Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menikmati Pesta Kopi di Desa Gombengsari Banyuwangi

Kompas.com - 09/09/2016, 06:03 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Pada Festival Kembang Kopi yang digelar di Desa Gombengsari, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Rabu (7/9/2016), ratusan pengunjung diajak menyaksikan proses panen kopi rakyat yang dilakukan masyarakat.

Bukan hanya sekadar memanen, mereka juga diajak menyangrai kopi di tengah hamparan kebun kopi di desa yang berada di bawah kaki Gunung Ijen tersebut.

Festival dimulai dengan memanen kopi bersama-sama di Dusun Lerek, Desa Gombengsari Kecamatan Kalipuro. Oleh penduduk sekitar, pengunjung diajari bagaimana cara memetik biji kopi yang telah matang.

Setelah dipetik, kopi merah dimasukkan ke dalam tas khusus yang dikalungkan di leher atau diikat di pinggang.

Desa Gombengsari memiliki lahan kopi rakyat seluas 1.700 hektar dengan lahan murni 850 hektar dan sisanya penanaman kopi dengan cara sistem tumpang sari.

"Warna biji kopi yang dipetik harus berwarna merah. Bukan yang hijau karena masih belum matang dan akan mempengaruhi kualitas serta rasa kopi," jelas Taufik (45), salah satu petani kopi di Dusun Lerek, Desa Gombengsari kepada KompasTravel.

Taufik memaparkan, setiap halaman rumah warga di desa Gombengsari memiliki pohon kopi jenis robusta yang sudah berusia puluhan tahun dan dipelihara secara turun temurun.

KOMPAS.COM/IRA RACHMAWATI Wisatawan asing dan masyarakat Desa Gombengsari, Banyuwangi, Jawa Timur, menyatu menikmati kopi di Festival Kembang Kopi, Rabu (7/9/2016).
Hasil panen biji kopi kemudian dimasukkan ke dalam mesin untuk mengupas kulit kopi dan kemudian dicuci bersih untuk menghilangkan lendir dan kulit ari.

"Ini dengan cara giling basah jadi menggunakan air. Setelah dibersihkan kopi dijemur di bawah sinar matahari di atas para-para agar kering maksimal. Baru terakhir kemudian diselip dalam keadaan kering," jelas Taufik.

Asmad (55), pemilik selip kering kepada KompasTravel mengatakan, mesin yang dia miliki bisa menggiling sampai 2 ton kopi per hari. Pada musim panen kopi, biasanya ia akan berkeliling ke rumah-rumah petani untuk menggiling kopi kering.

"Tergantung pesanan. Biasanya petani akan membayar Rp 6.000 per kilo. Untuk jam kerjanya biasanya mulai jam 7 pagi sampai jam 7 malam," jelas Asmad sambil menunjukkan cara kerja mesin gilingnya kepada para pengunjung.

"Kalau sudah besih, kering seperti ini kopi sudah bisa diproses lagi," katanya sambil memperlihatkan biji kopi hasil gilingannya.

Selanjutnya pengunjung diajak untuk sangrai kopi. Hanya 250 gram yang disangrai tidak boleh lebih agar kematangan merata. Puluhan ibu-ibu mempraktikkan sangrai kopi secara tradisional menggunakan wajan tanah liat dan tungku batu bata.

Pengunjung pun boleh mencoba mengaduk wajan panas yang berisikan biji-biji kopi untuk disangrai. Kopi yang sudah disangrai kemudian didinginkan baru kemudian ditumbuk secara manual.

KOMPAS.COM/IRA RACHMAWATI Petani kopi sedang menjemur kopi di Desa Gombengsari, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Rabu (7/9/2016).
"Ini pengalaman baru buat saya. Selama ini hanya mengetahui minum kopi dan coffee maker. Di sini pengolahan kopi masih secara tradisional," jelas Ashley Fedor, wisatawan asal New York kepada KompasTravel.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Wahana dan Kolam Renang di Kampoeng Kaliboto Waterboom Karanganyar

Wahana dan Kolam Renang di Kampoeng Kaliboto Waterboom Karanganyar

Jalan Jalan
Gunung Ruang Meletus, AirAsia Batalkan Penerbangan ke Kota Kinabalu

Gunung Ruang Meletus, AirAsia Batalkan Penerbangan ke Kota Kinabalu

Travel Update
Kampoeng Kaliboto Waterboom: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Kampoeng Kaliboto Waterboom: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di The Nice Garden Serpong

Aktivitas Wisata di The Nice Garden Serpong

Jalan Jalan
Delegasi Dialog Tingkat Tinggi dari China Akan Berwisata ke Pulau Padar Labuan Bajo

Delegasi Dialog Tingkat Tinggi dari China Akan Berwisata ke Pulau Padar Labuan Bajo

Travel Update
The Nice Garden Serpong: Tiket Masuk, Jam Buka, dan Lokasi

The Nice Garden Serpong: Tiket Masuk, Jam Buka, dan Lokasi

Jalan Jalan
Cara ke Sukabumi dari Bandung Naik Kendaraan Umum dan Travel

Cara ke Sukabumi dari Bandung Naik Kendaraan Umum dan Travel

Travel Tips
Pengembangan Bakauheni Harbour City di Lampung, Tempat Wisata Dekat Pelabuhan

Pengembangan Bakauheni Harbour City di Lampung, Tempat Wisata Dekat Pelabuhan

Travel Update
Asita Run 2024 Digelar di Bali Pekan Ini, Terbuka untuk Turis Asing

Asita Run 2024 Digelar di Bali Pekan Ini, Terbuka untuk Turis Asing

Travel Update
13 Telur Komodo Menetas di Pulau Rinca TN Komodo pada Awal 2024

13 Telur Komodo Menetas di Pulau Rinca TN Komodo pada Awal 2024

Travel Update
Tanggapan Kemenparekraf soal Jam Kerja 'Overtime' Sopir Bus Pariwisata

Tanggapan Kemenparekraf soal Jam Kerja "Overtime" Sopir Bus Pariwisata

Travel Update
Tip Jalan-jalan Jenius ke Luar Negeri, Tukar Mata Uang Asing 24/7 Langsung dari Aplikasi

Tip Jalan-jalan Jenius ke Luar Negeri, Tukar Mata Uang Asing 24/7 Langsung dari Aplikasi

BrandzView
Vietnam dan China Siap Bangun Jalur Kereta Cepat Sebelum 2030

Vietnam dan China Siap Bangun Jalur Kereta Cepat Sebelum 2030

Travel Update
Libur Lebaran, Tren Kunjungan Wisatawan di Labuan Bajo Meningkat

Libur Lebaran, Tren Kunjungan Wisatawan di Labuan Bajo Meningkat

Travel Update
ASDP Catat Perbedaan Tren Mudik dan Arus Balik Lebaran 2024 Merak-Bakauheni

ASDP Catat Perbedaan Tren Mudik dan Arus Balik Lebaran 2024 Merak-Bakauheni

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com