Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lihat Lompat Batu Nias Hingga Icip Kuliner di Indonesian International Culture Festival

Kompas.com - 17/04/2016, 08:28 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

SALATIGA, KOMPAS.com - Indonesian International Culture Festival (IICF), acara yang mengangkat kebudayaan Indonesia yang digambarkan lewat etnis-etnis yang ada di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, kembali digelar.

Tahun ini, acara yang digelar oleh Senat Mahasiswa Universitas (SMU) UKSW ini mengangkat tema "Bhineka Tunggal Ika". Sebagai pembuka, digelar sebuah pawai budaya, Sabtu (16/4/2016) kemarin.

Sebanyak 19 etnis turut memeriahkan pawai yang mengambil rute Lapangan Sepak Bola UKSW - Jalan Diponegoro - Jalan Wolter Monginsidi - Jalan Kartini - Jalan Moh. Yamin - Jalan Langensuko – Bundaran Kaloka - Jalan Diponegoro - Kampus UKSW ini.

Etnis –etnis tersebut antara lain Ikmapos (Poso), Ikmasja (Jawa), Perwasus (Sumba), Porodisa (Talaud, Sulut), Toraja, Pinaesaan (Minahasa), Batak Simalungun, Sumatra Selatan (Palembang), HIPMMA (Maluku), IGMK (Batak Karo), IKMASTI (Kupang NTT), KEMAMORA (Halmahera), K’MPLANG (Lampung), HIMPPAR (Papua), PEMPAKAT (Kalimantan Tengah), PERKKASA (Kalimantan), Nias, Batak Toba dan juga perwakilan dari Timor Leste.

Ribuan warga Kota Salatiga, Jawa Tengah, sejak pagi telah memadati sejumlah jalan protokol yang akan dilalui pawai. Apalagi, tahun ini peserta pawai budaya tidak hanya pamer kostum adat, melainkan juga menunjukkan atraksi atau permainan tradisional dari daerahnya masing-masing.

"Saya milih di Bundaran Kolaka, karena katanya di sini peserta pawai akan unjuk kebolehan memamerkan permaian tradisionalnya," kata Hesti Dyaz (35), salah satu warga.

Benar saja, saat iring-iringan peserta dari Nias sampai di Bundaran Kolaka, mereka menampilkan permainan lompat batu atau dalam tradisi setempat disebut sebagai Fahombo. Dua pemuda memegang kedua ujung tongkat yang disejajarkan setinggi 1,5 meter.

Tongkat ini menggantikan batu susun yang di tempat asalnya mencapai tinggi 2 meter. Tongkat tersebut lantas dilompati oleh sejumlah pemuda berkostum adat Nias. Atraksi permainan tradisional ini tak luput dari jepretan kamera ponsel masyarakat yang menyaksikannya.

Selain lompat batu dari Nias, beberapa permainan lainnya yang disuguhkan adalah Saureka-reka oleh etnis Maluku, permainan Benteng etnis Papua, berbalas pantun oleh mahasiswa Lampung dan etnis Batak Toba memainkan Margala.

Tak hanya di Bundaran Kolaka, peserta pawai juga unjuk kebolehan permainan tradisional ini di dua titik lainnya, yaitu di Jalan Kartini dan depan hotel Mutiara. Selain barisan 19 etnis, pawai juga dimeriahkan dengan drumblek, reog dan topeng ireng.

Pawai Budaya IICF ini dibuka secara resmi oleh Wali Kota Salatiga Yuliyanto, didampingi Rektor UKSW John A.Titaley dan Kapolres Salatiga AKBP Yudho Hermanto.

Dalam sambutannya Rektor UKSW, John A. Titaley menyampaikan rasa syukurnya karena festival perayaan budaya dapat kembali diselenggarakan di kampus UKSW.

Pawai seperti ini sudah diadakan UKSW sejak tahun 1975, dan sekaligus menjadi sebuah kesempatan untuk membagikan keberagaman budaya di dalam UKSW pada masyarakat.

"Pawai festival budaya Indonesia dan Internasional ini diselenggarakan untuk menunjukkan pada masyarakat bahwa mahasiswa yang belajar di UKSW berasal dari berbagi daerah," kata John A. Titaley.

Dalam kesempatan tersebut, John juga berpesan kepada seluruh perwakilan etnis yang terlibat dalam IICF 2016 ini untuk senantiasa menjaga kesantunan dan perdamaian sehingga masyarakat dapat memahami keberadaan UKSW yang pluralis.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com