Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bubur Ayam Salatiga, Murah Meriah, Rasanya Nikmat dan "Nendang"...

Tepat di emperan Toko Timur Baru, seberang Pasar Besar Salatiga, di Jalan Jenderal Sudirman, gerobak dorong warna biru bertulis ‘Bubur Ayam Rp 6.000’ menjadi incaran ibu-ibu yang selesai  berbelanja di pasar, mahasiswa yang kelar berolahraga, atau warga yang sekadar mencari santapan pagi hari.

Gerobak itu dikerubuti pembeli sejak pukul 06.00 WIB. Beberapa kursi plastik disediakan penjual  untuk pembeli atau kalau suka lesehan, lembaran tikar dihamparkan di emperan toko.

Semangkuk bubur ayam terdiri dari bubur, suwiran ayam, kedelai goreng, irisan kol, kuah opor kuning, dan hamburan kerupuk yang sangat banyak. Tak lupa sambal merah pedas yang menambah selera.

Kuah kaldu ayam berwarna kuning membuat rasa bubur ayam ini begitu gurih dan nikmat. Porsinya yang cukup memenuhi mangkok, membuat kita tak merasa rugi membayar Rp 6.000. Bisa dibilang murah.  Dengan segelas teh manis hangat, kita cuma menambah Rp 1.000. Segelas air putih diberikan gratis.

Tak heran jika bubur ayam tanpa plang nama ini begitu terkenal  di seantero Salatiga dan laris-manis. Si pemilik menamai dagangannya ‘Bubur Ayam Niki ECO’ (bubur ayam ini enak).

Warga setempat menyebutnya ‘Bubur Ayam Salatiga’, karena meski  banyak penjual bubur ayam di kota ini tapi di sinilah tempat bubur ayam yang kerap menjadi rujukan mencari sarapan enak dan murah meriah.

Tak hanya itu, rasanya pun sungguh nikmat dan ‘nendang’ alias cukup mengenyangkan.

Pukul 08.00 biasanya Jumadi, 47 tahun, sang penjual bubur beserta Waryani, 42 tahun, istrinya dan dua keponakan laki-lakinya sudah beres-beres karena dagangan sudah tandas.

Pasangan suami istri yang tinggal di kawasan Klaseman, Salatiga, ini sudah berjualan bubur di emperan Toko Timur Baru selama 16 tahun. Jualan bubur ayam, kata Jumadi, hasilnya lumayan. "Dua rumah dan dua motor, itu hasil jualan sejak 16 tahun ini," kata Jumadi.

Namun ia harus pindah ke Salatiga, kampung halamannya pada tahun 2000 demi  sang ibu, Painem yang sudah sepuh. Sebelumnya, ia kerap pergi dan pulang Jakarta-Salatiga. Jumadi percaya diri bahwa dengan rasa bubur ayam bikinannya, buka usaha di mana pun bakal laris manis.

Waryani pun mendukung penuh semangat. "Segerobak-gerobaknya pindah," katanya.

“Malah sekarang langganan kami ada dari Semarang, Magelang, bahkan datang dari Banjarmasin juga ada. Tiap ke sini ingat kami,” kata Waryani.

Keputusan tepat. Ia mengambil tempat di seberang pasar di Jalan Jenderal Sudirman, pukul 05.00 hingga 08.00 WIB. Tak kurang 150 mangkuk terjual dalam satu hari biasa. "Bisa 400 lebih mangkuk kalau hari libur, Minggu, atau hari besar," katanya.

https://travel.kompas.com/read/2016/07/18/122600327/bubur-ayam-salatiga-murah-meriah-rasanya-nikmat-dan-nendang--

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke