Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Impala Universitas Brawijaya Kibarkan Merah Putih di Puncak Elbrus

Cuaca cerah turut mengantar mereka menuju tanah tertinggi pegunungan Kaukasus, Rusia. Walau setelah summit attack itu, cuaca tak bersahabat dengan deru angin dan kabut tebal sempat menerpa mereka. 

Tim BRI-Brawijaya Elbrus Expedition 2017 melaporkan untuk Kompas.com, bahwa mereka telah mengibarkan Sang Saka Merah Putih tepat sehari sebelum HUT ke-72 Republik Indonesia. Kibaran merah putih diiringi pula dengan gema lagu Indonesia Raya.

Gede Krisna Adiwiradarma dan Ahmad Sholahudin Yazid mendaki setapak demi setapak. Dingin tiada henti menusuk tulang sejak memulai pendakian menuju puncak Elbrus (5.642 mdpl) pada subuh, 16 Agustus 2017.

Selepas melewati Pastukhov Rocks (4.800 mdpl) trek berselimut salju semakin tampak menanjak. Di situ saja sudah cukup mengurasi tenaga. 

Di depan tampak puncak timur Elbrus menyapa dua pendaki tim BRI-Brawijaya Elbrus Expedition 2017 ini. Namun bukan puncak itu yang dituju.

Prakiraan cuaca sehari sebelum pendakian ke puncak (summit attack) nyaris persis. Sedikit awan, angin pun tak terlalu kencang (tercatat sekitar 15 km per jam), dengan suhu minus 5 derajat Celcius.

Hari yang bagus untuk mencapai target pendakian ini. Bahkan mentari bisa menemani selama pendakian sekitar tujuh jam hari itu.

Usai menjelajah punggungan, barulah terlihat berdiri gagah puncak dari segala puncak benua Eropa. Puncak barat Elbrus yang kemarin tampak mungil nun jauh, menjelang siang itu laksana raksasa.

Keduanya saling terhubung oleh tali dan cincin kait. Elbrus benar-benar menguras energi. Kaki terus menapak maju sampai kemudian tak ada lagi dataran yang lebih tinggi. Shola menyusul beberapa langkah di belakang.

Puncak! Tepat pukul 11.50 waktu setempat. Dua mahasiswa pendaki yang sudah tujuh bulan hanyut oleh tempaan latihan berat akhirnya sampai di tanah tertinggi pegunungan Kaukasus itu.

Satu hari menjelang hari paling bersejarah bagi bangsa Indonesia, Sang Saka berkibar di ulang tahun ke-72 Republik Indonesia. Kibaran merah putih diiringi pula dengan gema lagu Indonesia Raya.

Benar kata banyak pendaki sebelumnya, cuaca sering berubah menjadi ganas di pegunungan ini. Gede dan Shola berkemas dan buru-buru turun.

Babak berikutnya ini ternyata bukan persoalan gampang. Gunung salju berbeda dengan gunung tropis seperti yang selama ini mereka daki. Tenaga yang sudah terkuras ketika naik, sekarang musti disisakan untuk lebih waspada menginjak salju juga es yang bisa menggelincirkan.

Setiap tapak mengandung kehati-hatian. Pendakian Elbrus memang penuh dengan program dan jadwal yang padat. Setidaknya memerlukan waktu latihan dan aklimatisasi selama empat hingga lima hari.

Sepintas pendakian gunung salju seperti Elbrus terlihat mudah, lantaran treknya yang sangat terlihat jelas. Namun, justru itulah di sana potensi bahaya mengancam pendaki yang asal dan tidak siap.

Faktor cuaca yang bisa berubah setiap saat itu, membuat banyak pendakian selalu menambah
cadangan waktu. Seperti halnya BRI-Brawijaya Elbrus Expedition kali ini merencanakan hari pendakian ke puncak pada 16 Agustus dan cadangan pada 17 Agustus bila cuaca buruk.

Bagi pendakian lain, tak jarang harus menunggu dua hingga tiga hari sampai memperoleh waktu terbaik. Perjalanan turun dari puncak menuju Barrel Hut atau biasa dikenal dengan Garabashi (3.720 mdpl) diwarnai dengan badai dan kabut.

“Semoga ini menjadi kado terindah Impala UB buat Indonesia. Karena yakin, ternyata kita bisa,”
tutur Endah PH, manajer perempuan yang menunggu di Barrel Hut.

Usai pendakian melelahkan ini, bukan berarti pendaki boleh bersuka ria menghabiskan malam.
Program pemulihan (recovery) pun berlanjut. Mereka berangkat dengan kondisi sehat, pulang pun demikian.

Di benua Eropa sendiri tercatat ada dua lagi gunung yang memiliki ketinggian di atas 5.000 mdpl. Keduanya adalah Shkhara di Georgia yang punya ketinggian 5.201 mdpl dan gunung Ararat (5.137 mdpl) di Turki.

Swiss yang dikenal menyimpan banyak gunung, puncak tertinggi hanya 4.634 mdpl yaitu Monte Rosa.

Bagi Impala UB, BRI-Brawijaya Elbrus Expedition ini merupakan langkah kedua setelah dua kali
melakukan pendakian ke Cartenz Pyramid (4.884 mdpl) atau puncak tertinggi di Australia Continent.

Selanjutnya program yang merupakan bagian dari program besar bernama Brawijaya Orange 7
Summits akan menargetkan gunung Kilimanjaro, yang merupakan puncak tertinggi di benua Afrika. 

https://travel.kompas.com/read/2017/08/17/091940327/impala-universitas-brawijaya-kibarkan-merah-putih-di-puncak-elbrus

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke