Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengintip Potongan Rambut Buddha di Botataung Pagoda, Yangon

Kompas.com - 11/10/2016, 17:07 WIB
Sri Anindiati Nursastri

Penulis

YANGON, KOMPAS.com - Saya kaget ketika seorang wanita petugas Botataung Pagoda dengan galak meminta saya berbaris. Di ujung ruangan, terdapat dua petugas yang berkutat di depan monitor dan kamera mungil yang bertengger di sampingnya.

"Photo! Photo!," tutur wanita itu kepada KompasTravel

Sepanjang kunjungan ke Yangon, Myanmar, bersama Tourism Authority of Thailand (TAT) beberapa waktu lalu, baru pertama kali saya diminta foto layaknya di konter imigrasi bandara. Semua turis yang masuk ke Botataung Pagoda yang terletak di pusat kota memang harus melewati prosedur tersebut.

Saya bertanya kepada Nang Hla May, pemandu yang waktu itu mengantar kami berkeliling kota besar di Myanmar itu. Dengan pasti dia menjawab, "Pagoda ini menyimpan potongan rambut Buddha."

Banyak pagoda dan kuil yang konon menyimpan peninggalan Buddha, namun mayoritas adalah replika. Saya buru-buru melepas sepatu dan memasuki pagoda, ingin membuktikan bahwa relik (sisa jasmani) Buddha yang asli benar-benar disimpan di sana.

Dari gerbang masuk, saya langsung dihadapkan dengan dua daun pintu yang terbuka lebar. Jalur masuk terletak di sebelah kiri, dan jalur keluar di sebelah kanan. Pintu, ornamen, dan dinding bangunan tersebut berlapis emas.

KOMPAS.COM/SRI ANINDIATI NURSASTRI Botataung Pagoda adalah salah satu kuil tertua di Myanmar. Disinyalir, kuil ini dibangun bersamaan dengan Shwedagon Pagoda 2.500 tahun lalu.

Botataung Pagoda adalah salah satu kuil tertua di Myanmar. Disinyalir, kuil ini dibangun bersamaan dengan Shwedagon Pagoda 2.500 tahun lalu. Bangunan kuil ini hancur total pada masa Perang Dunia II, namun warga lokal bergotong-royong merenovasinya kembali.

Begitu memasuki pagoda, saya kaget untuk kedua kalinya. Bagian dalam kuil ini ternyata berupa labirin yang seluruh permukaannya berlapis emas. May, panggilan pemandu kami mengatakan bahwa emas adalah barang paling mulia yang dimiliki warga Myanmar. Istilahnya, demi Buddha, mereka akan memberikan segala yang mereka punya.

Tiga kali berbelok di labirin, ada beberapa warga dan turis asing yang mengantre di depan saya. Di ujung ruang labirin kali ini terdapat pintu, yang juga berlapis emas, dengan satu lubang kaca berbentuk persegi berukuran kecil. Lubang kaca tersebut adalah tempat melihat relik Buddha berupa potongan satu helai rambut.

KOMPAS.COM/SRI ANINDIATI NURSASTRI Di ujung ruang labirin kali ini terdapat pintu, yang juga berlapis emas, dengan satu lubang kaca berbentuk persegi berukuran kecil. Lubang kaca tersebut adalah tempat melihat relik Buddha berupa potongan satu helai rambut.

"Buddha's Sacred Hair Relic" begitu tulisan yang tertera di bagian dalam ruangan tersebut. Disinari kilauan emas dari berbagai sudut, sudah tentu potongan sehelai rambut milik Buddha tidak terlihat. Namun potongan tersebut disimpan di dalam etalase kaca, dengan berbagai ornamen dan pajangan di sampingnya.

Tak boleh berlama-lama memerhatikan relik Buddha tersebut, karena banyak warga Myanmar yang juga mengantre untuk berdoa. Relik Buddha memang sangat disakralkan oleh umatnya.

Rupanya labirin lebih panjang saat menuju jalan keluar. Di tengah perjalanan keluar labirin, saya melihat beberapa warga lokal duduk bersimpuh untuk berdoa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Wahana dan Kolam Renang di Kampoeng Kaliboto Waterboom Karanganyar

Wahana dan Kolam Renang di Kampoeng Kaliboto Waterboom Karanganyar

Jalan Jalan
Gunung Ruang Meletus, AirAsia Batalkan Penerbangan ke Kota Kinabalu

Gunung Ruang Meletus, AirAsia Batalkan Penerbangan ke Kota Kinabalu

Travel Update
Kampoeng Kaliboto Waterboom: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Kampoeng Kaliboto Waterboom: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di The Nice Garden Serpong

Aktivitas Wisata di The Nice Garden Serpong

Jalan Jalan
Delegasi Dialog Tingkat Tinggi dari China Akan Berwisata ke Pulau Padar Labuan Bajo

Delegasi Dialog Tingkat Tinggi dari China Akan Berwisata ke Pulau Padar Labuan Bajo

Travel Update
The Nice Garden Serpong: Tiket Masuk, Jam Buka, dan Lokasi

The Nice Garden Serpong: Tiket Masuk, Jam Buka, dan Lokasi

Jalan Jalan
Cara ke Sukabumi dari Bandung Naik Kendaraan Umum dan Travel

Cara ke Sukabumi dari Bandung Naik Kendaraan Umum dan Travel

Travel Tips
Pengembangan Bakauheni Harbour City di Lampung, Tempat Wisata Dekat Pelabuhan

Pengembangan Bakauheni Harbour City di Lampung, Tempat Wisata Dekat Pelabuhan

Travel Update
Asita Run 2024 Digelar di Bali Pekan Ini, Terbuka untuk Turis Asing

Asita Run 2024 Digelar di Bali Pekan Ini, Terbuka untuk Turis Asing

Travel Update
13 Telur Komodo Menetas di Pulau Rinca TN Komodo pada Awal 2024

13 Telur Komodo Menetas di Pulau Rinca TN Komodo pada Awal 2024

Travel Update
Tanggapan Kemenparekraf soal Jam Kerja 'Overtime' Sopir Bus Pariwisata

Tanggapan Kemenparekraf soal Jam Kerja "Overtime" Sopir Bus Pariwisata

Travel Update
Tip Jalan-jalan Jenius ke Luar Negeri, Tukar Mata Uang Asing 24/7 Langsung dari Aplikasi

Tip Jalan-jalan Jenius ke Luar Negeri, Tukar Mata Uang Asing 24/7 Langsung dari Aplikasi

BrandzView
Vietnam dan China Siap Bangun Jalur Kereta Cepat Sebelum 2030

Vietnam dan China Siap Bangun Jalur Kereta Cepat Sebelum 2030

Travel Update
Libur Lebaran, Tren Kunjungan Wisatawan di Labuan Bajo Meningkat

Libur Lebaran, Tren Kunjungan Wisatawan di Labuan Bajo Meningkat

Travel Update
ASDP Catat Perbedaan Tren Mudik dan Arus Balik Lebaran 2024 Merak-Bakauheni

ASDP Catat Perbedaan Tren Mudik dan Arus Balik Lebaran 2024 Merak-Bakauheni

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com