Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mau Nyobain Sate Kere? Sambangi Pasar Kangen Jogja

Kompas.com - 22/07/2016, 13:29 WIB
Wijaya Kusuma

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Melestarikan tradisi agar jangan sampai dilupakan atau hilang ditelan zaman, inilah yang dilakukan oleh Ibu Bagyo penjual makanan tradisional dan Dian, penjual sate kere di stand Pasar Kangen Jogja.

Memasuki halaman Taman Budaya Yogyakarta tempat digelarnya Pasar Kangen Jogja, terlihat kepulan asap dengan aroma khas sate kere asli Yogyakarta yang berbahan gajih atau lemak sapi. Tampak pula para pengunjung berjajar mengantre membeli sate yang saat ini semakin jarang dijumpai di Yogyakarta.

Beberapa pengunjung yang lebih dulu datang terlihat lahap menyantap sate kere yang disajikan dengan pincuk daun pisang. Padahal dahulu, di setiap ada pertunjukan wayang kulit atau pun Jathilan di desa-desa dengan mudah ditemui penjual sate kere.

Saat ini, salah satu tempat untuk mendapatkan sate kere ada di emperan Pasar Beringharjo kota Yogyakarta. "Sekarang jarang mas. Padahal dulu zaman kecil banyak yang jual," ujar Dian, penjual sate kere di Pasar Kangen Jogja saat ditemui KompasTravel, Kamis (21/7/2016).

Menurut Dian, ada dua jenis sate kere yakni khas Yogyakarta dan Solo. Sate kere di Solo berbahan tempe gembus, sedangkan sate kere khas Yogyakarta berbahan gajih atau lemak sapi. "Di stand ini ada dua, khas Solo dan Yogya. Pembeli bisa pesan dengan lontong juga ," tegasnya.

Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) ini mengaku tidak berjualan di rumah. Ia bersama temannya sengaja berjualan sate kere di Pasar Kangen untuk memanjakan pengunjung yang ingin bernostalgia dengan sate kere.

Selain itu juga ingin agar kawula muda mengetahui jika zaman dulu ada varian sate yang melegenda yakni sate kere. "Satu porsinya Rp 10.000, tetapi kalau campur (sate kere khas Yogya dan Solo) Rp 15.000," ucapnya.

Warga Banguntapan Bantul ini, mengaku mulai dari hari pertama di Pasar Kangen Jogja sampai dengan hari kedua, sate kere diminati pengunjung. Kebanyakan mereka memesan sate kere campur.

Sementara itu, Ibu Bagyo menyampaikan Pasar Kangen pertama ia selalu ikut membuka stand kuliner. Di standnya ia menjajakan makanan khas tradisional zaman dulu, antara lain legondo, gatot, cenil, tiwul, klepon, lupis, gethuk, jenang grendul, jenang sumsum, jenang mutiara dan hawuk-hawuk.

"Semua dimasak sendiri. Tanpa pengawet ataupun pemanis buatan, semua alami seperti gula jawa dan gula aren," urainya.

Ia menyampaikan, harga untuk dapat menikmati makanan tradisional di standnya cukup murah. Penyajiannya pun tidak menggunakan piring melainkan jenang dengan pincuk daun pisang.

KOMPAS.COM/WIJAYA KUSUMA Stand sate kere di Pasar Kangen Jogja Taman Budaya Yogyakarta.
Seperti zaman dahulu, pengunjung menyantap jenang dengan "suru" (sendok dari daun pisang). 

Selama dua hari penyelenggaraan Pasar Kangen Jogja, yang paling diburu pembeli di standnya adalah lopis, cenil, klepon dan jenang.

Ibu Bagyo menuturkan, selain membuka stand di Pasar Kangen Jogja ia juga berjualan di Pasar Kolombo. Baginya berjualan makanan tradisional bukan hanya sebatas mencari uang, namun juga turut melestarikan tradisi sehingga kuliner masa lalu bisa bertahan di era modern saat ini.

"Jangan sampai anak cucu kita tidak mengenal gatot, cenil atau jenang grendul. Kuliner ini harus terus dilestarikan," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

Travel Tips
Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Travel Update
Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Travel Update
4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

Travel Tips
Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Jalan Jalan
4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

Travel Tips
Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Travel Update
Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Jalan Jalan
Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Jalan Jalan
 7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

Jalan Jalan
5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

Travel Tips
Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Travel Update
Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com