Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wisata Jordania, Terimbas Panas Negara Tetangga

Kompas.com - 05/10/2015, 08:26 WIB
MENJELANG matahari terbenam, langit mulai memerah. Sepasang orang muda tampak penuh senyum saat pengambilan gambar pra pernikahan. Tempat yang sepi dengan pemandangan lepas ideal buat pengambilan foto. Tak jauh dari situ, seorang pria memainkan musik untuk pengunjung. Kendati hanya tiga meja yang terisi, pria tersebut tetap bersemangat memetik gitar sambil menyanyi. Dia bahkan tetap setia menyanyi ketika tamu sudah berkurang satu meja saat hari semakin malam.

Ma’in, tempat Restoran Evason yang kami kunjungi berada, adalah kota wisata yang memiliki belasan sumber air panas. Untuk menuju tempat ini, kendaraan melewati jalan berliku naik-turun, sesekali diselingi pemandangan laut. Dari atas menengok ke bawah, jalur mobil mirip ular.

Malam itu kami menyudahi hari dengan makan malam yang menyenangkan setelah hari sebelumnya menghabiskan hari yang padat acara. Manajer restoran bernama Ibrahim sempat menghampiri saat kami akan pergi meninggalkan restoran.

”Terima kasih sudah datang,” katanya. Kami berlima berhenti sejenak. Ibrahim kelihatannya cukup banyak waktu untuk bercakap-cakap sehingga dari yang awalnya hanya basa-basi, dia bercerita tentang banyak hal.

Sebelum negara tetangga Jordania memanas, restorannya selalu penuh. ”Anda bisa mengantre untuk bisa tempat duduk,” katanya. Kini, restoran itu lebih sering melompong, hampir setiap hari. Turis yang dulu datang dari banyak negara, empat tahun terakhir berkurang dan terus berkurang.

Mereka, kata Ibrahim, mengira Jordania tidak aman sehingga turis takut datang. ”Padahal, Jordania aman-aman saja, perang terjadi di negara lain. Kami terkena imbas,” kata Ibrahim. Dia mengaku sedih, tetapi tetap bersyukur untuk kedamaian yang terjadi di negaranya. ”Yang paling penting hidup damai dan sehat. Kami mensyukuri itu,” ucap Ibrahim.

Ma’in dikenal sebagai salah satu tempat rekreasi di Jordania dengan sumber air panas yang terletak 220 meter di bawah permukaan laut sebagai andalannya. ”Ada 15 sumber air panas di sekitar sini,” kata Manajer Hotel Evason, tempat kami menginap.

Hotel dengan bangunan yang didominasi kayu tersebut, siang itu terasa sepi ketika kami tiba. Kami menduga tamu-tamu sedang beristirahat di kamar atau sedang keluar. Di restoran hotel, tidak ada satu tamu pun yang sedang makan. Koki dan pramusaji menemui kami untuk menanyakan pilihan menu yang ingin kami santap siang itu.

Sebagai hotel resor, tak banyak yang bisa dilakukan di sana kecuali mengeksplorasi fasilitas yang ada di sekitar hotel. Rasanya waktu berjalan perlahan. Tempat baru, dengan suasana yang sepi, ternyata tak membuat nyaman.

Bagi warga Jordania, apalagi yang bergerak di bidang wisata, suasana sepi pasti lebih mengganggu. ”Dulu, kalau ke Petra, Anda tidak mudah mengambil foto tanpa terganggu orang lain. Ribuan orang pergi ke Petra setiap hari. Dulu, kalau ke Laut Mati, Anda akan melihat banyak sekali orang mengapung,” kata pemandu kami, Mohammad al-Awimer, yang selalu bangga dengan negaranya yang dikatakan sangat terbuka terhadap semua orang.

Tamparan datang terus-menerus. Jauh sebelum Suriah bergejolak, turisme Jordania sudah terpukul dengan perang di Irak. Ketika perang Irak mereda, muncul konflik lain di Suriah, empat tahun lalu. Demikian pula negara tetangga lain, Mesir, yang tak berhenti bergolak.

Jordania yang berpenduduk lebih dari tujuh juta jiwa ini memang berbatasan dengan banyak negara. Di utara ada Suriah dan Irak, sebelah tenggara ada Arab Saudi, di selatan berbatasan dengan Mesir, lalu Israel dan Lebanon. Berita panas yang terus-menerus ditayangkan dari daerah-daerah yang sedang berkonflik ternyata besar pengaruhnya terhadap negara tersebut.

”Anda kini melihat sendiri, kan, Jordania aman, di sini tidak ada perang,” ucap Menteri Pariwisata dan Kepurbakalaan Nayef al-Fayez saat berbicang dengan kami, media dari Asia Tenggara. Malam itu, Nayef menjamu makan malam 95 pekerja media dari sejumlah negara yang mengikuti program Mega Trip. Ini kali kedua dalam setahun dewan pariwisata mengundang media.

Pariwisata Jordan memang sangat terpukul dengan situasi negara-negara tetangga. Hanya seminggu saja kami berkeliling, keterpurukan itu terasa di mana-mana. Tempat wisata andalan Petra, padang pasir Wadi Rum, pesona Laut Aqaba, tak terasa keramaiannya.

Hanya hotel di kawasan Laut Mati, tempat kami menginap, yang masih terasa hidup dengan lobi hotel yang kelihatan sibuk dan ruang makan yang penuh. Itu pun menurut keterangan karena akhir pekan dan hotel memberikan diskon besar.

Mohammad beberapa kali menunjukkan hotel bintang lima yang kini tak lagi beroperasi. Salah satunya di ikon Jordania, Petra. ”Dulunya ini hotel yang sering didatangi orang-orang terkenal,” katanya, menunjukkan sebuah hotel besar dan mewah yang kini terpaksa ditutup. Dan, yang seperti ini, ada banyak lagi di tempat-tempat lain di Jordania. (Retno Bintarti dari Amman, Jordania)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com