Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Potensi Wisata Halal Besar, Patut Dikembangkan

Kompas.com - 21/04/2017, 17:09 WIB

JAKARTA, KOMPAS - Pengembangan pariwisata halal untuk membidik wisatawan Muslim dunia masih sebatas menjadi kebutuhan pemerintah. Pelaku usaha pariwisata masih belum melihat wisata halal sebagai potensi besar sehingga lebih banyak melayani wisata umrah dan haji.

”Potensi wisata halal lebih besar dibandingkan dengan potensi wisatawan China. Namun, Indonesia selama ini belum mengembangkannya karena yakin sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar, produk-produk kita sudah halal,” kata Ketua Tim Percepatan Pengembangan Pariwisata Halal Kementerian Pariwisata, Riyanto Sofyan dalam diskusi tentang pariwisata halal yang diselenggarakan Markplus di Jakarta, Kamis (20/4/2017).

Berdasarkan studi Mastercard-Crescent Rating Global Muslim Travel Index (GMTI) 2016, total jumlah wisatawan Muslim dunia mencapai 117 juta pada 2015.

(BACA: Gaet Turis Muslim, Jepang Siapkan Mushala dan Restoran Halal)

Jumlah itu diperkirakan terus bertambah hingga mencapai 168 juta wisatawan pada 2020 dengan pengeluaran di atas 200 miliar dollar AS atau sekitar Rp 2,6 triliun.

”Jika dibandingkan dengan negara-negara yang ada di Asia Tenggara dalam konteks wisata halal, berdasarkan data World Travel Tourism Council atau WTTC, Indonesia baru bisa mendatangkan devisa negara dari pariwisata halal sebesar 11,9 miliar dollar AS,” kata Riyanto.

Riyanto menambahkan, selama ini industri halal hanya diartikan sebagai industri makanan dan minuman. Padahal, halal juga ada di sistem keuangan dan gaya hidup.

KOMPAS/ABDULLAH FIKRI ASHRI Pengunjung berfoto di gerbang Keraton Kasepuhan Cirebon di Kota Cirebon, Jawa Barat, Minggu (10/7/2016). Saat akhir pekan atau liburan, keraton peninggalan salah satu Wali Sanga, yakni Sunan Gunung Jati, tersebut ramai dikunjungi wisatawan Nusantara.
”Yang sekarang sedang tumbuh pesat adalah gaya hidup halal. Pariwisata ada di dalamnya,” ujar Riyanto.

Potensi

Ketua Umum Asosiasi Tour Leader Muslim Indonesia yang juga Chairman Indonesia Islamic Travel Communication Forum Priyadi Abadi mengakui, selama ini pelaku usaha di bidang wisata Muslim lebih banyak bergerak pada layanan umrah dan haji. Padahal, potensi untuk membawa wisatawan Muslim global ke Indonesia juga besar.

(BACA: Sertifikasi Halal Restoran, Keluhan Menpar, hingga Turis China...)

Namun, tambah Priyadi, ada sejumlah negara lain yang justru lebih siap menerima wisatawan Muslim. Negara-negara itu antara lain Taiwan, Italia, dan Jepang.

”Sebenarnya jika kita belum siap membuat sertifikat halal untuk produk-produk kita, setidaknya produk kita ramah terhadap wisatawan Muslim. Misalnya, dengan menyediakan ruang untuk shalat, mempunyai persediaan alat-alat shalat, dan sebagainya,” kata Priyadi.

Tempat yang ramah terhadap wisatawan Muslim ini tidak terbatas di hotel, tetapi juga di berbagai tempat, seperti restoran, tempat wisata, dan pusat perbelanjaan.

Asisten Deputi Pengembangan Pasar Segmen Bisnis, Pemerintah, Kementerian Pariwisata, Tazbir Abdullah, mengatakan, belum banyaknya industri wisata yang membidik pasar halal karena Indonesia terlalu besar, memiliki daya beli yang kuat, dan memiliki pasar yang besar.

KOMPAS/PRIYOMBODO Suasana senja di Jam Gadang, Bukittinggi, Sumatera Barat, beberapa waktu lalu. Jam Gadang hingga kini menjadi ikon sekaligus tujuan wisata di Bukittinggi.
”Banyak dari mereka melihat selama ini masyarakat tidak terlalu mempermasalahkan sertifikat halal, jadi mereka tidak pusing dengan sertifikat halal. Padahal, kalau kita mau membidik wisatawan Muslim dunia, sertifikat halal menjadi sangat penting karena menjadi jaminan bagi wisatawan ini,” kata Tazbir.

Jika sertifikat halal dan sertifikat ramah terhadap wisatawan Muslim diupayakan Indonesia, target pemerintah mendapatkan 5 juta wisatawan Muslim dunia diyakini akan tercapai pada 2019.

Menurut data Badan Pusat Statistik, kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia pada Januari-Februari 2017 mencapai 1,99 juta. Angka ini meningkat 16,91 persen dibandingkan dengan Januari-Februari 2016. (ARN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

5 Wisata di Singkawang, Kalimantan Barat, Ada yang Gratis

5 Wisata di Singkawang, Kalimantan Barat, Ada yang Gratis

Jalan Jalan
Tren Fitur Sandaran Kursi Pesawat Kelas Ekonomi di AS Akan Dihilangkan

Tren Fitur Sandaran Kursi Pesawat Kelas Ekonomi di AS Akan Dihilangkan

Travel Update
3 Rekomendasi Kafe Kucing di Bandung

3 Rekomendasi Kafe Kucing di Bandung

Jalan Jalan
Wahana dan Kolam Renang di Kampoeng Kaliboto Waterboom Karanganyar

Wahana dan Kolam Renang di Kampoeng Kaliboto Waterboom Karanganyar

Jalan Jalan
Gunung Ruang Meletus, AirAsia Batalkan Penerbangan ke Kota Kinabalu

Gunung Ruang Meletus, AirAsia Batalkan Penerbangan ke Kota Kinabalu

Travel Update
Kampoeng Kaliboto Waterboom: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Kampoeng Kaliboto Waterboom: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di The Nice Garden Serpong

Aktivitas Wisata di The Nice Garden Serpong

Jalan Jalan
Delegasi Dialog Tingkat Tinggi dari China Akan Berwisata ke Pulau Padar Labuan Bajo

Delegasi Dialog Tingkat Tinggi dari China Akan Berwisata ke Pulau Padar Labuan Bajo

Travel Update
The Nice Garden Serpong: Tiket Masuk, Jam Buka, dan Lokasi

The Nice Garden Serpong: Tiket Masuk, Jam Buka, dan Lokasi

Jalan Jalan
Cara ke Sukabumi dari Bandung Naik Kendaraan Umum dan Travel

Cara ke Sukabumi dari Bandung Naik Kendaraan Umum dan Travel

Travel Tips
Pengembangan Bakauheni Harbour City di Lampung, Tempat Wisata Dekat Pelabuhan

Pengembangan Bakauheni Harbour City di Lampung, Tempat Wisata Dekat Pelabuhan

Travel Update
Asita Run 2024 Digelar di Bali Pekan Ini, Terbuka untuk Turis Asing

Asita Run 2024 Digelar di Bali Pekan Ini, Terbuka untuk Turis Asing

Travel Update
13 Telur Komodo Menetas di Pulau Rinca TN Komodo pada Awal 2024

13 Telur Komodo Menetas di Pulau Rinca TN Komodo pada Awal 2024

Travel Update
Tanggapan Kemenparekraf soal Jam Kerja 'Overtime' Sopir Bus Pariwisata

Tanggapan Kemenparekraf soal Jam Kerja "Overtime" Sopir Bus Pariwisata

Travel Update
Tip Jalan-jalan Jenius ke Luar Negeri, Tukar Mata Uang Asing 24/7 Langsung dari Aplikasi

Tip Jalan-jalan Jenius ke Luar Negeri, Tukar Mata Uang Asing 24/7 Langsung dari Aplikasi

BrandzView
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com