Banyaknya pengunjung ke Pasar Imlek Semawis, diyakini tokoh warga Tionghoa di Kampung Pecinan Semarang, Markus Purwanto, semoga seperti gerak lincah Imlek tahun ini bertepatan dengan tahun monyet api. Sebagai binatang yang cerdik, monyet tentu akan lebih lincah dan pintar mencari rezeki sebanyak-banyaknya.
"Monyet sebagai binatang yang cekatan, kreatif, dan gesit cocok dengan kondisi perekonomian saat ini. Kalau tahun lalu ada kelesuan, sekarang ini masyarakat butuh yang cerdik. Itu terwakili di karakter monyet," ujar Markus.
Dalam kegiatan Pasar Imlek Semawis, untuk kali pertama juga ditampilkan keramaian karnaval lampion yang digelar para siswa dan guru sekolah Kebon Dalem, Semarang. Lembaga yang memiliki sekolah mulai dari tingkat taman kanak-kanak sampai sekolah menengah atas itu melaksanakan karnaval sambil membawa lampion sebanyak 2.567 buah.
Di samping menikmati pesta kuliner khas Tionghoa, atraksi lain yang menyedot pengunjung di antaranya pertunjukan wayang potehi di panggung di jalan Gang Tengah. Pertunjukan wayang asli asal Tiongkok ini dipentaskan pukul 14.00-16.00 serta pentas kedua pukul 19.30 sampai pukul 21.30.
Salah satu pengunjung pentas wayang potehi mengatakan, memahami jalan cerita wayang asal Tiongkok ini memerlukan waktu tidak singkat. Kalau hanya melihat dan mendengarkan cerita sekilas, sulit untuk menangkap ceritanya.
"Supaya gampang dimengerti jalan ceritanya, harus menonton dari awal supaya paham tokoh, karakter, dan jalan ceritanya," ujar Sohirin, pengunjung asal Tanah Mas, Semarang.
Perayaan Imlek 2567 tinggal dua hari lagi. Sejumlah persiapan pun sudah dilakukan sejak jauh-jauh hari untuk memeriahkan perayaan tersebut, termasuk di Singkawang, Kalimantan Barat. Pada Sabtu (6/2/2016) pagi, persiapan panitia yang lebih dikenal dengan sebutan "kota amoi" tersebut sudah hampir rampung.
Sumberanto Tjitra, Sekretaris Panitia Imlek dan Cap Go Meh Kota Singkawang, Sabtu, menuturkan, persiapan hampir 100 persen. Saat ini tinggal finalisasi beberapa persiapan saja, misalnya penataan panggung, taman monyet, dan replika jeruk bali.
"Hari ini kami jadwalkan seluruhnya sudah selesai. Sebab, pada Minggu (7/2/2016) malam acara pembukaan sudah dimulai," ujarnya.
Dalam penataan panggung utama yang berukuran 25 meter x 20 meter tersebut, panitia memasang sound system. Selain itu, panitia memastikan ketersediaan listrik yang akan mengaliri panggung utama. Puncak acara akan digelar di panggung utama yang berlokasi di Stadion Kridasana, Singkawang.
Replika jeruk bali dan lampion itu nantinya selain memberikan nilai estetis juga sebagai lokasi pengunjung berfoto. "Semuanya didesain agar pengunjung dapat menikmati suasana Imlek dan Cap Go Meh di Singkawang," ujarnya.
Hari Sabtu merupakan hari terakhir pendaftaran peserta pawai tatung. Tatung merupakan sekelompok orang yang pada hari Cap Go Meh menggunakan pakaian adat Tionghoa, Dayak, dan Melayu yang diarak dengan tandu berkeliling Singkawang sambil menunjukkan atraksi kekebalan tubuh.
Sampai sejauh ini, jumlah peserta yang mendaftar sebagai tatung sudah 500 peserta. Namun, jumlahnya diperkirakan bertambah banyak pada hari ini. "Biasanya mendekati hari terakhir pendaftaran makin banyak yang mendaftarkan diri," katanya.
Sumberanto menuturkan, untuk persiapan pawai lampion malam tanggal 20 Februari, sejumlah peserta sudah mempersiapkan diri dengan menghias kendaraan masing-masing.
"Kami berharap masyarakat Singkawang mendukung suksesnya acara tersebut. Acara ini tidak hanya milik masyarakat Tionghoa, tetapi sudah menjadi bagian dari masyarakat Indonesia dan Kalimantan Barat," kata Sumberanto. (WINARTO HERUSANSONO/EMANUEL EDI SAPUTRA)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.