Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Napak Tilas Kemerdekaan RI di Rengasdengklok, Jawa Barat

Di area halaman, ada dua buah bus berkapasitas sekitar 50 orang terparkir rapi. Sekitar pukul 09.00 WIB, rombongan Komunitas Jelajah Budaya masuk ke dalam bus dan meninggalkan museum.

BACA: Saksi Bisu Teks Proklamasi di Rengasdengklok

Saya turut serta dalam perjalanan Komunitas Jelajah Budaya bertema Jelajah Kota Toea Rengasdengklok pagi itu. Kali ini perjalanan dilakukan menuju Rengasdengklok, sebuah kecamatan di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, untuk mengenang sejarah kemerdekaan Indonesia.

Gedung-gedung khas perkotaan langsung berganti dengan hamparan sawah. Tak jarang, petani-petani terlihat tengah membajak sawah.

Bus melewati jalan yang rusak di beberapa bagian. Debu-debu berterbangan lantaran daerah yang kering. Matahari hampir menuju titik kulminasinya.

BACA: Pasca HUT RI, Obyek Wisata Sejarah di Rengasdengklok Ramai Pengunjung

Saya tiba di dekat Tugu Kebulatan Tekad. Menurut Ketua Komunitas Jelajah Budaya, Kartum Setiawan, dulunya markas tentara Pembela Tanah Air (PETA) berdiri di atas lahan tugu tersebut. Di arah utara tugu, mengalir Sungai Citarum.

Tak lama berjalan, dengan keringat yang mulai bercucuran, saya tiba di sebuah rumah berkelir coklat dan berpintu hijau. Suasana tampak penuh sesak di dalam rumah.

BACA: Serunya Wisata Malam di Museum Perumusan Naskah Proklamasi

Rushdy Hoesein, seorang sejarawan, ikut sertaa dalam kegiatan Komunitas Jelajah Budaya. Di rumah Djiauw Kie Siong ia bercerita tentang rumah persinggahan Soekarno dan Hatta beserta generasi muda Indonesia.

"Soekarno dan Hatta datang pagi hari ke rumah Djiauw Kie Siong. Kenapa datang ke sini? Karena rumah ini tak mencolok. Rencana awalnya itu tempat kumpulnya di markas PETA. Dipilih rumah Djiauw ini karena jauh dan tertutup rimbun pohon," cerita Rushdy kepada KompasTravel di Rumah Djiauw Kie Siong.

Menurut Yanto, rumahnya sudah beberapa kali mengalami renovasi. Salah satunya adalah cat bagian depan yang sebelumnya berwarna putih dan kini berwarna coklat.

BACA: Mengintip Tempat Perumusan Naskah Proklamasi Indonesia

Suasana di sekitar rumah terasa teduh. Pohon-pohon tumbuh di sekitar rumah. Beberapa jendela juga mempermudah pertukaran udara. Di depan rumah, di bagian kiri dan kanan ada kamar yang pernah digunakan oleh Soekarno dan Hatta untuk beristirahat.

Kami melanjutkan perjalanan ke pinggir Sungai Citarum. Di sana, kami melihat lahan rumah Djiaw Kie Siong sebelum dipindahkan ke tempat sekarang berdiri.

Matahari langsung memancarkan sinarnya hingga menerpa kulit. Untungnya, angin cukup kencang di pinggir Sungai Citarum.

Titik bersejarah selanjutnya adalah Tugu Kebulatan Tekad. Di sini, ada tugu berwarna emas berbentuk tangan yang mengepal. Di bawah tangan itu, ada tulisan "17.AUG.1945".

Rushdy sempat bercerita bahwa sebenarnya Soekarno dan Hatta akan dibawa ke Markas PETA. Namun lantaran markasnya yang terlalu mencolok dan terbuka, mereka dibawa ke rumah Djiauw Kie Siong.

BACA: Sosok Soekarno di Balik Pameran Lukisan Senandung Ibu Pertiwi

Di sana, rombongan diajak untuk melihat jejak-jejak tempat Bung Karno tinggal di Pegangsaan Timur No 56 kala itu. Rushdy mencoba untuk menunjukkan gambaran bekas rumah Bung Karno.

Kartum mengatakan dalam kegiatan Jelajah Kota Tua Rengasdengklok, masyarakat diajak untuk melihat proklamasi tak hanya saat tanggal 17 Agustus. Namun, ada latar belakang proklamasi yang juga turut memiliki sejarah panjang.

Dari perjalanan ke Rengasdengklok, Kartum menyebut bisa diresapi bagaimana semangat generasi muda agar proklamasi bisa dilakukan dengan cepat. Sepulangnya Soekarno dan Hatta dari Dalat, Vietnam, untuk bertemu Jenderal Terauchi, generasi muda juga telah mendesak proklamasi agar dilakukan.

"Semangat pemuda pada saat itu agar proklamasi bisa dilakukan dengan cepat dan pemuda menginginkan kemerdekaan itu diperoleh sendiri. Bukan diberikan," jelasnya.

https://travel.kompas.com/read/2017/08/22/080700027/napak-tilas-kemerdekaan-ri-di-rengasdengklok-jawa-barat

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke