Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Zapin Api, Menghidupkan Tradisi yang Pernah Mati

Kompas.com - 22/04/2016, 05:42 WIB

Tidak ingat

Dalam perbincangan setelah selesai menari, Iwan tidak mengingat aktivitas sebelumnya. Yang diingatnya, ada seorang gadis cantik menari mengelilingi taman bunga.

Dia mengikuti gadis itu menari. Ketika Iwan mengambil bunga dan melemparkan ke atas, yang dilihatnya bunga beterbangan, sementara di mata penonton adalah percikan bunga api.

”Saya menari bersama gadis itu. Namun tidak lama dia menjauh dan menghilang,” ujar Iwan.

Adapun Samin mengatakan tidak melihat gadis menari, tetapi irama musik memaksanya terus bergoyang. Dia juga tidak ingat telah merampas gendang salah seorang pemain.

Menurut Abdullah, atraksi zapin api malam itu memang tidak sempurna. Pokok masalahnya ternyata irama gendang kurang pas. Salah seorang penabuh kompang adalah pemain pengganti yang baru belajar karena pemain utama tengah ke luar kota.

Karena itulah, Samin yang sedang menari merebut gendang pemain baru itu. Petikan gambus juga tidak terdengar jelas. Musik pengantar zapin malam itu terasa kacau dengan komposisi kurang menyatu sehingga membuat tarian kurang sempurna.

Meskipun tidak sempurna, pertunjukan zapin api itu sungguh memesona. Sukar menggambarkan suasana musik ritmik berpadu dengan unsur mistis. Tidak dapat dicerna logika, api yang panas membara tidak mampu melukai kulit penarinya.

Zapin api adalah tradisi Pulau Rupat, Riau, yang nyaris punah. Menurut Abdullah, ayahnya, Husein (almarhum), adalah khalifah zapin api yang terkenal pada era 1940 hingga 1970-an. Ilmu ayahnya diturunkan kepada Abdullah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com