Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mendaki Gunung Talang, Pesona Tiga Danau di Bumi Rendang

Kompas.com - 16/07/2016, 17:04 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Penulis

SOLOK, KOMPAS.com - "Jalurnya licin dan tanah. Mesti hati-hati," kata pemandu pendakian Gunung Talang, Emon Rinaldi, saat kami mulai mendaki Gunung Talang dari pos Pendakian R6 dari Jalur pendakian Ai Batumbuk, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, awal bulan Juni lalu.

Langkah kaki kerap terpeleset di jalur pendakian yang didominasi tanah, lumpur, dan batu kerikil menjelang puncak.

Dini hari di awal bulan Juni lalu, angin berhembus menyusup celah-celah jaket dan menyapa kulit tubuh. Bintang-bintang bertaburan di langit menemani perjalanan saya melewati jalan perkebunan teh PTPN VI menuju titik awal pendakian di Pos R6. Beberapa pendaki mulai terlihat di Pos R6 dan memecah kesunyian dengan gelak tawa diiringi petikan gitar.

"Di sini, pos dibilangnya Rambu atau disingkat R. Jadi menandakan perjalanan pendakian," kata Emon.

(Baca juga: Tips Mendaki Gunung Talang Via Jalur Ai Batumbuk)

Sekitar pukul 02.00 WIB, saya bersama Emon mulai meninggalkan keriuhan pemuda pemudi di kaki Gunung Talang. Beberapa teguran basa-basi terlontarkan dari pendaki-pendaki yang berpapasan dengan kami.

KOMPAS.com / Wahyu Adityo Prodjo Pendaki melewati jalur pendakian yang berlumpur saat mendaki Gunung Talang, Solok, Sumatera Barat, Rabu (1/6/2016). Jalur pendakian Gunung Talang didominasi tanah, lumpur, dan batu kerikil menjelang puncak.
"Dari mana? Mendaki berdua aja, Bang?" tanya seorang pendaki dan lalu melanjutkan dengan percakapan dengan Bahasa Minang.

Benar saja, rintangan-rintangan mulai menghadang sekitar 20 menit dari Pos R6. Jalan tanah licin dengan kombinasi tanah lumpur menghadang. Tak jarang, lutut kaki hampir menyentuh dada saat merayapi akar-akar pohon yang merambat di jalur pendakian.

Emon menyebutkan jumlah total rambu di Gunung Talang terdapat 54 buah. Namun, tak ada patokan yang jelas jarak antar rambu ketika rambu mulai dibuat. Setiap melewati rambu membuat saya yang pertama kali mendaki Gunung Talang penasaran.

Hampir dua jam lamanya kami berjalan mendaki gunung yang terakhir meletus tahun 2007 ini. Di R46, lampu-lampu pemukiman menyegarkan mata setelah jatuh bangun di tengah hutan gelap. Sejenak kami berdua duduk santai sambil memandangi celah terbuka di punggung gunung yang kami lewati.

KOMPAS.com / Wahyu Adityo Prodjo Panorama matahari terbit di sela-sela awan di puncak Gunung Talang, Solok, Sumatera Barat, Rabu (1/6/2016). Gunung Talang adalah gunung berapi aktif yang ada di Sumatera Barat dengan ketinggian 2.597 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Sedari tadi tak ada pendaki yang ditemui sejak di awal saya sempat berpapasan dengan pendaki lain. Kami berdua memang melesat cepat karena berharap bisa menyaksikan matahari pagi muncul dari ufuk timur di belahan bumi yang terkenal dengan kuliner rendangnya ini. Kami tiba di R54 sekitar pukul 04.20 WIB.

"Di sini tempat kemah pendaki sebelum puncak. Ada air yang bisa diambil dekat sini. Dari sini ke puncak sekitar 1 jam," jelas Emon.

Menuju Puncak

Tak berlama-lama kami di lahan kemping. Segera saya bersama Emon mencari mulut gigir gunung berbatu terjal di sisa-sisa malam. Tak adanya penanda cukup menyulitkan kami untuk kembali melahap jalur pendakian.

"Sebentar kita cari dulu. Harusnya sudah terlihat. Oh ini, kita lewat sini," ujar Emon sambil menunjukkan formasi batu besar sebagai tanda masuk ke gigir gunung.

Nafas mulai tersengal-sengal saat melewati jalur yang terbilang curam sekitar 55-60 derajat. Keringat bercucuran dari kening hingga tubuh. Rasa pegal menyerang sendi-sendi kaki setelah meniti tanjakan menuju ke puncak gunung.

(Baca juga: Menyusuri Jejak-Jejak Letusan Vulkanik Gunung Talang)

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com