Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menapaki Jejak Thomas Karsten, “Si Perancang Modernisme Semarang”

Kompas.com - 11/11/2016, 07:30 WIB
Muhammad Irzal Adikurnia

Penulis

SEMARANG, KOMPAS.com - Semarang merupakan salah satu kota yang memiliki banyak peninggalan masa kolonial Belanda, terbukti dengan berbagi bangunan masa kolonial yang masih terjaga.

Di antaranya ialah Kota Lama, Pasar Johar, hingga Gedung Kesenian Sobokartti. Menelusuri jejak-jejak keindahannya dapat menjadi itinerary berlibur yang unik.

Berbagai bangunan eksotis warisan kolonial hingga penataan kawasan di Semarang ternyata hasil rancangan arsitek tersohor, yaitu Herman Thomas Karsten. Dari hasil karyanya lah ia sering disebut “Perancang Modernisme Semarang”, dan Semarang pun kerap disebut-sebut “kotanya Karsten” sejak zaman kolonial.

(BACA: Ini Dia Lumpia Tertua di Semarang...)

Berbagai bangunan warisan Belanda pun masih terjaga hingga saat ini. Komunitas Sejarah Lopen Semarang mengajak wisatawan untuk mencoba menelusuri jejak-jejak mahakarya Karsten di Semarang, bertajuk “Jelajah Warisan Karsten” pada Sabtu (5/11/2016).

“Rangkaian wisata ini salah satu cara untuk mengenang kembali karya-karya arsitek Herman Thomas Karsten di Semarang,” ujar Yogi, Koordinator Komunitas Sejarah Lopen Semarang saat mengawali perjalanan tersebut.

Komunitas Sejarah Lopen Semarang Kantor Asuransi Jiwasraya, yang dahulu merupakan kantor dari NILLMIJ (Nederlandsche Indische Lifrente Levensverzekering Maatschappij), salah satu perusahaan kereta atau trem besar di masa kolonial. Bangunan tiga lantai yang dibangun pada 1916 ini memiliki elevator yang diyakini sebagai yang tertua di Indonesia.
Teriknya matahari di Semarang menyambut 45 wisatawan yang terdiri dari wisatawan asing, domestik, dan pelajar. Perjalanan kita pun berawal dari Gedung Kesenian Sobokartti, di bilangan dr. Cipto Semarang. Bangunan tersebut dirancang Karsten dengan mengombinasikan pendopo Jawa dan teater ala Eropa.

Selain berkeliling mengamati keeksotisan bangunan yang diresmikan tahun 1930 tersebut, para wisatawan pun mendapatkan pelatihan gamelan secara singkat oleh para instruktur senior Sobokarti.

(BACA: 5 Tempat "Selfie" Favorit di Kota Lama Semarang)

Selepas Gedung Kesenian Sobokartti, wisatawan bergeser ke Kawasan Kota Lama Semarang dengan Bus Trans Semarang dan menjelajahi salah satu gedung di sana bekas kantor Semarangsche Handelsvereeniging, Kamar Dagang dan Industri pada masa kolonial.

Selama puluhan tahun bangunan yang dahulunya pernah menjadi awal penyebaran komunis di Hindia Belanda tersebut masih kokoh dengan struktur aslinya.

Komunitas Sejarah Lopen Semarang Teriknya matahari di Semarang menyambut 45 wisatawan yang terdiri dari wisatawan asing, domestik, dan pelajar. Mereka berfoto diatas Gereja Blenduk, salah satu bangunan bersejarah di Kota Lama, Semarang.
Kota Lama memang gudangnya peninggalan kolonial di Semarang. Selain gedung-gedungnya, tata letaknya bangunannya pun salah satu hasil rancangan Karsten.

Salah satu bangunan eksotis lainnya ialah kantor Asuransi Jiwasraya, yang dahulu merupakan kantor dari NILLMIJ (Nederlandsche Indische Lijfrente Levensverzekering Maatschappij), salah satu perusahaan kereta atau trem besar di masa kolonial.

Bangunan tiga lantai yang dibangun pada 1916 ini memiliki elevator yang diyakini sebagai yang tertua di Indonesia.

Teriknya cahaya matahari siang itu tidak menyurutkan semangat peserta yang rata-rata baru pertama kalinya mengunjungi dan mengetahui cerita-cerita di balik obyek-obyek tersebut.

“Acara ini sebetulnya rangkaian acara dari pameran tentang hidup dan karya dari Herman Thomas Karsten bertajuk Indonesia Bersatulah, Indonesia Bermulialah yang dimulai 19-30 November 2016 di Semarang Contemporary Art Gallery,” ujar Yogi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com