JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo paling respek dengan pariwisata Indonesia. Sepuluh destinasi baru, yang dipopulerkan dengan istilah "10 Bali Baru" adalah salah satu bukti keseriusan duet Jokowi-JK dalam menciptakan strategi meraup devisa dengan cara cepat dan mudah.
"Luar biasa, pariwisata sudah dimasukkan dalam program utama, program prioritas, selain infrastruktur, pangan, energi dan maritim," kata Asnawi Bahar, Ketua Asita Pusat di Jakarta, Sabtu (28/5/2016).
Kendati Presiden Joko Widodo belum genap dua tahun mengendalikan pemerintahan, gairah di sektor pariwisata nasional mulai berkobar. Investor juga semakin percaya akan masa depan pariwisata Indonesia. "Mereka sudah merasakan deregulasi yang cepat dan serius di sektor pariwisata," jelas pria asal Sumatera Barat ini.
Dia mencontohkan Kebijakan Bebas Visa Kunjungan (BVK), yang selama 6 presiden sebelumnya hanya 15 negara. Di masa mantan Gubernur DKI ini, berubah menjadi 45 negara, lalu bertambah jadi 90, dan kini sudah 169 negara.
Jumlah tersebut terdiri dari 9,73 oleh wisman reguler, 370.869 oleh WNA pos lintas batas darat, dan 306.540 sisanya dari WNA kunjungan yang di bawah 1 tahun. Gurihnya sektor pariwisata tadi diprediksi bakal terus dirasakan dalam beberapa tahun ke depan.
Sektor pariwisata diyakini bakal menjadi pemasok devisa terbesar. Bahkan, pada 2019 devisa dari sektor pariwisata diprediksi akan mengalahkan devisa dari sektor minyak dan
gas (migas).
"Saya kira ini bukan retorika politik. Ini analisa bisnis yang masuk akal. Gejalanya sudah mulai terdeteksi sejak 2014. Saat itu, devisa yang diterima kas negara dari sektor pariwisata mencapai Rp 155 triliun. Angkanya mencapai 4 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB)," kata Asnawi.
“Ini tidak mungkin terjadi ketika presidennya tidak concern di pariwisata. Benar Pak Menpar Arief Yahya yang menyebut CEO commitment, di Bupati dan Gubernur. Presiden juga begitu! Dalam program Nawacita Pak Jokowi terkandung semangat percepatan laju pertumbuhan ekonomi di segala bidang, termasuk pariwisata,” terang Asnawi Bahar.
Yang membuat Asnawi angkat topi, saat ini pariwisata sungguh-sungguh dijadikan sektor unggulan pembangunan. Dan hal itu, selalu dikawal langsung oleh Presiden Jokowi.
“Beliau (presiden) sering meninjau sendiri obyek wisata, meningkatkan anggaran promosi, menggelar rapat terbatas bidang pariwisata yang menghadirkan pelaku usaha, wapres, menko hingga menteri terkait. Dan kami diperkenankan bicara bebas di forum. Ini sangat mendorong kinerja kami sebagai operator atau pelaku,” papar Asnawi.
Selain itu, lanjut Asnawi, Presiden Jokowi juga meninjau Komodo di Labuan Bajo, Danau Toba di Sumatera Utara, Belitung di Babel, Tanjung Lesung di Banten, sampai ke Borobudur di Jawa Tengah. "Itu sinyal yang konkret, perhatian ke pariwisata luar biasa!" ungkapnya.
Sinyal keberpihakan terhadap pembangunan pariwisata memang sudah terlihat jelas dalam anggaran yang dikucurkan. Untuk infrastruktur dan promosi pariwisata, pemerintah berani mengucurkan anggaran Rp 5,6 trilliun.