusan persiapan properti dan segala sesuatunya lebih mudah. Namun dengan dimajukan 2x24 jam, maka semuanya harus melakukan percepatan. Agar, pentas “Angklung for The World” itu tampil sempurna, penampilan maksimal dan jumlah pesertanya tetap di angka 20.000 orang.
Memajukan jadwal dalam rentang waktu persiapan yang mepet serta mengatur 20.000 orang memerlukan energi dan konsentrasi besar. Tetapi, jika dibandingkan dengan dampak yang ingin diraih bisa lima kali lebih dahsyat. “Itulah tantangan. Di situlah challenge, untuk merebut double impacts, menghibur di internal, dalam negeri, serta mengesankan di eksternal, bagi tamu yang berasal dari luar negeri,” kata Arief Yahya.
“Kami yakin, kami masih bisa mengejar. Soal pilihan waktu ini sangat penting, agar semua Kepala Negara dan delegasi dari berbagai negara itu ikut haru, ikut senang, dengan sambutan warga Bandung dan Indonesia dalam memperingati peristiwa bersejarah bagi bangsa-bangsa Asia Afrika itu,” jelas Arief yang juga mantan CEO PT Telkom itu.
Manfaat lain, lanjut Arief, seni musik tradisional angklung itu juga makin populer di negara-negara Selatan Selatan. Pergelaran sebesar dan se-spektakuler itu harus turut dirasakan suasananya oleh tamu-tamu penting yang berkunjung di Bandung.
Menurut Menpar, ide dasar konser raksasa angklung itu untuk menyambut Peringatan ke-60 KAA. Sebagai Ketua Bidang Side Events, dirinya harus mengkoordinasikan berbagai acara dengan tujuan meramaikan, menghibur, dan menyambut peringatan itu. "Ada dua pihak yang perlu disentuh, yakni delegasi dari berbagai negara, dan masyarakat lokal dan nasional Indonesia," katanya.
Arief memaparkan, momen di Bandung ini sangat spektakuler yakni pemecahan rekor main angklung kolosal. Sebelumnya di New York (5.000 orang), dan Beijing (10.000 orang). “Silakan hadir, silakan berfoto-foto, mengambil gambar, shoot video, up load ke media sosial, karena main angklung kolosal seperti ini belum tentu setahun sekali,” tambah Arief Yahya. (*)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.