Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kelewat Enak, Durian Vera Sering Ditolak Ikut Lomba

Kompas.com - 30/01/2016, 09:11 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

AMBARAWA, KOMPAS.com - Musim durian telah tiba. Salah satu tujuan penggemar durian di Jawa Tengah untuk menikmati buah berduri itu adalah Desa Brongkol, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang. Di desa ini ratusan pohon durian tumbuh dengan subur. Rata-rata tinggi pohonnya 30 meter.

Bila sedang musim, durian mudah dijumpai dijajakan di sepanjang jalan dari Banyubiru menuju Jambu. Bahkan di Desa Brongkol ada pasar khusus buah durian. Meski begitu, banyak orang berburu durian langsung di pohonnya yang berada di kebun-kebun dan rumah petani durian.

Nah, salah satu lokasi berburu durian yang dicari pengunjung adalah rumah durian "Vera Duri Permata" milik Amir Mahmud (65) di Dusun Tabak Gunung, Desa Brongkol. Di sini ada satu varian durian yang populer, yaitu durian vera.

Penasaran dengan kisah tentang durian Vera, beberapa waktu lalu Pejabat (Pj) Bupati Semarang Sujarwanto Dwiatmoko mengunjunginya guna membuktikan cerita yang beredar. Komentarnya?

"Legitnya dapet, manisnya dapet, ada pahitnya, lumernya juga dapet. Durian dari Semarang,  Gunungpati dan Mijen lewat," puji Sujarwanto, begitu merasakan durian Vera yang disuguhkan langsung oleh pemiliknya.

Adapun Gunungpati dan Mijen adalah daerah penghasil durian di Kota Semarang yang terkenal. 

Sujarwanto lantas menceritakan, durian asal Brongkol menjadi langganan juara di festival durian. "Asal tahu saja, yang menang festival di Semarang itu durian kita dari Brongkol, bukan dari Mijen atau Gunungpati," ungkapnya.

Cerita itu dibenarkan Amir Mahmud, pemilik kebun. Menurut Amir, saking seringnya memenangi lomba, durian Vera ditolak oleh panitia dalam tiga lomba durian terakhir.

"Sebenarnya sudah tiga kali ingin diikutkan, tetapi selalu ditolak. Alasannya kalau ikut lagi, yang lain pasti kalah. Yang terakhir kemarin disebut bobotnya tidak memenuhi syarat. Padahal yang dilombakan rasanya," kata Amir.

Namun ternyata masing-masing pohon durian di Desa Brongkol mempunyai cita rasa yang berbeda-beda pula. Amir sedikitnya mempunyai 50 pohon durian di lahan seluas tiga hektar.

Pada musim panen seperti bulan Januari ini, desa tersebut mendadak ramai oleh penikmat durian. Selain dari daerah sekitar, pengunjung datang juga dari Kudus, Yogyakarta, Bandung, hingga Jakarta.

Rata-rata durian Brongkol dijual Rp 50.000 per buah. Namun khusus durian Vera harganya bisa mulai dari Rp 100.000 hingga Rp 150.000 per buah, tergantung ukuran.

"Di sini ada juga durian Pak Harto, durian Manalagi, Susu, Jambon. Tapi yang istimewa memang durian Vera. Secara fisik hampir sama dengan durian lainnya. Tetapi rasanya manis, legit, bercampur pahit," kata bapak tiga anak itu.

Nama Istri

Nama Vera yang disematkan pada durian milik Amir mempunyai kisah tersendiri. Ketika itu dirinya diminta oleh perangkat desa untuk mengikuti lomba durian di Soropadan, Temanggung. Saat registrasi, panitia mengharuskan pemilik memberikan nama pada durian yang akan dilombakan.

Bingung memberi nama, Amir teringat nama istrinya, Paerah. Namun ia berpikir lagi, nama Paerah terdengar kurang keren dan kurang menjual, sehingga ia sedikit "memodifikasi" nama istrinya menjadi Vera.

"Istri saya namanya Paerah. saya namai durian saya vera mengadopsi nama Paerah," kenang Amir.

Di Soropadan, Amir hanya membawa dua buah durian. Banyak orang meragukan duriannya karena ukurannya tidak sebesar durian peserta lomba lain. Akan tetapi, saat juri membelah durian Amir, aroma semerbak dan rasanya membuat juri mengacungkan jempol.

Sejak itu durian Vera menjadi terkenal dan dicari banyak orang. Kini, meskipun tidak lagi diikutkan dalam lomba, mereka yang mencicipi durian Vera tetap mengakui bahwa durian itu adalah durian juara.

Kompas TV Nikmatnya Durian Vera Di Semarang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com