Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bernostalgia di Kedai Es Deddy Jambi

Kompas.com - 22/07/2015, 16:09 WIB
JAMBI, KOMPAS.com - “Waktu saya kecil, biasanya saya diajak ke sini, makan es sambil berteduh.”

Kalimat itu dilontarkan oleh Pras, warga Kota Jambi, sambil menyeruput es campur pesanannya di Es Deddy. Es Deddy bisa dikategorikan sebagai ikon kuliner di Kota Jambi.

Dari namanya saja, sudah jelas jika aneka menu es adalah sajian utama mereka. Terletak di kawasan Pasar Besar, Es Deddy berdiri sejak tahun 1980-an.

Sejak saat itulah dan hingga kini interior di Es Deddy tidak pernah berubah. Masih memanfaatkan sebuah ruko sederhana, interior Es Deddy sukses mengundang warga Jambi untuk bernostalgia.

“Dari dulu ya seperti ini. Gambar-gambar lucu di temboknya sudah ada sejak saya masih di sekolah dasar,” ujar Pras.

Sudah puluhan tahun Pras tidak berkunjung ke Es Deddy. Memori Pras pun kembali ke masa kecilnya. Pada periode 1990-an, Pras kerap diajak kedua orangtuanya berbelanja di Pasar Besar. Cuaca panas kemudian menggiring keluarganya untuk singgah di Es Deddy.

“Di sini biasanya untuk ngadem,” kata Pras yang karyawan swasta.

Nama Es Deddy diambil dari pendirinya, Deddy. Deddy mendirikan usaha es ini sejak usia 20 tahun. Pengakuan Deddy, saat ini usianya sudah memasuki 64 tahun. Sejak awal mendirikan usahanya, Deddy sudah menempati ruko di Pasar Besar. Lokasi Es Deddy terletak persis di depan eks bioskop Mega.

“Dulu banyak orang yang makan di sini setelah nonton di bioskop,” kata Deddy.

Di dinding ruko, terdapat deretan foto yang menggambarkan perjalanan Es Deddy dari tahun ke tahun. Terdapat tiga buah foto Deddy bersama selebriti lawas, salah satunya pelawak Doyok.

“Saya sudah lupa yang lain karena sudah lama sekali,” kata Deddy.

Es Deddy menyediakan aneka panganan es. Es campur adalah menu unggulan di kedai ini. Tidak seperti es campur yang biasa ditemui di Jakarta, Deddy mencampur cincau hitam, agar-agar, cendol, kacang merah, kacang hijau, dan selasih.

Bahan-bahan itu kemudian ditimbun dengan serutan es yang masih menggunakan penyerut tua. Tumpukan es kemudian dilengkapi dengan susu kental manis. (Deodatus Pradipto)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com