Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kopi Toraja, Kopi Para Dewa

Kompas.com - 18/08/2016, 22:52 WIB

Menjelang akhir abad ke-19, tepatnya pada 1889, konflik terbuka akibat perebutan ”emas hitam” itu tak terhindarkan. Sejarah pun mencatatnya sebagai ”Perang Kopi”, menandai satu babak dari perjalanan kopi toraja di panggung dunia, hingga akhirnya Belanda masuk menguasai kawasan pedalaman Sulawesi Selatan ini pada 1906.

Babak baru

Kini, ketika minum kopi menjadi bagian dari gaya hidup kaum urban, kopi toraja kian berkibar. Jika segelintir masyarakat perkotaan mulai terpikat pada kopi toraja baru beberapa tahun terakhir, seiring menjamurnya kafe-kafe, di Jepang kopi toraja dikenal luas sejak 1930-an.

Saat ini, lebih dari 5.000 restoran dan kafe di Jepang menyuguhkan kopi toraja yang didistribusikan oleh sang perintis: Toarco Jaya, anak usaha Key Coffee dari Jepang.

Kopi toraja juga mengisi gerai-gerai kopi berkualitas di toserba dan pasar swalayan terkenal di sana. Bahkan, survei Key Coffee menyebutkan, di lingkungan rumah tangga di Jepang, kopi toraja populer sebagai produk yang mewah.

Sempat mati suri setelah perkebunan skala besar milik Van Dijk di Rantekarua diambil alih dan dieksploitasi Jepang (1942-1945) tanpa perawatan, sementara kebun-kebun kopi rakyat ditelantarkan, lalu baru pada 1970-an ”dibangkitkan” kembali oleh Key Coffe, kini kopi arabika toraja masuk dalam lima besar kopi spesial dunia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com