Nantinya, dalam MEA, ada lima hal yang memiliki akses bebas antara negara-negara di ASEAN: barang, jasa, sumber daya manusia, uang, dan investasi. Setiap negara kemudian akan saling bersaing sekaligus mendukung satu-sama lain untuk menghadapi persaingan global. Salah satu aspek yang perlu dipersiapkan dalam hal ini ialah pariwisata.
Menurut CEO MarkPlus, Inc., Hermawan Kartajaya, pariwisata menjadi gerbang masyarakat untuk melihat Indonesia sebelum menentukan akan berivestasi. Karena itu Hermawan menjelaskan Indonesia memerlukan branding yang efektif dan tunggal untuk satu negara.
“Pariwisata ini pintu gerbang semuanya, salah satu alasan orang mau datang ke Indonesia ya wisata, setelah itu baru yang lain, makanya kita perlu satu branding untuk negara,” kata Hermawan dalam Konferensi Pers ASEAN Marketing Summit 2015, di Jakarta, Kamis (17/9/2015).
Sementara itu, Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya saat ditanya perihal ini menjawab tidak masalah. Menpar mengatakan branding Indonesia sejauh ini bahkan telah membuahkan prestasi.
Menurut Travel & Tourism Competitiveness Index (TTCI) 2015, indeks daya saing wisata yang diluncurkan World Economi Forum, Indonesia menduduki peringkat 50 dengan nilai 4,04 dari 141 daftar negara yang ada. Ini meningkat jauh dari sebelumnya yang bahkan Indonesia tak masuk 141 besar. “Branding ‘Wonderful Indonesia’ sudah membawa kita naik hampir seratus peringkat ya,” katanya.
Sementara untuk negara dengan peringkat pertama hingga kelima berturut-turut ialah Spanyol, Perancis, Jerman, Amerika, dan Inggris. Untuk wilayah Asia dijuarai Jepang yang menduduki peringkat 9. Untuk wilayah Asia Tenggara Singapura masih memimpin pada peringkat 11.
Alasan Menpar, ‘Wonderful Indonesia’ bagus di luar, tapi tidak dekat untuk masyarakat Indonesia, maka untuk masyarakat dalam negeri dibuat ‘Pesona Indonesia’. “Ini tidak jadi masalah ya, lagi pula kata ‘pesona’ itu kata yang bagus,” katanya.
Sektor pariwisata Indonesia sendiri sejauh ini masih didominasi oleh wisata budaya. Menurut Arief, 60 persen wistawan ke Indonesia karena tertarik dengan sosial budaya, 30 persen karena alamnya, baru 5 persen karena wisata yang dibuat manusia atau man made.
Untuk itu branding "Wonderful Indonesia" selalu menggunakan iklan-iklan budaya meski dilatarbelakangi alam yang indah. Arief mencontohkan salah satunya iklan ‘feeling is believing’. “Iklan itu kan bicara budaya ya tapi dilatarbelakangi dengan alam yang Indah,” ujarnya usai konferensi pers.
Selain Hermawan Kartajaya, akan hadir juga Philip Kotler, pembicara utama yang dikenal dengan bapak pemasaran modern. Ada juga Dipak C. Jain yang merupakan Direktur Sasin Graduate Institute of Business Administration of Chulalongkorn University, Bangkok, dan Hooi Den Huan yang merupakan Direktur Nanyang Technopreneurship Center. Acara akan diselenggarakan Jumat, 9 Oktober 2015 di Ballroom, The Ritz-Carlton Jakarta, Pacific Place.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.