Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gawi, Tarian Toleransi dari Flores

Kompas.com - 08/06/2017, 16:22 WIB
Markus Makur

Penulis

LABUAN BAJO, KOMPAS.com - Pulau  Flores di Nusa Tenggara Timur memiliki beragam tarian khas daerah. Tarian-tarian khas daerah itu selalu mengangkat tema persaudaraan, persatuan, kebersamaan dan rasa kekeluargaan yang sangat mendalam.

Ada sembilan kabupaten di Flores yang memiliki keunikan dan kekhasan daerah masing-masing.

Dari ujung timur sampai ujung barat di pulau itu beraneka ragam atraksi budaya dengan karakter daerah masing masing.

Seperti di wilayah Manggarai Raya ada tarian Caci, Kabupaten Ngada ada tarian Jai, Kabupaten Ende ada tarian Gawi, Kabupaten Sikka ada tarian Hegong, Kabupaten Flores Timur ada tarian Hedung, Kabupaten Nagekeo ada tarian Tea Eku dan Kabupaten Lembata ada tarian Pedang.

(BACA: Inikah Desa Wisata Alam Terbaik di Flores?)

Semua atraksi budaya itu selalu bernuansa kebersamaan, persaudaraan, kasih sayang, walaupun karakter budaya berbhinneka. Namun, persatuan dan kebersamaan selalu dijunjung tinggi dalam berbagai atraksi budaya.

Bahkan, atraksi budaya itu ada nuansa toleransi karena semua penari berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda bahkan agama yang berbeda. Ada pembauran dalam kebersamaan dengan atraksi budaya tersebut.

KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR Murid sekolah SDK Anaranda I bersama warga setempat menari Simo Imu untuk menjemput tamu relawan dari delapan negara Asia Tenggara yang berkunjung ke kampung tersebut dalam kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) dari Jebsen dan Jessen yang mensponsori Area Development Program Ende dari World Vision, Senin (22/5/2017).
Salah satunya adalah tari Gawi. Ini merupakan tarian toleransi dari Flores. Tarian khas Suku Lio, Kabupaten Ende ini berbentuk lingkaran besar dan selalu diikuti oleh penari dari berbagai latar belakang suku, agama, ras, serta siapa saja.

Selama menari tidak ada perbedaan antar satu dengan yang lainnya. Semua terlibat dalam nuansa kebersamaan, persatuan dan kesatuan.

(BACA: Aneka Obyek Wisata di Sekitar Maumere, Pulau Flores)

Senin, 22 Mei 2017 pagi, saat rombongan relawan Jebsen dan Jessen dari delapan negara Asia Tenggara itu tiba, warga Kampung Anaranda, Desa Mautenda, Kecamatan Wewaria, Kabupaten Ende menyambut dengan tarian "Simo Imu" di gerbang masuk perkampungan Anaranda. Tarian dibawakan oleh siswa-siswi SDK Anaranda I.

Selanjutnya, rombongan relawan itu diantar sampai ke lapangan sepakbola di tengah kampung. Selanjutnya mereka disuguhkan tarian Gawi.

Hentakan kaki yang melingkar dengan diiringi musik khas tarian Gawi menggugah para relawan untuk bergabung menari dalam nuansa kebersamaan, keakraban, kegembiraan atas kehadiran mereka di tengah warga di kampung itu.

Berbaur bersama dengan menari yang berbentuk lingkaran meriuhkan suasana di kampung itu. Seluruh warga memadati lapangan sambil menyaksikan relawan Asia Tenggara itu menari.

KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR Murid sekolah SDK Anaranda I bersama warga setempat menari Simo Imu untuk menjemput tamu relawan dari delapan Negara Asia Tenggara untuk berkunjung ke kampung tersebut dalam kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) dari Jebsen dan Jessen yang mensponsori Area Development Program Ende dari World Vision, Senin (22/5/2017).
Ibu-ibu, orangtua, laki-laki, anak-anak muda, dan siswa dan siswi SDK Anaranda dengan selendang khas Suku Lio Ende terus menari melingkar.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com