Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dampak Pariwisata Mentawai Belum Dinikmati Masyarakat

Kompas.com - 07/04/2016, 21:34 WIB
Muhammad Irzal A

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Kepulawan Mentawai, daerah yang masuk ke dalam provinsi Sumatera Barat tersebut memiliki berbagai atraksi wisata menarik, bahkan berkelas dunia.

Dalam dunia surfing professional pun, Mentawai begitu dikenal karena memiliki dua macam ombak yang masuk ke dalam 10 jenis ombak terbaik dunia untuk berselancar.

Selain itu, Kepulauan Mentawai memiliki banyak prestasi di bidang pariwisata, seperti yang disampaikan Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya, dalam sambutannya di acara Peluncuran Festival Pesona Mentawai 2016 di Gedung Sapta Pesona Kementerian Pariwisata, Jakarta, Selasa (5/4/2016).

“Mentawai punya banyak prestasi dunia, seperti memiliki dua ombak dari 10 terbaik dunia, kebudayaan tato tertua di dunia, dinobatkan sebagai kawasan pantai konservasi dunia sejak 1980, dan masih banyak lagi,” ujar Arief.

Bupati Kepulauan Mentawai Yudas Sabaggalet, memaparkan dalam acara yang sama, bahwa fasilitas di Mentawai untuk turis asing pun sudah memadai. Mentawai memiliki 70 spot surfing, 33 spot diving, 38 area pemancingan favorit, 25 hotel kelas internasional, dan 60 unit kapal pengantar surfing.

Namun, ternyata semua kemajuan dalam bidang pariwisata tersebut belum bisa mengangkat kehidupan masyarakatnya. Seperti diungkapkan Wakil Gubernur Sumatera Barat, Nasrul Abit, dalam sambutannya di acara yang sama. Ia mengatakan bahwa Mentawai masih tercatat dalam 76 daerah tertinggal, padahal hanya memiliki penduduk 85.000 jiwa.

“Selama ini banyak investor yang mau ke sana (Mentawai), tapi hanya sebagian orang yang menikmatinya, keuntungan hasil pariwisata belum terdistribusi ke masyarakat, ujar Nasrul Abit.

Ia menambahkan kondisi yang terjadi sekarang ialah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di masyarakat tidak jalan. Menurutnya semua telah disiapkan oleh investor luar tersebut, mulai penginapan, makan, surving, dan penghasilan masuk sendiri.

Ia mengharapkan salah satu fokus pembangunan pariwisata ke depan juga turut mendorong berjalannya UMKM berbasis masyarakat, seperti makanan dan produk kerajinan tradisional.

Bupati Kepulauan Mentawai Yudas Sabaggalet, mengatakan beberapa tantangan terberat membangun pariwisata Mentawai adalah infrastruktur dan masyarakat.

“Dalam waktu dekat bersama Pemerintah Daerah, Dinas Pariwisata dan beberapa dinas terkait di Kepualauan Mentawai akan dipanggil bertemu investor untuk berdiskusi dalam hal mengembangkan masyarakat. Terdapat dua sisi yang dipertimbangkan para investor tidak dirugikan, tapi masyarakat juga harus diberdayakan, sehingga sejahtera,” ujar Yudas.

Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kepulauan Mentawai, Desti Seminora juga mengatakan hal serupa, kepada KompasTravel sesaat setelah acara peluncuran Festival Pesona Mentawai 2016 di Gedung Sapta Pesona, Kementerian Pariwisata, Jakarta, Selasa (5/4/2016).

“Tak hanya mengumpulkan investor pariwisata, tapi juga ada investor kayu besar di sana, jadi secepatnya kita akan dikumpulkan oleh Pak Bupati untuk merumuskan keperluan masyarakat seperti pendidikan, fasilitas kesehatan, dan perumahan,” ujar Desti.

Ia mengatakan langkah awal akan menyiapkan dahulu peraturan daerah (Perda) untuk dirumuskan membangun periwisata kedepannya.

“Saat ini sendiri belum ada pembinaan dari provinsi bagi UMKM di sana, harapannya setelah pariwisata dibenahi, UMKM tersebut akan ikut muncul dan kita bantu. Bekerjasama dengan dinas pariwisata, dinas perindustrian, dinas perindag, dinas perdagangan,” ujar Nasrul Abit, Wakil Gubernur Sumatera Barat, Selasa (5/4/2016).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com