Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lengket Bersama Jenang

Kompas.com - 11/03/2016, 14:22 WIB
Papua menghidangkan papeda, yaitu jenis bubur dari sagu. Bubur ini bertekstur lengket seperti lem dan bening yang disajikan dengan ikan tongkol yang dimasak kuah kuning.

Kitab kuno

Heri Priyatmoko, dosen Sejarah Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, menuturkan, jenang telah ada ratusan tahun silam di Jawa. Jejak jenang tercatat dalam serat Lubdaka karangan Mpu Tanakung pada zaman Kerajaan Kediri sekitar abad XII.

Dalam serat Lubdaka tersebut tertulis sebaris kalimat tentang sesaji bubur dan nasi liwet. Serat Centhini (1814-1823) juga mencatat perihal jenang. Salah satunya disebutkan, ada sesaji jenang di setiap tahapan acara hajatan pernikahan, yaitu jenang abang dan jenang baro-baro.

Tokoh dalam serat Centhini, Cebolang, dikisahkan membuat hidangan jenang dodol, jenang nangka, jenang duren, serta jenang jiwit.

Jenang-jenang itu dibuat Cebolang saat bertamu ke rumah Amat Tengara dan ibunya (abdi dalem keraton Mataram) yang hidup miskin. ”Selain sebagai sesaji upacara-upacara adat, jenang juga dibuat untuk dikonsumsi,” kata Heri.

Jenang untuk sesaji merupakan sarana permohonan keselamatan dan ungkapan syukur kepada Sang Pencipta. Untuk konsumsi, jenang berfungsi menambah kekuatan tenaga, menjaga kesehatan, dan memulihkan stamina tubuh.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com