Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pohon Kenari Tua Penanda Kota Mataram

Kompas.com - 05/02/2016, 13:42 WIB
HUJAN semalam menyisakan butiran air yang bergulir jatuh dari rimbun dedaunan pohon kenari di kiri-kanan Jalan Langko dan Jalan Pejanggik, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, pada pagi hari.

Beberapa pasangan suami-istri melenggang di atas trotoar yang melapisi akar pohon kenari itu. Beberapa pasangan yang tengah joging berhenti sejenak, mengusap batang pohon yang beberapa di antaranya ada yang berdiamater 2 meter.

Pada siang hari, sepanjang jalan itu terasa sejuk dan teduh oleh rimbun daun pohon kenari dan pohon lain. Para pengguna jalan terlindungi terik sinar matahari.

Pendatang akan terkesan dengan jalan protokol yang lurus dari depan Kantor Pos Mataram lama di Kecamatan Ampenan, sampai separuh Jalan Selaparang di Lingkungan Pajang, Kecamatan Mataram.

Menurut Totok Jendul, warga Mataram, bagi yang pernah tinggal di kota itu, hampir pasti meluangkan waktu jalan-jalan di bawah deretan pohon kenari. ”Mereka bernostalgialah,” katanya.

Totok mengatakan, Jalan Pejanggik dan Jalan Pancawarga (dulu Jalan Lemuru) juga mencatat kenangan indah bagi warga kota seluas 6.130 hektar itu.

Jalan Pejanggik dan Jalan Pancawarga mengapit Lapangan Sangkareang sehingga lalu lalang orang dan kendaraan di Jalan Lemuru dapat dilihat dari Jalan Pejanggik, begitu pula sebaliknya.

Tahun 1970-an, di jalan-jalan ini juga masih ditemukan tanaman mangga dan asam. Saat musim mangga, anak-anak melempar buah menggunakan batu.

Apabila tepat sasaran, bocah-bocah itu adu cepat memburu buah yang jatuh akibat lemparan. Saat musim asam, warga kota mengumpulkan buahnya yang jatuh dari pohon.

Pohon kenari menjadi pusat perhatian karena jumlahnya dominan dibandingkan dengan tanaman pelindung lain. Ada pula nilai historis terkait dengan pemerintahan kolonial Belanda.
Inilah yang mengundang kedatangan turis dari Negeri Kincir Angin itu ke Mataram tahun 1989. Rombongan bule londo ini datang setelah mendapat cerita dan membaca pustaka tentang Lombok di negara mereka.

Mereka ingin membuktikan kebenaran cerita tersebut. Mereka bukan saja senang melihat sebagian besar pohon kenari masih berdiri kokoh dan merekam dengan kamera video, tetapi juga sangat emosional.

Seperti digambarkan Fathurrahman Zakaria dalam bukunya, Mozaik Budaya Orang Mataran, mereka menangis, memeluk pohon kenari.

Pemerhati budaya Sasak, Lombok, Ahmad YD, mengutip buku Memorie van Overgave, mengatakan, gagasan penanaman pohon kenari muncul pada tahun 1895 saat Van der Hoogt menjadi Kontelir Lombok Barat, yang meliputi wilayah Mataram.

Karena itu, dilakukan penataan tata ruang kota, seperti adanya perimbangan ruang tertutup dan terbuka, taman, dan lainnya, dengan tujuan agar kota memiliki identitas.

Belakangan sisi kiri dan kanan jalan ditambahi tanaman pohon johar (Cassia seamea), beringin, dan tanaman lain.

Pemerintah Kota Mataram sangat melindungi pohon kenari tua yang saat ini berjumlah 60 batang melalui Peraturan Wali Kota Mataram Nomor 24 Tahun 2009 tentang Penataan Taman dan Dekorasi Kota.

Peraturan itu diberlakukan demi kenyamanan dan keasrian serta terlindunginya pohon kenari. Pohon kenari dapat juga dijadikan sebagai bagian dari paket wisata kota.

Jalan-jalan di Mataram, selain dapat menikmati suasana adem dan rindangnya pepohonan, juga mendapat oleh-oleh cerita sekilas kota itu dari saksi bisu pohon-pohon kenari tua.
(KHAERUL ANWAR)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Wahana dan Kolam Renang di Kampoeng Kaliboto Waterboom Karanganyar

Wahana dan Kolam Renang di Kampoeng Kaliboto Waterboom Karanganyar

Jalan Jalan
Gunung Ruang Meletus, AirAsia Batalkan Penerbangan ke Kota Kinabalu

Gunung Ruang Meletus, AirAsia Batalkan Penerbangan ke Kota Kinabalu

Travel Update
Kampoeng Kaliboto Waterboom: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Kampoeng Kaliboto Waterboom: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di The Nice Garden Serpong

Aktivitas Wisata di The Nice Garden Serpong

Jalan Jalan
Delegasi Dialog Tingkat Tinggi dari China Akan Berwisata ke Pulau Padar Labuan Bajo

Delegasi Dialog Tingkat Tinggi dari China Akan Berwisata ke Pulau Padar Labuan Bajo

Travel Update
The Nice Garden Serpong: Tiket Masuk, Jam Buka, dan Lokasi

The Nice Garden Serpong: Tiket Masuk, Jam Buka, dan Lokasi

Jalan Jalan
Cara ke Sukabumi dari Bandung Naik Kendaraan Umum dan Travel

Cara ke Sukabumi dari Bandung Naik Kendaraan Umum dan Travel

Travel Tips
Pengembangan Bakauheni Harbour City di Lampung, Tempat Wisata Dekat Pelabuhan

Pengembangan Bakauheni Harbour City di Lampung, Tempat Wisata Dekat Pelabuhan

Travel Update
Asita Run 2024 Digelar di Bali Pekan Ini, Terbuka untuk Turis Asing

Asita Run 2024 Digelar di Bali Pekan Ini, Terbuka untuk Turis Asing

Travel Update
13 Telur Komodo Menetas di Pulau Rinca TN Komodo pada Awal 2024

13 Telur Komodo Menetas di Pulau Rinca TN Komodo pada Awal 2024

Travel Update
Tanggapan Kemenparekraf soal Jam Kerja 'Overtime' Sopir Bus Pariwisata

Tanggapan Kemenparekraf soal Jam Kerja "Overtime" Sopir Bus Pariwisata

Travel Update
Tip Jalan-jalan Jenius ke Luar Negeri, Tukar Mata Uang Asing 24/7 Langsung dari Aplikasi

Tip Jalan-jalan Jenius ke Luar Negeri, Tukar Mata Uang Asing 24/7 Langsung dari Aplikasi

BrandzView
Vietnam dan China Siap Bangun Jalur Kereta Cepat Sebelum 2030

Vietnam dan China Siap Bangun Jalur Kereta Cepat Sebelum 2030

Travel Update
Libur Lebaran, Tren Kunjungan Wisatawan di Labuan Bajo Meningkat

Libur Lebaran, Tren Kunjungan Wisatawan di Labuan Bajo Meningkat

Travel Update
ASDP Catat Perbedaan Tren Mudik dan Arus Balik Lebaran 2024 Merak-Bakauheni

ASDP Catat Perbedaan Tren Mudik dan Arus Balik Lebaran 2024 Merak-Bakauheni

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com