Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ziarah Kubro, Tradisi Khas Palembang

Kompas.com - 03/06/2017, 20:04 WIB

Ziarah kubro kali ini berlangsung tiga hari berturut-turut, mulai Jumat (19/5/2017) hingga Minggu (21/5/2017).

Jemaah melakukan kegiatan sehabis shalat Subuh hingga malam hari. Makam yang dikunjungi, antara lain, kompleks pemakaman Al-Habib Ahmad bin Syech Shabab, pemakaman Auliya dan Habaib Telaga Sewidak, makam Babus Salam As-Seggaf, dan berakhir di pemakaman Kesultanan Palembang Darussalam Kawah Tengkurep.

Tradisi ini diyakini hanya ada di Palembang dan tidak ada di daerah lain.

Kegiatan ini mendapatkan perhatian dari banyak warga, baik dari luar Sumsel maupun luar negeri. Terbukti, jemaah yang hadir hampir 50 persen berasal dari luar Sumsel, antara lain Aceh, Jambi, Jakarta, Jawa Timur, sejumlah daerah di Kalimantan, dan Sulawesi.

Ulama yang hadir juga banyak dari luar Sumsel, bahkan luar negeri, seperti Habib Ali Ridho bin Yahya (Jakarta), Habib Ali Zainal Abidin Al-Hamid (Malaysia), Syeikh Umar Khotib (Yaman), dan Habib Umar Al-Jufri (Arab Saudi).

Menurut jemaah asal Surabaya, Jawa Timur, Fahmi Abdurahman Al-Jufri (34), ketika ditemui, Sabtu, ziarah kubro merupakan tradisi unik. Hal ini terlihat dari waktu kegiatan yang dilakukan tiga hari, sedangkan di daerah lain biasanya hanya satu hari.

Tradisi kuno

Sekretaris panitia ziarah kubro, Abubakar Rafiq, mengatakan, ziarah kubro merupakan tradisi kuno yang dilakukan sejak zaman Kesultanan Palembang
Darussalam.

Namun, ketika itu, tradisi ini hanya dilakukan kerabat kesultanan dan baru terbuka untuk umum pada 1970-an. Saat itu kegiatan hanya dilakukan satu hari.

Namun, karena jumlah jemaah terus bertambah, waktu pelaksanaannya ditambah menjadi tiga hari sejak 2010.

”Karena unik dan diminati orang dari luar Sumsel dan luar negeri, kegiatan ini menjadi agenda wisata Sumsel sejak 2013,” ucapnya.

Pemerhati sejarah Palembang, Yudhi Syarofie, menuturkan, ziarah kubro pertama kali dilakukan oleh warga keturunan Arab, terutama asal Yaman yang diduga sudah tiba di Palembang sejak zaman Sriwijaya, sekitar abad ke-8. Ketika itu, mereka melakukan secara eksklusif, yakni hanya di lingkungan keluarga.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com