KOMPAS.com - "Anda dari atas? Wow ke Jayu Park?" tanya Jinny Yang, pemandu turis. Jinny dan rekan-rekannya sesama pemandu turis heran saat kami turun dari arah bukit di Pecinan Incheon awal April 2017.
Mendaki daratan di Pecinan Korea Selatan, bukan hal populer bagi pelancong yang mengunjungi kawasan ekonomi khusus Incheon.
Meski pemandangannya bagus dengan pohon cherry yang menampakkan bunganya, tak ada wajah orang asing di atas bukit yang kental dengan patung dan tulisan dengan filosofi Konfusius.
Karena dengan sudut kemiringan hingga 45 derajat, jalan menuju ke Jayu Park bisa memakan waktu sampai 20 menit.
(BACA: Apa Kata Orang Korea tentang Turis Indonesia?)
Letaknya 65 kilometer dari ibu kota Korea Selatan, Seoul, dan sekitar 45 menit hingga satu jam berkendara ke kota besar itu.
Kawasan ini baru berkembang dalam 15 tahun terakhir, sejak bandara dibangun sebagai salah satu penggerak ekonomi di wilayah yang memiliki wewenang khusus dalam membuat kesepakatan ekonomi dengan negeri lain.
Gedung perusahaan pembuat baja Posco yang kembar menjadi jaminan kehidupan malam di Incheon akan tetap menggeliat hingga larut malam. Pencakar langit dibangun dengan rapi di Songdo, kawasan bisnis baru Korea Selatan.
(BACA: Inilah Tempat Terbaik di Korea untuk Melihat Bunga Sakura)
Pembatas daerah reklamasi dan "daratan asli" adalah jalan raya yang menempel pada kawasan Pecinan. "Garis batasnya di sana," kata Jinny saat memandu rombongan peserta World Journalist Conference 2017 di ujung batas kawasan Pecinan.
Garis batas yang dimaksud adalah tempat awal Jenderal Douglas MacArthur mendaratkan pasukan amfibi, gabungan 16 negara membantu tentara Korea Selatan.
Di garis batas itu pula, jauh sebelum MacArthur datang, pelabuhan tempat perdagangan Kerajaan Korea dengan bangsa China berlangsung. Hingga akhirnya para pedagang dari China membentuk wilayah yang kini menjadi Pecinan di Incheon.