Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Di Tangan Bu Poer, Nasi Bungkus Ini Naik Kelas

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Siapa yang tidak suka dengan nasi bungkus? Selain praktis dan murah, nasi bungkus menjadi solusi ketika sewaktu-waktu kelaparan menyerang.

Nah jika melancong ke Banyuwangi, Jawa Timur, tidak ada salahnya anda mencoba nasi bungkus bu Poer yang berada di tengah kota Banyuwangi, tepatnya di Jalan PB Sudirman atau utara simpang lima Banyuwangi.

Dengan lokasi strategis di pinggir jalan dan buka mulai jam 7 pagi hingga 9 malam, warung nasi bungkus bu Poer pas menjadi tempat makan mulai sarapan, makan siang hingga makan malam.

Selain itu tempatnya yang nyaman dan bersih, cocok untuk sekadar nongkrong bersama keluarga, kerabat dan sahabat.

(BACA: Banyuwangi Pun Memiliki Hutan Pinus, Ini Lokasinya...)

Nasi bungkus favorit yang banyak dipesan adalah nasi bungkus sambel ijo. Harganya cukup terjangkau hanya Rp 5.000 per porsi, anda sudah mendapatkan nasi hangat dengan suwiran ayam goreng dengan sambal ijo yang pedas dibungkus menggunakan daun pisang.

Selain itu ada empat jenis nasi yang bisa dipilih, ada nasi jagung, nasi putih, nasi gurih (uduk), dan nasi merah. Cara membungkusnya pun unik yaitu di bentuk seperti gunungan atau kerucut, agar lebih mudah saat dikonsumi.

"Jika mau tambah lauk juga boleh ada macam-macam mulai tahu fantasi, ikan laut, telur dadar, oseng-oseng mercon dan berbagai jenis sayuran. Harganya beda-beda tapi sangat terjangkau," kata Purnomowati (65), pemilik warung nasi bungkus kepada KompasTravel, Selasa (10/1/2017).

(BACA: Bulan April-Mei, Siap-siap Pesta Durian Merah di Banyuwangi)

Perempuan yang akrab di panggil bu Poer tersebut, mengaku sudah dua tahun ini mengelola warung tersebut dan sudah memiliki langganan tetap termasuk wisatawan yang berkunjung ke Banyuwangi.

"Banyak yang ke sini mulai dari orang luar kota sampai bule-bule. Ada yang makan sini, ada juga yang pesen nasi bungkus dibawa pulang. Ya, yang favorit ya nasi bungkus sambal ijo," jelasnya.

Ia juga bercerita, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas beberapa kali mengajak keluarganya untuk makan di tempatnya.

"Kalau bu Dani, istrinya pak Anas sukanya pesan nasi merah. Sering sekali. Kalau nggak ke sini langsung, ya biasanya nyuruh orang buat belikan," katanya.

Untuk menjaga rasa menu di warungnya, bu Poer sendiri yang langsung turun tangan ke dapur untuk memasak. Biasanya, dia memasak pada pagi hari untuk menu sampai siang dan pada sore hari untuk menu hingga malam hari. "Biar fresh," katanya.

Bukan hanya nasi bungkus, warung bu Poer juga menyediakan nasi gudeg yang rasanya tidak jauh beda dengan tempat asalnya yaitu Yogyakarta.

Bu Poer mengaku sengaja memilih nasi gudeg sebagai salah satu menu andalannya karena suaminya asli Yogyakarta dan dia sendiri pernah tinggal di Yogyakarta.

"Ceritanya saya ini pulang kampung karena nggak ada kegiatan jadi ya jualan lagi. Dibuatin warung sama anak saya buat kesibukan" katanya sambil tersenyum.

Berawal dari Jualan di Pinggir Jalan

Kepada KompasTravel, bu Poer bercerita merintis warung nasi bungkus sejak tahun 1987. Saat itu, perempuan yang hobi memasak tersebut menerima pesanan katering dari beberapa pabrik yang ada di Banyuwangi.

Pada tahun 1995, dia berjualan menggunakan mobil yang dimodifikasi menjadi seperti warung sehingga dia bisa jualan keliling di wilayah kota Banyuwangi.

"Waktu itu mobil nganggur di rumah akhirnya saya rombak semuanya bagian belakang bisa dibuka dan dibuat meja di kasih kursi. Saya masak sendiri saya sopiri sendiri. Waktu itu masih belum ada yang jualan pakai mobil. Saya berangkat jam 9 dan jualan di depan bank, terus pindah lagi dan itu berjalan hingga 2 tahun. Tahun 1997 saya pindah ke Yogyakarta," kata bu Poer.

Di kota pelajar tersebut, bu Poer kembali mencoba peruntungan dengan berjualan nasi bungkus dan menyewa warung kecil di dekat Atmajaya tepatnya di Jalan Merican.

Ia menjual sego penyet khas Banyuwangi dan tidak disangka warung tersebut berkembang dengan pesat hingga dia memiliki enam cabang di Yogyakarta dengan jumlah karyawan mencapai 100 orang.

"Saat reformasi, tepat di depan warung saya ada demo dan ada yang meninggal namanya Moses Gatotkaca dan sejak itu jalan depan warung saya diganti namanya dengan Jalan Moses dan warung saya sempat pindah ke Kaliurang," kenangnya.

Hingga saat ini, ada empat warung sego penyetan khas Banyuwangi yang dimiliki oleh bu Poer di Yogyakarta dan dikelola oleh anaknya.

Tahun 2013, bu Poer memilih pulang ke kampung halamannya di Banyuwangi dan kembali berjualan menggunakan mobil di wilayah Pantai Boom.

Karena langganannya semakin banyak, ia kemudian memilih berjualan di warung dan menetap tidak berpindah-pindah lagi.

"Anak saya yang buatkan warung ini. Katanya buat hiburan saya di Banyuwangi dan nggak nyangka warungnya juga ramai seperti yang ada di Jogja," katanya.

Menurut bu Poer, niatnya membuka warung bukan hanya sekadar untuk mencari uang. Di warung tersebut, bu Poer mengaku bisa bertemu dan bersilaturahmi dengan banyak orang.

"Usia saya sudah masuk usia pensiun tapi nggak mau kalau diam saja di rumah. Di sini kan bisa masak bisa ngobrol dengan banyak orang jadi lebih senang saja," ujarnya.

Bu Poer mengaku setiap bulan Februari dalam satu hari semua penghasilan yang didapatkan di warung tersebut disumbangkan untuk anak yatim piatu serta orang yang tidak mampu. "Biar berkah dan semua orang bisa ikut senang," pungkasnya. 

https://travel.kompas.com/read/2017/01/10/114500427/di-tangan-bu-poer-nasi-bungkus-ini-naik-kelas

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke