Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keunikan Pelabuhan Tua Sunda Kelapa Terancam Hilang

Kompas.com - 30/06/2015, 13:22 WIB
JAKARTA, KOMPAS - Keunikan Pelabuhan Sunda Kelapa terancam hilang menyusul rencana pemerintah merevitalisasi kawasan bersejarah itu. Dengan dana sekitar Rp 500 miliar, pihak Pelabuhan Indonesia II berencana menambahkan beberapa crane modern di pelabuhan yang ”melahirkan” kota Jakarta ini.

Rencana itu meresahkan warga yang tinggal di sekitar Pelabuhan Sunda Kelapa dan para pegiat pelestarian kawasan cagar budaya. ”Sunda Kelapa bukan pelabuhan biasa. Ini merupakan cikal bakal kota Jakarta. Sebelum kolonialisme Portugis dan Belanda, Sunda Kelapa sudah ada,” tutur Mansyur Amin, warga Kampung Luar Batang yang merupakan Ketua Sunda Kelapa Heritage, Kamis (25/6/2015).

Menurut Mansyur, pemerintah seharusnya merevitalisasi Sunda Kelapa dengan mempertahankan keunikan pelabuhan itu. Adanya peralatan modern di Sunda Kelapa dipastikan akan merusak nuansa dan nilai sejarah pelabuhan yang sudah ada sejak abad ke-12 itu, masa ketika Kerajaan Pajajaran berkuasa.

Meskipun kondisi Sunda Kelapa saat ini kumuh dan kurang tertata, pelabuhan rakyat ini sering dikunjungi wisatawan, baik asing maupun lokal. Para penghobi fotografi juga kerap menyambangi pelabuhan ini untuk mengabadikan gambar-gambar eksotis dari kapal-kapal kayu yang bersandar.

Mereka yang berkunjung ke Pelabuhan Sunda Kelapa datang untuk melihat kapal-kapal layar yang terbuat dari kayu atau sering disalahsebutkan sebagai kapal pinisi. Kapal semacam ini semakin jarang digunakan sebagai angkutan pelayaran antarpulau dan jarang diproduksi karena ketiadaan kayu ulin sebagai bahan pembuat kapal.

Pemandangan unik lain di pelabuhan yang pernah menjadi pelabuhan pelayaran antarbangsa yang dulu dikembangkan Portugis ini adalah masih adanya cara bongkar muat barang menggunakan kuli panggul.

Para kuli tersebut menaikkan dan menurunkan muatan dengan cara meniti papan kayu panjang yang membentang dari atas kapal ke dermaga.

”Pemandangan semacam itu sangat menarik dan sudah jarang ada,” kata Rahmat Wasesa, penghobi fotografi. Ia pernah beberapa kali membawa teman dari luar negeri untuk memotret di Pelabuhan Sunda Kelapa.

Selain kapal layar serta tradisi bongkar muat barang, di Pelabuhan Sunda Kelapa juga bisa ditemukan warga yang menyisir kawasan pelabuhan menggunakan sampan. Selain untuk mencari ikan, sampan juga digunakan untuk membawa wisatawan yang ingin berkeliling kawasan tersebut.

Hingga sekarang, kata Mansyur, warga belum tahu seperti apa rencana induk revitalisasi pelabuhan tersebut. Namun, mereka berharap agar Pelabuhan Sunda Kelapa tetap dikembangkan sebagai pelabuhan rakyat yang mempertahankan ciri tradisional.

”Selain dikembangkan sebagai pelabuhan rakyat, Sunda Kelapa seharusnya juga dikembangkan sebagai pelabuhan wisata,” ujarnya. Selama ini turis kesulitan untuk mencapai pelabuhan itu. Mereka yang berjalan kaki rawan mengalami kecelakaan karena minimnya trotoar. Sarana kamar mandi umum serta tempat berteduh bagi wisatawan juga tidak ada.

Warisan dunia

Seandainya benar Pelabuhan Sunda Kelapa jadi dimodernisasi, Jakarta akan kehilangan bukti sejarah dari keberadaan kota itu sendiri. Sejarawan JJ Rizal mengatakan, Pelabuhan Sunda Kelapa merupakan bagian dari zona sejarah yang ditetapkan sendiri oleh pemerintah.

Sebuah lembaga yang mendukung karya seni dan pusaka Jakarta (Jeforah) juga tengah berupaya bersama Pemerintah DKI Jakarta untuk membawa Pelabuhan Sunda Kelapa sebagai pusaka dunia (world heritage).

Rizal mengatakan, revitalisasi pelabuhan kuno seharusnya tetap mengacu pada asas revitalisasi, yaitu tidak mengubah konsep atau ciri khas dari pelabuhan itu. Sunda Kelapa seharusnya bisa tetap bersanding dengan Pelabuhan Kalibaru atau dikenal sebagai Pelabuhan Tanjung Priok.

”Sunda Kelapa dan Tanjung Priok merupakan dua pelabuhan dengan konsep yang berbeda,” tutur Rizal.

Hilangnya ciri khas Sunda Kelapa, menurut Rizal, sama saja menghilangkan situs prakolonial di pelabuhan yang menjadi ”rahim” dari lahirnya kota Jakarta. Di Sunda Kelapa, kata Rizal, pernah berdiri kerajaan bernama Sunda Kalapa dan Kraton Jayakarta.

”Kraton itu menurut sejarah berada di sekitar Hotel Omni Batavia hingga ke gedung Galangan Kapal VOC yang ada di sekitar Pelabuhan Sunda Kelapa,” ujar Rizal.

Sementara itu, Minggu (28/6/2015), masyarakat di sekitar Sunda Kelapa dan beberapa komunitas pegiat pelestarian akan menggelar kampanye untuk menyelamatkan Sunda Kelapa. Kampanye digelar dalam bentuk buka bersama, pameran foto, dan diskusi di atas kapal pinisi.

Sunda Kelapa yang setiap hari disinggahi puluhan kapal tradisional menunggu untuk diselamatkan. Pelabuhan ini menjadi sandaran utama bagi perdagangan antarpulau dengan komoditas utama bahan kebutuhan pokok, bahan bangunan, dan barang kelontong. (Lusiana Indriasari)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com