Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyusuri Sungai Pulau Bumi "Sikerei"

Kompas.com - 08/12/2015, 11:18 WIB
SUNGAI Silaoinan yang membelah Kecamatan Siberut Selatan di Pulau Siberut, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, pernah populer pada 1980-an. Suguhan keindahan alam berpadu eksotisme budaya Mentawai mampu menarik banyak wisatawan. Setelah puluhan tahun berlalu, pesona Silaoinan tak berubah.

Siang itu, Boas Sabeleake (44) tengah membuat perahu berukuran panjang 9 meter dan lebar 70 sentimeter saat pompong yang kami tumpangi menepi di tepi Sungai Silaoinan di Dusun Magosi, Desa Muntei, Siberut Selatan, awal September lalu. Melihat kami, Boas pun menghentikan pekerjaannya. Lalu dengan ramah dia menyapa dan mempersilakan kami melihat lebih dekat perahu yang tengah dibuatnya.

”Membuat satu perahu butuh waktu beberapa minggu. Prosesnya dimulai dari mencari pohon ke hutan dan membawanya ke perkampungan. Setelah itu, dilanjutkan dengan pembuatan perahu. Di bagian akhir, digelar pesta. Pesta sifatnya wajib sebelum perahu digunakan. Jika tidak, perahu tersebut akan cepat rusak. Kalau dilihat, prosesnya memang lama, tetapi menarik untuk diikuti,” kata Boas.

Pembuatan perahu adalah aktivitas masyarakat Mentawai yang bisa kita temui ketika menyusuri Sungai Silaoinan. Selain itu, ada berbagai siklus kehidupan masyarakat Mentawai yang bisa kita lihat secara langsung.

Sebelum tiba di Magosi, menyusuri Silaoinan dengan pompong, yang rata-rata berukuran panjang 9 meter dan lebar 60 sentimeter, selama beberapa jam dari dermaga kecil di Desa Muntei memang menegangkan sekaligus mengasyikkan.

Puluhan menit awal perjalanan memang jauh lebih mudah dan tanpa halangan karena jalur sungai yang dilewati masih lebar, yakni sekitar 20 meter. Tikungan juga tidak terlalu banyak sehingga pengemudi bisa lebih mudah mengendalikan perahu.

Situasi mulai berbeda ketika lebar sungai hanya 7 meter. Selain karena sungai semakin dangkal, tikungan juga semakin banyak. Sang pengemudi mulai bekerja keras mengendalikan laju perahu. Sesekali, dia harus turun ke sungai ketika perahu tersangkut sesuatu atau kandas.

Pada saat yang sama, banyak juga batang pohon yang menjorok ke sungai sehingga penumpang harus berkali-kali menunduk. Ada juga batang pohon sagu yang masuk ke dalam sungai membuat perahu berguncang ketika dilewati.

”Tenang saja. Semuanya terkendali. Teman-teman sebaiknya menikmati perjalanan. Lihatlah suguhan alam di kiri dan kanan kita,” kata Timo Salaesek (35), pengemudi pompong.

Mendengar itu, beberapa penumpang pun mulai melepaskan tangan mereka yang sejak awal berpegangan erat di bibir perahu.

Mereka pun mulai mengeluarkan kamera. Sambil menjaga posisi duduk, mereka mulai mengarahkan kamera untuk mengabadikan apa yang terlihat di sekitar sungai.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com