Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wisata Blusukan dan Sejarah di Queen Victoria Market

Kompas.com - 10/05/2015, 12:07 WIB
Ferganata Indra Riatmoko

Penulis

MELBOURNE, KOMPAS - Kunjungan ke Queen Victoria Market menjadi salah satu agenda yang sayang untuk dilewatkan jika berkesempatan singgah di Kota Melbourne, Victoria, yang berada di sisi selatan benua Australia tersebut. Selain dapat melihat dan merasakan bahan masakan dari berbagai belahan dunia, pengunjung juga bisa mengenal salah satu bagian sejarah penting dari kota tersebut.

Kami berkesempatan mengunjungi pasar yang telah menjadi salah satu ikon Melbourne tersebut setelah mendapat undangan dari Dinas Pariwisata Victoria serta Indonesia Air Asia X bulan Maret 2015 lalu mulai membuka jalur penerbangan ke dari Bali ke kota Melbourne. Perjalanan menuju pasar yang biasa disebut Victoria Market dari Tune Hotel tempat kami menginap di Jalan Swanston dapat kami tempuh dengan berjalan kaki selama sekitar 15 menit. Suhu yang berkisar 15 derajat celcius membuat perjalanan tersebut sama sekali tidak terasa melelahkan.

Setelah kami tiba di pintu utama pasar yang berada dalam gedung berarsitektur khas Eropa dengan cat kuning tersebut, kami disambut oleh Jenny Tieppo yang bertugas memandu kami. “Selamat datang di Queen Victoria Market, tempat di mana anda bisa ‘berkeliling dunia’ di dalam pasar,” sambut Jenny dengan hangat, Sabtu (9/5/2015).

Ia pun segera mengajak kami memasuki pasar yang dibangun tahun 1878 tersebut. Pada bagian pertama, peserta tur selama dua jam dengan biasa 49 Dollar Australia tersebut diajak memasuki bagian tempat penjualan berbagai macam daging. Pengunjung tidak hanya bisa menemui daging sapi atau unggas maupun ikan, namun juga bisa menemui penjual daging kanguru di pasar itu. Bahkan salah satu kios yang mengkhususkan menjual daging hewan liar juga menyediakan daging di buaya dan emu. “Bahkan terkadang mereka juga menjual daging onta,” bisik Jenny.

Kesan bersih terasa di dalam pasar tersebut karena sama sekali tidak ditemui lantai yang becek maupun satu pun lalat yang beterbangan. Kemudian kami memasuki salah satu gedung yang mengkhususkan menjual berbagai macam roti, keju, maupun anggur khas Eropa. Menurut Jenny, gedung tersebut merupakan salah satu gedung yang terbaru di kompleks pasar itu dan baru mulai beroperasi pada tahun 1929.

Bagian dalam pasar tersebut terlihat mewah berkat lantai teraso serta dinding gerai yang dibuat dari marmer yang didatangkan dari Itali. Agar terlihat mewah, kayu penyangga bangunan tersebut bahkan dicat dengan bahan nikel sehingga nampak seperti besi. Pengunjung bisa mencicipi berbagai roti dan bumbu dari berbagai negara di bagian ini. Mulai keju dari Perancis, Dolmates dari Yunani, pasta dari Italia, hingga anggur chardonnay dan coklat yang dibuat di Australia. Pasar ini paling ramai dikunjungi saat akhir pekan.

Norman Lianto, mahasiswa dari Indonesia yang sudah enam tahun bermukim di Melbourne, mengaku kerap berbelanja di pasar tersebut karena barang yang tersedia begitu lengkap.

Mempelajari Sejarah

Selain berbelanja, pengunjung juga dapat mempelajari salah satu sejarah penting yang terletak di bagian pasar tersebut. Menurut Jenny, bagian pasar yang saat ini digunakan untuk tempat penjualan beraneka cinderamata yang sebagian besar buatan Tiongkok tersebut dahulunya merupakan sebuah pemakaman. “Terdapat setidaknya 10.000 makam di bawah tempat yang kini digunakan untuk tempat penjualan cinderamata dan tempat parkir itu. Hanya 900 di antaranya yang berkesempatan membayar untuk memindahkan jenazah keluarga mereka. Mungkin inilah satu-satunya pasar di dunia yang dibangun di atas makam,” kata Jenny.

Salah satu yang dimakamkan di tempat itu adalah John Batman, pendiri kota Melbourne. Di atas kuburannya yang berada di dekat tempat parkir itu kini didirikan semacam tugu peringatan untuk penanda makam tokoh tersebut. “Bahkan warga Melbourne sendiri tidak banyak yang tahu bahwa makam pendiri kota mereka berada di sini,” seraya menunjuk pada tugu setinggi kurang lebih 3 meter tersebut.

Kini, pasar tersebut terus berkembang menjadi pasar yang modern namun tetap berupaya mempertahankan keaslian peninggalan sejarahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

Travel Tips
Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Travel Update
Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Travel Update
4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

Travel Tips
Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Jalan Jalan
4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

Travel Tips
Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Travel Update
Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Jalan Jalan
Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Jalan Jalan
 7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

Jalan Jalan
5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

Travel Tips
Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Travel Update
Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com