Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Oleh-oleh Berwisata di Dusun Ende, Lombok

Kompas.com - 08/04/2016, 17:28 WIB

LANGIT cerah dan panas menyengat bagaikan ucapan selamat datang begitu kami menjejakkan kaki di Dusun Ende, Desa Sengkol, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat.

Di ujung jalan memasuki kampung ini tampak seorang ibu bersama dua anaknya duduk di berugak (balai-balai) berkutat dengan alat tenun. Gemeretak suara perangkat alat tenun yang beradu bagai musik yang memecah keheningan suasana dusun itu, Rabu (16/3/2016) siang.

Selang satu rumah, kami melihat seorang perempuan, Linip (74), yang duduk dan menyiapkan bahan-bahan untuk menyirih di seangkok (serambi) rumah. ”Silak melinggih (silakan duduk),” katanya dalam bahasa Sasak.

Salah seorang warga tertua dusun itu tidak melarang kami memotret dirinya, malah mempersilakan kami masuk ke dalem bale (ruang dalam) rumahnya.

Perempuan yang menenun dan Linip yang mengunyah sirih-pinang menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke dusun itu.

Hal itu diperkuat dengan rumah penduduk berarsitektur tradisional Sasak yang mirip arsitektur rumah penduduk Dusun Sade, Desa Rambitan—yang lebih dulu dikenal sebagai obyek turisme—kendati dua dusun itu berjarak 3 kilometer.

Rumah-rumah di Dusun Ende yang berdiri di lahan seluas 1 hektar itu berada di dataran tinggi. Dalam beberapa tahun terakhir, kampung itu ikut meramaikan dunia kepariwisataan.

Malah, 10 Februari lalu, Putri Maha Chakri Sirindhorn dari Thailand bertamu ke sana. ”Mungkin saja sang putri melihat ada kemiripan pola permukiman dan arsitektur rumah penduduk di negara asalnya dengan di Ende,” ujar Ahmad YD, pemerhati budaya Sasak di Mataram, menduga tujuan kunjungan sang putri.

Kemiripan itu bisa saja terjadi kalau menyimak sejarah migrasi bangsa Melayu tua dan Melayu muda. Dalam Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia karya M Yunus Melalatoa, 1995, dinyatakan, sebagian penduduk Indonesia berasal dari daratan Benua Asia yang mengikuti gelombang migrasi pertama tahun 2500 SM-1500 SM.

Sebagian dari mereka masuk melalui Semenanjung Melayu ke Sumatera, Kalimantan, dan Jawa. Sebagian lagi melalui Sulawesi (Melayu tua).

Migrasi gelombang kedua dari daratan sama terjadi sekitar 300 SM. Mereka dikatakan masuk melalui Semenanjung Melayu dan Filipina (Melayu muda).

Kelompok etnik yang tergolong di sini antara lain Aceh, Melayu Deli, Melayu Riau, dan Minangkabau, termasuk etnis Sasak. Adakah hasil karya (rumah) di Ende ”saudara serumpun” dengan rumah-rumah di Thailand ataupun di negara-negara dengan ras Mongolid di ASEAN? Entahlah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com