Sebagai ahli kuliner Indonesia yang menekuni dan mempelajari cara membuat rendang padang, William tengah mempelajari bagaimana Jepang, Korea, India, Thailand, dan sekarang Vietnam bisa menduniakan kekayaan kulinernya. ”Itadakimasu day (hari mari makan) di banyak negara itu fenomenal. Dimulai tiga tahun lalu, gerakan ini melipatgandakan rumah makan Jepang di seluruh dunia dari 25.000 menjadi 55.000,” ujarnya.
Tidak hanya memopulerkan makanan, upaya ini menggerakkan industri pangan dan bumbu lokal di Jepang untuk diekspor ke seluruh dunia. ”Kita tahu, tidak ada satu pun makanan Jepang yang tidak memakai bahan asli dari Jepang. Ini kekuatan ekonominya,” katanya.
Cara Jepang menggerakkan ekonomi lokalnya dengan kuliner perlu dicontoh untuk makanan khas Indonesia yang mulai digemari luas di luar negeri. Rendang padang, misalnya. Selain memastikan pola masaknya yang benar, bumbu harus bumbu Indonesia. Perlu ekspor bumbu Indonesia lebih banyak. ”Terlebih santan. Santan Indonesia itu khas karena pekat, gurih, dan wangi,” ujarnya.
Untuk menjaga kekhasan kuliner Indonesia itu, William tengah mendapat tugas sebagai penyelia menu Indonesia di Frankfurt Book Fair, 14-18 Oktober 2015. Di pameran buku terbesar di dunia itu, Indonesia menjadi tamu kehormatan dengan sejumlah fasilitas.
”Tiap hari harus kami siapkan 1.500-2.000 porsi makan siang yang akan dibeli para pengunjung. Ini kesempatan baik memperkenalkan kekhasan rendang padang dengan bumbu dan santan dari Indonesia,” ujarnya. (INU)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.