Ampelmann membuat saya merasa aman saat menyeberangi sejumlah jalan saat mengunjungi kota tersebut awal Juni lalu. Awalnya, saya cuek dengan sosok yang muncul saat lampu merah atau lampu hijau menyala. Sama seperti di Indonesia, saya tetap mematuhi aturan bahwa berhenti saat lampu merah menyala dan menyeberang saat lampu hijau menyala.
Rasa penasaran saya muncul saat salah satu rekan dari Tim Greenfolks - pemenang kompetisi program nonton bareng bertajuk Heineken Champion The Match - heboh saat melihat lampu pedestrian yang ada Ampelmann seperti di Jalan Schlueterstrasse. Mereka berfoto dengan latar belakang simbol penyeberang pejalan kaki tersebut.
Ampelmann memang terkenal di Berlin. Selain menjadi tanda lampu pedestrian, Ampelmann menjadi buah tangan dalam bentuk gelas, baju, gantungan kunci, jam, dan lain-lain. Oleh karena itu, saya banyak menemui toko-toko menjual cenderamata dengan desain Ampelmann.
Berkembangnya Ampelmann yang merupakan produk Jerman Timur yang saat ini menjadi produk turistik, tidak terlepas dari keruntuhan tembok Berlin pada 1989.
Sekelompok warga Jerman Timur tidak rela jika sepotong sejarah mereka dibumihanguskan. Mereka kemudian membentuk sebuah komite bernama Rescue the Ampelmännchen. Mereka berusaha melobi Menteri Lalu Lintas Berlin sampai mengizinkan agar Ampelmann tidak dihilangkan. Mereka pun berhasil.
Sejak 2005, banyak lampu pejalan kaki di Berlin barat diubah dengan gaya timur. Kota Huckeswagen menjadi yang pertama di bekas wilayah Jerman Barat menggunakan Ampelmann.
Ampelmann kemudian semakin mendunia setelah seorang desainer grafis, Markus Heckhausen, memenangi hak cipta untuk menjual dan memasarkan desain Ampelmann pada 1996 dan memulai sebuah perusahaan bernama Ampelmann Ltd. Menurut catatan The Guardian pada 2011, perusahaan tersebut menjual 500 barang Ampelmann mulai dari kalung anjing, anting-anting hingga aplikasi iPhone. Perusahan ini memiliki omzet sekitar 8 juta euro per tahun dan memiliki empat toko di Berlin, serta mendirikan satu toko di Seoul dan Tokyo.
Heckhausen harus berterima kasih kepada Karl Peglau. Peglau-lah yang menciptakan Ampelmann pada 1961. Proses terciptanya Ampelmann tidak terlepas dari pandangan psikolog lalu lintas tersebut bahwa lampu pedestrian tidak boleh dibatasi oleh usia dan kesehatan. Lampu pedestrian seharusnya dapat dipahami anak-anak, orang tua, hingga penyandang disabilitas.
Oleh karena itu, Peglau merancang seorang pria kecil sebagai simbol pejalan kaki. Ampelmann tersebut menggambarkan pria ceria, bersemangat, dan borjuis dengan topi yang dikenakannya.
Tidak hanya itu, Ampelmann menjadi "hidup". Menteri Dalam Negeri Jerman Timur bersama Junge Welt - perusahaan penerbitan dan game - mengembangkan Ampelmann. Sebagian animasi cerita Ampelmann dengan nama Stiefelchen dan Kompasskalle disiarkan sebulan sekali menjelang waktu tidur anak-anak. Cerita Ampelmann menarik perhatian dan internasional dan meraih penghargaan di Cekoslovakia pada 1984.
Namun, Peglau harus berpisah dengan Ampelmann setelah ia meninggal di Berlin pada 29 November 2009 dalam usia 82 tahun. Dia meninggalkan istrinya, Hildegard, dan dua anak. Meski telah meninggal, karya Peglau masih abadi sampai saat ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.