Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tumpeng Sewu Banyuwangi, Ritual Adat dan Atraksi Wisata

Mereka bersama sama menikmati tumpeng di tengah jalan Desa Kemiren. Sejak pukul 17.30 WIB, jalan menuju Desa Adat Kemiren telah ditutup. Semua warga yang ingin menuju desa ini harus berjalan kaki demi menghormati ritual adat ini.

(BACA: Pecel Pitik Banyuwangi, dari Selamatan Naik Kelas ke Restoran)

Sementara warga telah menyuguhkan ribuan tumpeng di sepanjang jalan. Sekitar pukul 18.00 WIB atau usai sholat Magrib, ritual ini mulai dilangsungkan. Di bawah temaram api obor, semua orang duduk dengan tertib bersila di atas tikar maupun karpet yang tergelar di depan rumah.

Di hadapannya tersedia tumpeng yang ditutup daun pisang. Dilengkapi lauk khas warga Kemiren, pecel pithik dan sayur lalapan sebagai pelengkapnya.

(BACA: Mengembara dalam Hidangan Using)

Usai kumandang doa yang yang dibacakan sesepuh dari masjid di desa setempat, warga mulai makan tumpeng bersama.

Tumpeng Sewu merupakan tradisi adat Suku Using, suku asli masyarakat Banyuwangi, yang digelar seminggu sebelum Idul Adha.

Setiap rumah warga Using di Kemiren mengeluarkan minimal satu tumpeng yang diletakkan di depan rumahnya. Pagi harinya sebelum dimulai selamatan masal, warga telah melakoni ritual mepe kasur.

Suasana guyub dan kebersamaan pun terasa di sini. Meskipun saat makan tumpeng warga baru kali pertama bertemu. Mereka hanyut dengan suasana yang penuh kebersamaan ini. “Ehm enak sekali boleh nambah dong. Karena saya tak pernah merasakan masakan ini,” kata Rina yang berasal dari Jakarta ini.

Rina mengaku sangat suka dengan pecel pithik. Meski baru pertama kali sudah kesengsem rasanya.

Pelaksana tugas (Plt) Sekretaris Kabupaten Banyuwangi, Djajat Sudrajat mengatakan Banyuwangi terus konsisten mengangkat tradisi lokal dalam balutan Banyuwangi Festival.

Menurut Djajat, tradisi ini menjadi salah satu daya tarik wisata yang banyak diminati wisatawan. Saat ini banyak travel agent yang membuat paket-paket wisata yang memasukkan atraksi budaya sebagai salah satu destinasinya.

“Kekhasan semacam ini banyak diminati wisatawan. Kami akan terus mendorong bentuk-bentuk wisata seperti ini. Karena wisata tradisi ini juga bisa memperpanjang lama tinggal wisatawan di Banyuwangi. Mereka yang setelah dari Gunung Ijen atau sekadar mengunjungi Banyuwangi bisa menikmati dulu tradisi Kemiren,” ujarnya.

Dari waktu ke waktu Banyuwangi terus memperlebar sayap destinasi wisatanya. Mulai kesenian pariwisata syariah hingga ritual adat.

Saat ini kunjungan wisatawan ke Banyuwangi sendiri terus meningkat. Pada 2016 kunjungan wisatawan mancanegara mencapai 70 ribu dan wisatwan domestik mencapai 4 juta orang. "Target kami tahun 2017 wisman tembus 85 ribu dan domestik 4,5 juta orang. Sampai bulan ini sudah 3,4 juta wisatawan melancong ke Banyuwangi," katanya.

https://travel.kompas.com/read/2017/08/26/065000727/tumpeng-sewu-banyuwangi-ritual-adat-dan-atraksi-wisata

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke