Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Zapin Api, Menghidupkan Tradisi yang Pernah Mati

Kompas.com - 22/04/2016, 05:42 WIB

Tanpa diduga, Iwan berjalan menuju kobaran api. Dua tangannya dengan enteng meraup sabut-sabut kelapa yang terbakar, seperti gerakan menyauk air di sungai dengan dua tangan, dan melemparkannya ke udara. Kobaran api beterbangan dan bunga api perlahan turun dengan butiran kecil.

Mata penonton kembali terbelalak ketika Iwan berjalan pelan dan menari melintasi api berkobar. Tidak ada rintih kesakitan. Penonton perempuan dari rombongan Dinas Pariwisata Riau, yang baru pertama kali melihat atraksi itu, terdengar menjerit pelan.

Empat penari lain masih duduk bersila. Rapalan mantra dan ayat-ayat yang dilakukan Abdullah ternyata belum membuat mereka tersambung untuk bermain. Main adalah kata yang menggambarkan peran kesurupan penari sehingga mampu bercengkerama dengan api.

Iwan yang menari sendirian mundur dan mendekat ke rekan-rekannya. Dia memijat bahu Samin. Entah kenapa, setelah kontak itu, Samin bangkit dan mulai menari.

Samin kemudian melebur ke dalam api dan menari. Dia mengambil sepotong bara dan menggosokkan ke lengan, seolah bara api itu hanyalah kemoceng bulu. Tidak ada lecet, hangus, atau melepuh di kulit. Bahkan, rambut halus di tangannya tidak terjilat api.

Hanya berkisar lima menit Samin bermain. Dia lalu mendekat ke salah seorang pemain gendang dan merebut alat musik itu. Samin menari sambil memukul gendang lebih keras.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com