Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketenangan Danau Lau Kawar yang Terlupakan

Kompas.com - 24/04/2015, 14:03 WIB
Roderick Adrian Mozes

Penulis

KOMPAS.com - Wisatawan yang berkunjung ke Sumatera Utara, kerap kali menjadikan Danau Toba sebagai destinasi wisata. Namun, jika Anda ingin merasakan pengalaman lain cobalah berkunjung ke Danau Lau Kawar yang berada di Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Untuk mencapai Danau Lau Kawar, Anda bisa berkendara selama tiga jam dari kota Medan menuju Berastagi.

Selama perjalanan menuju Danau Lau Kawar, Anda akan disuguhkan dengan pemandangan Gunung Sinabung dan perkebunan sayur milik warga yang berada di bawah kaki gunung. Jika Anda beruntung, Anda bisa melihat Gunung Sinabung saat tidak tertutup kabut.

Jalan menuju ke Danau Lau Kawar sebagian besar telah diaspal. Jalan tanah akan Anda temukan ketika sudah mendekati Danau Lau Kawar. Jangan khawatir, jalan tersebut masih bisa dilalui dengan kendaraan roda dua maupun roda empat.

Udara sejuk menyambut ketika menjejakkan kaki di Danau Lau Kawar. Maklum saja danau ini terletak persis di bawah kaki Gunung Sinabung. Airnya yang tenang berpadu dengan hijau pepohonan nan memanjakan mata membuat betah berlama-lama di sana.

Anda bisa duduk di dalam pendopo yang berada persis di pinggir danau untuk bersantai. Di kawasan ini juga terdapat area berkemah bagi wisatawan yang memutuskan untuk bermalam di tepi danau.

Menurut warga sekitar ada kisah dongeng yang melekat di Danau Lau Kawar. Dulu ada dua orang bernama Sinabung dan Sibayak. Mereka tidak pernah akur dan selalu bertengkar. Pertengkaran itu membuat ibu mereka bersedih dan akhirnya air matanya jatuh berlinang lalu berkumpul dan terbentuklah Danau Lau Kawar.

Mitos lain pun berkembang bahwa danau ini merupakan air mata dari tangisan seorang ibu yang dilupakan keluarganya yang sedang berpesta. Sedangkan dia ditinggalkan sendiri dan kelaparan.

Tidak Terawat

Sayangnya mitos itu seperti menjadi kenyataan setelah danau ini menjadi salah satu kawasan yang terdampak erupsi Gunung Sinabung. Letusan Gunung Sinabung kali pertama terjadi di tahun 2010.

Akibatnya danau ini seperti dilupakan begitu saja. Beberapa bagian pendopo ada yang rusak dan tidak diperbaiki. Rumput tumbuh dengan subur namun tidak ditata. Tidak ada lagi penjaga di depan pintu masuk. Karena itu tidak heran jika danau ini sepi pengunjung. Hanya sesekali warga sekitar datang dan memancing di danau itu.

"Kondisinya sudah jauh berbeda dengan yang pertama kali aku datangi, ini berantakan sekali," kata Fikria Hidayat, fotografer Kompas.com yang terlibat dalam tim "Ekspedisi Alam Liar: Peduli Sinabung", saat melihat danau tersebut, Rabu (15/4/2015).

Fikria pernah mendatangi danau ini di tahun 2010 setelah erupsi Gunung Sinabung pertama kali, namun sebelum erupsi besar terjadi di tahun itu. Dulunya danau ini menjadi titik awal para pendaki yang ingin mencapai puncak Gunung Sinabung. Kini di tengah keheningan dan tenangnya air, danau ini ibarat sebuah "tangis" pilu penuh kesepian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com