Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wisata Kapal Pesiar Indonesia Susah Berkembang? Ini Solusinya

Kompas.com - 12/10/2015, 20:16 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ada tiga aspek menjadi pekerjaan rumah pelaku industri pariwisata termasuk pemerintah Indonesia untuk mengembangkan wisata kapal pesiar di Indonesia. Aspek-aspek tersebut yakni pelabuhan, teknologi informasi dan komunikasi, dan sumber daya manusia.

"Untuk terminal, kalau kita bandingkan dengan Marina Bay Singapura, dari kapasitas ruangan untuk menampung tamu jumlahnya sudah berbeda (dengan Indonesia). Marina Bay Singapura punya pelabuhan khusus untuk cruise yaitu Marina Harbour Cruise Center," kata Marketing Manager PT Multi Alam Bahari Internasional, Andi S. Indana kepada KompasTravel usai jumpa pers "Royal Carribean International" di Jakarta, Senin (12/10/2015).

Marina Harbour Cruise Center sendiri memiliki kapasitas ruangan menampung tamu lebih dari 3.000 orang. Oleh karena itu, Andi mengatakan Indonesia memerlukan pelabuhan dengan kapasitas ruangan tamu yang lebih besar.

Apalagi umumnya kapal pesiar yang datang ke Indonesia tidak berlabuh di pelabuhan khusus kapal pesiar. Jika ditambah lalu lintas kapal feri dan barang, suasana di pelabuhan di Indonesia yang biasa dipakai untuk kapal pesiar, menjadi ramai dan dapat menyebabkan antrean yang panjang.

"Itu yang harus diantisipasi. Idealnya (kapasitas ruangan) di atas 3.000 orang. Selain itu juga kedalaman laut. Cruise besar nggak akan bisa masuk (ke Indonesia)," jelasnya.

Aspek kedua adalah teknologi informasi dan komunikasi yang terkait dengan industri wisata kapal pesiar. Andi mengatakan jika wisata kapal pesiar membutuhkan sistem reservasi secara online yang dapat menghubungkan antara sistem di dalam kapal dengan sistem pelabuhan.

KOMPAS/HERPIN DEWANTO PUTRO Cak dan Ning Kota Surabaya menyambut turis yang melintasi garbarata (jembatan penghubung kapal dan terminal) saat turun dari kapal pesiar MV Seabourn Odyssey yang singgah di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (29/11/2014).
"Seperti sistem check-in. Wisatawan kan nanti transit atau datang bisa check-in," tambah Andi.

Ia menyakini jika kompetensi keahlian sumber daya manusia Indonesia tak kalah dengan Singapura. Pekerjaan rumah yang harus dilakukan, lanjut Andi, adalah merancang sistem informasi yang lebih canggih.

Kemudian, aspek terakhir adalah sumber daya manusia terkait dengan pelayanan yakni penggunaan bahasa. Andi menambahkan jika masih banyak orang-orang Indonesia yang malu untuk berbahasa Inggris. Ia menganjurkan untuk tidak takut berbahasa asing khususnya Inggris karena bahasa tersebut diperlukan.

"Bagaimanapun caranya, kalau terus diajar, pasti akan bisa (berbahasa Inggris)," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com