Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/05/2016, 09:24 WIB
Muhammad Irzal A

Penulis

BOGOR, KOMPAS.com - Salah satu destinasi wisata sejarah sekaligus religi di Bogor ialah Pulo Geulis. Pulau di tengah-tengah Kota Bogor tersebut menyimpan sejarah penyebaran berbagai agama di tanah sunda.

Berlibur ke suatu tempat yang menyugukhan kemewahan atau keindahan secara tersirat mungkin sudah biasa, seperti pemandangan hingga wahana tematik. Pulo Geulis, selain menyuguhkan keunikan tempat, peradaban disini ternyata menyimpan kisah yang sarat makna bagi zaman sekarang, yaitu pliralisme dan saling menghargai antar perbedaan.

Lahan yang diapit aliran Sungai Ciliwung ini berlokasi tepat di Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. Tak jauh dari landmark Kota Bogor, yaitu Tugu Kujang, dan Kebun Raya Bogor. Hanya 20 menit dari keluar tol Jagorawi, atau 40 menit dari Stasiun Bogor, dengan memutar Istana dan Kebun Raya terlebih dahulu.

Di dalam pulau seluas 3.5 hektar ini, sebuah bangunan bersejarah dan penuh arti bagi masyarakat Kampung Pulo, masyarakat yang mendiami Pulo Geulis.

“Kelenteng ini seperti milik semua masyarakat di Kampung Pulo,” ujar Bram Abraham, salah satu tokoh masyarakat yang mempelajari sejarah Pulo Geulis kepada KompasTravel, Sabtu (21/5/2016).

Vihara Maha Brahma, atau dapat juga sebagai Kelenteng Pan Kho Bio, dapat menjadi tempat peribadatan umat Islam, Konghucu, dan, Buddha, lazimnya. Bram mengatakan bagi Kristiani, Protestan, dan Hindu pun bisa beribadat di sini.

Tak heran, di bangunan yang tidak terlalu besar untuk ukuran wihara ini ternyata menyimpan sejarah begi beberapa agama tersebut. Konghucu, merupakan rumah dewa alam semestanya yaitu Pan Kho. Buddha dengan peninggalan patung Dewi Kwan Imnya. Hindu yang diwarisi ajaran dari kerajaan Pajajaran. Serta Islam dengan berbagai petilasan hingga makam imam penyebar keislaman di tanah sunda.

Kata siapa tempat ibadat tak bisa berdampingan? "Di dalam wihara ini disediakan mushola, disediakan pula dupa dan hio bagi Konghucu,” ujar Bram.

Di bagian tengah bangunan tersebut berbagai altar dewa dan meja persembahan untuk ritual agama Buddha, dan Konghucu. Sedangkan dibagian lain terdapat ruangan mushola lengkap dengan peralatannya.

KOMPAS.com / RAMDHAN TRIYADI BEMPAH Warga keturunan Tinghoa melakukan sembahyang sebelum menggelar ritual penyucian Kimsin (patung dewa-dewi) di Klenteng Pan Kho, Kampung Pulo Geulis, Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Jumat (5/2/2016).
Berbagai kegiatan perayaan agama pun kerap dilaksanakan disini secara bergantian. Menurut Bram, umat Muslim biasa mengadakan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dan buka bersama pada bulan Ramadhan di tempat ini. Untuk masuk ke wihara pun, pengunjung diminta melepas alas kaki, seperti di Masjid.

Sebagai Kelenteng tertua saat perayaan Cap Go Meh, Toa Pe Kong sebelum diarak dicuci terlebih dahulu di sini. Selain itu Dewa Pan Kho sebagai tuan rumah pun dirayakan saat kelahirannya, yaitu lima hari setelah Imlek, tepat tanggal enam, masyarakat pun mengadakan syukuran diiringi musik kroncong.

“Sejak ditemukannya kelenteng ini pada abad ke 18, memang masyarakatnya sudah plural, didominasi etnis Sunda, dan Tionghoa,” ujar Bram.

Menurutnya hingga saat ini pulo atau pulau dalam bahasa Sunda tersebut sangat padat penduduk. Namun, padatnya penduduk dengan semakin beragam larat belakang suku dan tak membuat kampung ini bermusuhan. Mereka sering mengadakan acara bersama, semacam bersih-bersih wihara, syukuran warga dan lainnya.

“Beberapa tahun lalu bahkan pemerintah Timor Leste sengaja datang untuk mempelajari kerukunan antar umat beragama di sini,” ujar Bram.

“Perinsip warga sini, sauyunan di leubeut perbenten," ujarnya dalam bahasa Sunda. Dalam bahasa Indonesia ia menjelaskan maksudnya ialah, perbedaan memang tak bisa disatukan, namun jika berjalan beriringan akan indah.

Bagi yang ingin berwisata ke sini, sama sekali tak dikenakan biaya alias gratis. Namun biasanya para wisatawan memberikan tip kepada masyarakat yang sudah memandu dengan senang hati seperti pak Bram ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com