Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Perjuangan Rustono "King of Tempe", dari Grobogan sampai Amerika

Kompas.com - 30/05/2017, 22:05 WIB
Muhammad Irzal Adiakurnia

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Merek Rustos’s Tempeh sangat terkenal di luar negeri, terutama Jepang. Siapa sangka, orang yang kini memopulerkan tempe di tiga benua di dunia ini berasal dari Grobogan, Jawa Tengah.

Pria asli Indonesia ini menyediakan stok tempe ke lebih dari 60 tempat di Jepang. Belum termasuk negara-negara lainnya di benua Asia, Eropa, dan Amerika.

Di balik pencapaiannya “menduniakan” tempe, terselip pesan mendalam dari perjuangannya hingga di titik terendah.

Rustono, begitu sapaannya, ditemui KompasTravel di salah satu hotel di Jakarta. Di balik kesibukannya mengatur perdagangan tempe lintas negara, Rustono masih menyempatkan pulang untuk mengekspor mesin ciptaan orang Indonesia ke salah satu pabriknya di Meksiko.

Rustono lahir di sebuah desa agraris, Kramat, Kecamatan Penawangan, Grobogan, Jawa Tengah. Dengan keterbatasan tempat lahirnya kala itu tahun 1968, tidak ada listrik teknologi maupun jalan bagus, ia tetap menjalani keseharian dengan bercocok tanam.

Kepulan putih dari pesawat di atas sawah garapan ayahnya berterbangan silih berganti. Membuatnya memimpikan jika suatu saat ingin terbang di dalam pesawat tersebut. Hal itulah yang menurutnya menjadi pembeda dengan bocah seusianya yang terkesan “haram” untuk bermimpi dari balik sawah.

DOK.PRIBADI Rustono.

Saat usia remaja, Rustono merantau bersama tantenya di Jakarta. Ia memilih sekolah perhotelan, karena teringat saat study tour zaman Sekolah Menengah Pertama (SMP).

“Ingat ketika SMP, pas studi wisata ke Borobudur, ketemu orang asing, bercengkrama, ternyata dia welcome. Mulai itulah saya mau kerja yang berhubungan dengan orang asing,” ujar Rustono (49) kepada KompasTravel, Sabtu (27/5/2017).

Berani membatasi janjinya 

Lulus dari akademi perhotelan (1990), anak kesembilan dari sepuluh bersaudara ini akhirnya kerja di sebuah hotel ternama di Jakarta. Di sana ia bertemu banyak kenalan turis asing, termasuk wanita yang kini dalam dekapannya.

Istrinya merupakan tamu dari Jepang yang tak sengaja berkenalan di hotel tempat ia bekerja. Saat Rustono mengajaknya ke pelaminan, syarat terberat yang diajukan sang istri ialah pindah ke Negeri Sakura.

Tidak langsung mengabulkan, Rustono pun kroscek menghubungi kerabatnya di sana. Sang teman pun memberi gambaran pekerjaan di sana. Ia memilih untuk menjadi pengusaha di Negeri Sakura, dibanding harus bekerja dengan jam yang sangat padat.

Perjanjian pun akhirnya disepakati. Pada 1997, Rustono pindah ke Jepang dengan syarat ia ingin membuka usaha. Uniknya, ia membatasi janjinya sendiri. Jika dalam waktu enam bulan usahanya belum menghasilkan laba, maka dengan segala risiko, ia akan putuskan untuk bekerja.

“Saat sampai ke sana belum tahu mau usaha apa, makanya sering pinjam sepeda berkeliling lah nyari inspirasi. Suatu saat lihat susu kedelai, nato, tahu, hampir semua olahan kedelai ada, tapi tak ada tempe!” katanya.

Di minggu pertama, Rustono rutin sering menelfon ibunya di desa untuk memintanya mengajari cara membuat tempe. Namun, selama empat bulan mencoba ratusan kali, tak ada yang berhasil.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com