Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lezatnya Bubur India Ini Hanya Ada di Masjid Pekojan Semarang

Kompas.com - 14/06/2016, 13:24 WIB
Muhammad Irzal Adikurnia

Penulis

SEMARANG, KOMPAS.com - Berbagai daerah mengeluarkan keunikannya di bulan Ramadhan, tak terkecuali salah satu daerah di Semarang, Jawa Tengah, yang memiliki hidangan khas berbuka sejak ratusan tahun lalu.

Bubur India, hidangan khas yang dibawa oleh para pedagang Gujarat ini telah ada ratusan tahun di Kampung Pekojan, Kelurahan Purwodinatan, Kecamatan Semarang Tengah. Untuk melestarikannya, Masjid Jami Pekojan menyediakan 200 porsi lebih bubur tersebut sebagai hidangan resmi berbuka puasa.

Ahmad Ali, laki-laki berusia 46 tahun ini dipercaya menjadi salah satu pewaris menu tradisional di Masjid Jami Pekojan. Ia merupakan pewaris generasi keempat yang dipercaya meneruskan resep tradisional bubur india di Pekojan Semarang.

Ketika ditanya perihal keturunan, pria berparas Pakistan tersebut mengatakan masih ada garis keturunan langsung dari pedagang yang menyebarkan Islam di Pekojan. Namun tidak tahu persis dari Koja, atau Gujarat, karena saat itu melebur memperkenalkan bubur tradisional tersebut ke Indonesia.

“Dahulu dibawa saat berdagang sama lima orang pedagang India. Lalu pribumi dilatih oleh pedagang tersebut yang berjualan permata dan batuan berharga lain di sini,” ujar Ali kepada KompasTravel saat dikunjungi, Sabtu (11/6/2016).

Setiap harinya, Ali bersama beberapa takmir masjid membuat bubur tersebut mulai pukul 13.00 - 16.00 WIB. Membutuhkan delapan jenis rempah, dan 20 kilogram beras setiap harinya. Tak kurang dari 300 porsi ia buat setiap harinya, untuk berbuka di masjid dan dibawa pulang wisatawan atau tamu masjid.

Ia mengatakan, salah satu kunci kekhasannya ialah ramuan rempah tradisional India yang terus ia jaga. Di antaranya, jahe, bawang, kapulaga, cengkeh, kayu manis, pandan, serai, dan santan kelapa dicampur ke dalam adukan beras.

KOMPAS.com/Muhammad Irzal Adiakurnia Ahmad generasi ke lima, pembuat hidangan khas Bubur India di Masjid Pekojan Semarang.
Wangi rempahnya pun menyeruak ketika azan maghrib hanya kurang beberapa menit saja. Perut yang sudah tak sabar, terobati ketika menyantap bubur kaya rasa ini.

Salah satu yang unik ialah penggunaan pandan, sehingga Anda akan mencium wanginya berbaur dengan rempah lain ketika dimakan.

Tekstur buburnya yang kasar dengan campuran banyak rempah terasa sangat pas, tak heran bubur ini kuat hinga 24 jam.

“Selain rasa, rempah juga fungsinya supaya bubur awet. Apalagi teksturnya engga cair. Jadi sering dibawa ke mana-mana juga kuat sampai besok,” ujar Ali.

Bubur India disajikan dengan beragam lauk yang berganti-ganti di tiap harinya. Saat KompasTravel berkunjung, Sabtu (11/6/2016), bubur dipadukan dengan bistik telur dan kentang. Sedangkan di hari lainnya terdapat kari, sambal goreng rambak, gulai ayam, dan gulai kambing.

Selain rempah, tungku dari kayu sebagai alat masak dan bahan bakar pun menjadi ciri khas yang menghasilkan rasa otentik. Ali mengatakan meskipun memasak menjadi lebih lama, tapi tungku kayu tetap dipertahankan karena tidak mengeluarkan bau ke masakan.

“Pakai tungku kayu, buatnya selama tiga jam mulai pukul 13.00-16.00 WIB sore," ujarnya.

KOMPAS.com/Muhammad Irzal Adiakurnia Masjid Jami Pekojan, Semarang, yang berada di lingkungan Pecinaan Semarang. Masjid ini berdiri sejak ratusan tahu lalu oleh pedagang dari Koja, atau Gudjarat.
Selain untuk berbuka, ia mengatakan banyak masyarakat yang membawa pulang hidangan tersebut. Bahkan tamu masjid banyak juga dari luar kota yang sengaja penasaran ingin mencicipi kenikmatan bubur ini.

“Dari mulai yang ibu-ibu yang ngidam karena lihat saya ngaduk bubur di TV, sampai yang penasaran dari luar-luar kota ingin merasakan buka paka bubur ini. Alhamdulillah berkahnya banyak,” ujar Ali.

Untuk menyicipinya, Anda bisa datang langsung ke Masjid Jami Pekojan yang beralamat di Jalan Petolongan nomor 1, Kampung Pekojan, Kelurahan Purwodinatan, Kecamatan Semarang Tengah, lokasinya di sekitar kawasan Pecinan Semarang.

Bagi Anda yang ingin ngabuburit, datanglah dari siang hari. Karena Anda bisa menunggu maghrib sambil berwisata sejarah di salah satu masjid tertua yang menjadi bangunan cagar budaya Semarang ini.

Masyarakat sekitar pun tak canggung menjadi pemandu bagi turis yang ingin mempelajari salah satu bukti sejarah penyebaran agama Islam di Semarang ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com