Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jongkie Tio, "Pendongeng" Tionghoa Peranakan

Kompas.com - 25/10/2016, 10:03 WIB

Ia lantas menulis buku kedua berjudul sama yang memuat 287 foto tua. Dokumen itu mengisahkan kawasan pecinan, hikayat Kota Semarang, sudut-sudut Semarang lama, dan bangunan-bangunan kuno di Kota Lama yang dijuluki ”Netherland Kecil”. Sebagian foto ia peroleh dari Belanda. Yang tertua bertahun 1880-an.

Midden Java Reunie

Sejumlah kolega Jongkie membawa buku tersebut (dalam versi berbahasa Inggris) ke Belanda untuk mempromosikan Semarang. Belakangan, sejumlah tokoh Belanda berinisiatif membuat program Midden Java Reunie pada pertengahan 1990-an hingga awal 2000-an. Program ini ditujukan bagi orang-orang Belanda yang pernah bertugas di Semarang.

Selama delapan tahun, kunjungan turis asal Belanda ke Semarang terdongkrak. Mereka bernostalgia, bertemu kenalan, menikmati suasana, atau napak tilas.

Namun, saat di sini, mereka tidak tahu mesti berkunjung ke mana saja. Akhirnya mereka dibawa ke restoran Jongkie untuk menikmati makanan khas Semarang sembari mendengarkan ”dongeng sejarah”.

Program itu rata-rata diikuti lebih dari 100 orang. ”Mereka sudah tua, tapi selalu didampingi anak-anak, saudara, atau cucunya. Mereka senang berada di Kota Semarang. Setiap mampir di restoran saya, mereka memperoleh cerita sejarah,” katanya. Sebaliknya, Jongkie mendapatkan cerita versi mereka.

Sayang, program Midden Java Reunie tak berjalan lagi setelah para perintisnya kian renta atau meninggal. Jongkie berharap Pemerintah Kota Semarang dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mengambil peran lebih besar untuk mengembangkan program wisata sejarah.

Program itu penting bukan semata untuk mendulang uang, melainkan juga menguatkan identitas Semarang. Bangunan-bangunan kuno di kota itu juga pasti akan lebih terpelihara. Jongkie sedih karena hanya 30 persen dari banyak rumah khas cina di pecinan Semarang yang masih tersisa.

Sambil menunggu inisiatif pemerintah, Jongkie bergerak membina anak-anak muda untuk mengenal Kota Semarang. Mereka diajak belajar sejarah dan budaya sambil berwisata menyusuri kawasan pecinan, Kota Lama, dan kampung-kampung asli kota itu. (WINARTO HERUSANSONO)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 1 Oktober 2016, di halaman 16 dengan judul "Pendongeng" Tionghoa Peranakan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com