Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Berlibur ke Raja Ampat Memang Mahal, tapi Anda Tak Akan Menyesal..."

Kompas.com - 16/03/2017, 10:12 WIB
Dendi Ramdhani

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com - Derap langkah cepat ribuan manusia di Bandara Internasional Soekarno-Hatta mengiringi gerak rembulan yang tepat berada di ubun-ubun. Dari layar gawai, waktu menunjukan pukul 24.00 WIB.

Rasa kantuk berebut tempat dengan adrenalin yang terus memuncak jelang keberangkatan saya ke Raja Ampat, Papua Barat. Iya, Raja Ampat, daerah bahari yang banyak diimpikan orang untuk dikunjungi.

Saya beruntung lantaran tugas pekerjaan mengantarkan saya ke kabupaten seribu pulau itu pada pekan lalu.

(BACA: Berapa Biaya Wisata ke Raja Ampat ala Backpacker? Ini Perhitungannya)

Sekitar pukul 01.00 WIB, saya bergegas menuju pesawat. Rute perjalanan yang saya tempuh yakni Jakarta-Manado dan Manado-Raja Ampat.

Dari Soekarno-Hatta, saya terbang menggunakan maskapai Batik Air menuju Manado, Sulawesi Utara. Perjalanan menuju Manado memakan waktu sekitar 3 jam. Setelah rehat sejenak di Bandara Sam Ratulangi Manado, perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan maskapai Wings Air.

KOMPAS.COM/I MADE ASDHIANA Dermaga Sawinggrai, di Distrik Meos Mansar, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat, Rabu (11/5/2016).
Rute penerbangan Manado-Raja Ampat memang baru dibuka pada awal tahun 2017 untuk memangkas waktu tempuh perjalanan bagi para pelancong. Manado-Raja Ampat ditempuh dengan waktu perjalanan sekitar 2 jam.

Jika menilik biaya perjalanan jalur udara, rute Jakarta-Manado dengan Batik Air menyedot kocek sekitar Rp 1,3 juta.

Sementara Manado-Raja Ampat dibanderol sekitar Rp 800.000. Harga itu tentu bisa berubah di waktu tertentu.

(BACA: Mau Tahu Sejarah Nama Raja Ampat?)

Rasa lelah selama perjalanan terbayar sewaktu pesawat Wings Air hendak mendarat di Bandara Marinda, Kabupaten Raja Ampat. Gugusan pulau-pulau kecil meretas mata dari bayangan kantuk.

Gradasi warna biru tua dan hijau yang menandakan perbedaan kedalaman laut menjadi tanda perairan wilayah Raja Ampat masih 'perawan' dan jauh dari eksplorasi berlebih.

KOMPAS.com / Wahyu Adityo Prodjo Wisatawan menikmati pemandangan gugusan pulau karst dari Bukit Piaynemo, Desa Pam, Kecamatan Waigeo Barat Kepulauan, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat, Senin (31/11/2016).
Dari Bandara Marinda, saya dijemput oleh Udin, pria 30 tahun yang berprofesi sebagai sopir rental mobil. Terbatasnya moda transportasi umum di Raja Ampat memang membuka peluang bisnis bagi pengusaha rental kendaraan.

Udin menyapa dengan ramah, senyumnya merekah. Pria kelahiran Lampung itu bergegas membawa barang bawaan.

(BACA: Cerita Unik Pemandu Wisata Lokal soal Turis Asing di Raja Ampat)

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com