Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menikmati Kaldera Gunung Bromo Purba dari Pos Bantengan

Kompas.com - 10/05/2016, 11:00 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Penulis

TUMPANG, KOMPAS.com - Angin semilir membelai dedaunan hijau pada Senin (9/5/2016) siang itu. Kabut tipis terlihat kala berhenti di sebuah punggung bukit menuju Pasar Tumpang, Malang, Jawa Timur. Awan kelabu bergerak pertanda hujan akan turun. 

Di depan mata, tugu perbatasan antara Lumajang dan Malang berdiri kokoh. Tugu batu itu membisu di tengah deru mobil-mobil dengan penggerak empat roda melintas. Dengan cepat mobil-mobil itu merangkak perlahan di tengah jalan sempit yang diapit dua jurang terjal menuju kaki Gunung Semeru di Desa Ranu Pani, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang. 

Di sisi lain, tampak beberapa laki-laki dan perempuan beransel besar tengah berdiri di sisi jalan yang berlebar sekitar 3-4 meter itu. Ponsel berkamera diarahkan ke arah padang savana hijau yang berada di lembah perbukitan.

"Ayo. Nanti gantian fotonya," kata seorang laki-laki dalam kelompok tersebut.

Tempat pemberhentian ini bernama Pos Bantengan. Pos ini adalah jalan persimpangan menuju tempat awal pendakian Gunung Semeru di Desa Ranu Pani. Pos Bantengan secara administratif berlokasi di wilayah Desa Ranu Pani, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.

Seorang warga Desa Ranu Pani, Ngingot mengatakan, Pos Bantengan adalah satu tempat untuk berfoto dengan latar pemandangan kaldera Gunung Bromo. Di Pos Bantengan, wisatawan bisa berhenti sejenak untuk menikmati luasnya kaldera dari atas punggung gunung yang beraspal.

KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULUNG Panorama hamparan padang pasir di kaldera Gunung Bromo dilihat dari Pos Bantengan di Desa Ranu Pani, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Senin (9/5/2016).
Di sekitar Pos Bantengan terdapat pelataran parkir yang tak begitu besar. Adapula satu pos singgah yang kondisinya tak terawat. Wisatawan dapat memarkirkan kendaraan di sekitar Pos Bantengan.

Dari pantauan, mobil-mobil jeep yang membawa wisatawan terkadang berhenti untuk sekadar mengabadikan gurat-gurat punggung Gunung Tengger. Ada yang sibuk berfoto, ada yang sibuk melihat-lihat panorama di sekitar Pos Bantengan.

Kaldera Gunung Bromo purba yang berbentuk padang pasir ini sungguh memikat wisatawan. Kaldera adalah pusat letusan yang diameternya lebih dari 2 kilometer, sedangkan kawah adalah pusat letusan yang berdiameter kurang dari 2 kilometer.

Status kaldera Gunung Bromo purba juga disandingkan dengan nama kaldera Gunung Toba di Sumatera Utara secara bentuk akibat dari letusan. Kini, Gunung Bromo masih menyisakan erupsi material vulkanik yang sempat membuat Bandara Abdurrahman Saleh ditutup sementara beberapa bulan silam.

Wisatawan biasanya akan diajak berkeliling di kaldera yang berdiameter 8-10 kilometer menggunakan mobil jeep. Saat berada di padang savana dekat sisi Pos Bantengan, dinding kalderanya mengelilingi dengan sudut sangat terjal dengan kemiringan sekitar 60-80 derajat dengan tinggi berkisar antara 200-600 meter.

Untuk melihat panorama hamparan padang pasir dari Pos Bantengan, wisatawan bisa menempuh perjalanan dari Pasar Tumpang sekitar 45 menit. Jika dari Desa Ranu Pani, Pos Bantengan berjarak sekitar 20 menit.

Hujan semakin turun deras. Perjalanan KompasTravel yang menemani pendaki maraton gunung solo Willem Sigar (58) dan tim ekspedisi "Jelajah Tanpa Batas-50 Gunung 40 Hari" harus dilanjutkan menuju Kota Malang sebelum bergeser ke kaki Gunung Arjuno - Welirang di Desa Tretes,  Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur.

KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULUNG Pendaki gunung marathon solo Willem Sigar Tasiam memulai pendakian Gunung Semeru, Jawa Timur, Minggu (8/5/2016).
Selama Ekspedisi Jelajah Tanpa Batas 50 Gunung 40 Hari, Willem mendaki menggunakan ransel merek Eiger. Willem juga pergi mengunjungi desa terakhir batas pendakian gunung-gunung menaiki Nissan Navara dengan menggunakan bahan bakar Pertamina Dex.

Sebelumnya, Willem Sigar melakukan pendakian secara maraton mulai dari Nusa Tenggara Timur, yaitu Gunung Kelimutu dan Gunung Inerie, lalu dilanjutkan Gunung Tambora dan Gunung Rinjani di Nusa Tenggara Barat. Misinya adalah menyelesaikan 50 gunung dalam 40 hari, terhitung sejak Selasa (26/4/2016).

Ia kemudian melakukan perjalanan darat menyeberang Pulau Bali dan mendaki Gunung Agung, Gunung Batur, Gunung Catur, dan Gunung Batukaru.

Perjalanan dilanjutkan menyeberang ke Pulau Jawa. Gunung pertama yang didaki di Pulau Jawa adalah Ijen, Banyuwangi, Jawa Timur. Kemudian disusul gunung lainnya di Jawa Timur yaitu Gunung Raung, Gunung Argopuro dan Gunung Semeru.

Ikuti kisah perjalanan pelari Willem Sigar di liputan khusus Kompas.com pada laman "Ekspedisi Alam Liar - 50 Gunung 40 Hari". Tim Kompas.com akan mengikuti perjalanan Willem mendaki 50 gunung secara lari maraton dalam 40 hari.

Perjalanan menuju kaki gunung ditempuh dengan jalan darat menggunakan mobil Nissan All New Navara. Ekspedisi ini juga didukung oleh Pertamina dan Eiger.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com