Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tabe Iyo Ite, Sapaan Turis Belgia di Kampung Tuwa Mendang Flores

Rombongan turis Belgia yang mengelilingi Pulau Flores itu berawal dari Maumere, ibu kota Kabupaten Sikka. Mereka dipandu oleh pemandu dari PT Flores Exotic Tours, Yohanes Jehabut.

Sebelum tiba di perkampungan Mbeling dan Tuwa Mendang, rombongan itu berangkat dari Kabupaten Ngada.

(BACA: Turis Belgia Kagumi Alam dan Budaya di Flores)

Di Kabupaten Ngada, 11 turis Belgia itu berwisata ke perkampungan adat Gurusina, Kampung Bena.

Setelah menghabiskan waktu liburan di kampung adat tersebut, rombongan berangkat dengan memakai bus umum dari Terminal Watujaji menuju ke Kota Borong, ibu kota Kabupaten Manggarai Timur.

Setiba di Kota Borong, rombongan disambut pemandu dengan memakai angkutan umum, bemo dan mobil pick-up. Minggu sore, rombongan berwisata ke Pantai Pasir Putih Liang Mbala serta mandi di Pantai Cepi Watu.

(BACA: Umbiro, Tradisi Kampung Rajong Koe di Flores Menghormati Alam)

Perjalanan selanjutnya dari Pantai Cepi Watu menuju Kota Borong terus ke Kampung Mbeling dengan jarak tempuh 1,5 jam dengan kendaraan umum. Jarak tempuh dari Kota Borong ke Desa Gurung Liwut diperkirakan 40 kilometer.

Homestay atau tinggal dirumah di Kampung Mbeling dan Tuwa Mendang serta sekitarnya sudah sangat layak dihuni oleh turis asing dan Nusantara.

(BACA: Berita Foto: Melepas Lelah di Ujung Barat Pulau Flores)

Turis itu dibagi sesuai dengan kapasitas kamar di rumah warga di Kampung Mbeling dan Tuwa Mendang. Setiba di rumah, tuan rumah menyapa wisatawan dengan ramah dan senyum.

Mereka menyapa turis sama seperti sanak saudara yang bertamu di rumah mereka. Tuan rumah mempersilakan turis dengan menyapa dalam bahasa Inggris, "Welcome and sit down".

Mereka heran dan kaget ketika tuan rumah menyambut mereka dengan bahasa Inggris seadanya.

(BACA: Menari Ndundu Ndake Bersama Perempuan Flores)

Setelah turis menyimpan barang-barang bawaan lalu mandi, tuan rumah sudah menyediakan hidangan kopi atau minuman teh sesuai dengan selera wisatawan.

Selanjutnya, semua wisatawan yang sudah berada di rumah warga akan disambut oleh tua-tua adat di rumah adat Gendang Tuwa Mendang.

Minggu malam pukul 19.00 rombongan turis dari Belgia menuju ke rumah gendang Tuwa Mendang dengan memakai kain songke. Dalam bahasa Manggarai Raya, turis harus Tengge.

Kain songke disarungkan di pinggang. Baik turis perempuan dan laki-laki memakai kain songke dengan baju yang layak di bagian atasnya.

Semua kain songke disiapkan oleh pemilik homestay yang disewa oleh turis atau dalam paket biaya homestay.

Malam itu, sebagian turis Belgia bersama dengan pemandu, Yohanes Jehabut termasuk KompasTravel sudah duduk di dalam rumah gendang Tuwa Mendang.

Lalu, semua tua adat dan KompasTravel serta pemandu dikejutkan dengan sapaan dua turis Belgia saat memasuki pintu rumah gendang.

Kris Aumann dari Belgia dan Arnold Van Lith dari Holland secara bersamaan menyapa dengan sapaan "Tabe Iyo Ite".

Setelah sapaan itu, keduanya masuk ke dalam rumah gendang Tuwa Mendang untuk makan malam.

Sebelum minum kopi dan teh serta makanan lokal seperti ubi kayu dan pisang, terlebih dahulu Tua Golo Gendang Tuwa Mendang, Wilibrodus Sebar menyambut turis Belgia itu dengan sapaan adat.

Dia memegang Tawu, semacam botol dari buah pohon yang berisi moke lokal dari olahan pohon Enau. Dia mengucapkan selamat datang kepada tamu-tamu dari Belgia.

Selain itu dia meminta leluhur di kampung itu memberikan perlindungan kepada tamu-tamu yang sedang berada di kampung itu. Selanjutnya, Tawu diserahkan kepada ketua rombongan turis Belgia, Laurence Coosemans.

Sesudah ritual adat itu berlangsung, pelayan-pelayan yang sudah dilatih membawakan minuman kopi dan teh sesuai pilihan dari tamu-tamu tersebut.

Selanjutnya makan malam bersama dengan tua-tua adat di rumah Gendang Tuwa Mendang dengan menu nasi merah ditambah dengan daging ayam bakar.

Kris Aumann dan Arnold Van Lith kepada KompasTravel di Kampung Mbeling, Senin (14/8/2017) menjelaskan, saat mereka berada di rumah warga Mbeling, mereka bertanya apa sapaan khas orang Manggarai Timur saat memasuki rumah.

Lalu tuan rumah memberitahukan bahwa ungkapan yang sangat sopan dan saling menghargai adalah "Tabe Iyo Ite".  Lalu mereka mempraktikkannya saat memasuki rumah gendang Tuwa Mendang.

"Kami sangat bahagia atas sapaan kekeluargaan dan persaudaraan dari tuan rumah serta warga Desa Gurung Liwut. Senyum dan sapaan 'hello mister!' memberikan kesan tersendiri bagi kami yang baru pertama kali berwisata ke Flores pada umumnya dan Kampung Mbelingdan Tuwa Mendang pada khususnya. Ada pertukaran bahasa yang kami alam antarwarga lokal dengan kami sebagai turis. Kami mendapatkan pengalaman baru di Pulau Flores, Indonesi. Itu yang unik di Pulau Flores," kata Kris Aumann.

Arnold Van Lith mengungkapkan, dirinya sudah berwisata keliling dunia. Namun, kunjungan ke Pulau Flores sungguh sangat berbeda.

"Saya merasakan sesuatu yang baru dan unik di Pulau Flores, khusus orang-orang Flores yang sangat terbuka dan ramah serta menyapa tamu dengan senyum," katanya.

Pimpinan rombongan turis Belgia, Laurence Coosemans kepada KompasTravel mengatakan, tujuan pertama rombongan ini berkunjung ke Indonesia adalah berwisata ke Pulau Flores.

Saat pertama tiba di Bandara Frans Seda Maumere, menurut Laurence, mereka disambut dengan ramah oleh orang-orang di bandara.

Kesan pertama saat mendarat di Bandara Frans Seda Maumere adalah orang-orang Flores itu sangat friendly. Ternyata saat mereka menjelajahi Pulau Flores, mereka menemukan keramahtamahan orang-orang Flores di jalan maupun di tempat penginapan.

"Pertama kami terbang dari Belgia menuju Bali dan dari Bali menuju Maumere. Selanjutnya menelusuri keunikan alam dan budaya serta orang Flores mulai dari Maumere sampai di Labuan Bajo. Kami mengeksplor keunikan-keunikan yang disuguhkan alam di tiap Kabupaten. Kami juga mengunjungi perkampungan-perkampungan adat untuk melihat keunikan rumah adat milik warga Sikka. Kami mengunjungi perajin-perajin tenun ikat khas Maumere," tutur Laurence Coosemans.

"Kami disambut secara adat istiadat. Kami makan malam bersama dengan tua-tua adat di rumah adat Gendang Tuwa Mendang. Juga kami berinteraksi langsung dengan warga setempat. Kami juga berwisata dengan melintasi persawahan-persawahan warga. Kami menyusuri kawasan hutan di perkampungan itu. Kami menjumpai hal baru di Pulau Flores. Lebih khusus lagi, kami menjumpai hal-hal unik di kampung Mbeling dan Tuwa Mendang. Kami disambut gembira oleh warga setempat," katanya.

Perjalanan wisata turis Belgia di Flores berakhir di Labuan Bajo. Mereka berwisata ke Taman Nasional Komodo untuk menyelam dan melihat langsung binatang komodo.

Selanjutnya turis Belgia ini melanjutkan perjalanan menuju Lombok, Nusa Tenggara Barat untuk mendaki Gunung Rinjani. Setelah itu mereka mampir ke Bali sebelum kembali ke Belgia.

Penggagas Mbeling Ecology Village sekaligus pemandu dari PT Flores Exotic Tours, Yohanes Jehabut kepada KompasTravel menjelaskan, program wisata ke Kampung Mbeling adalah mengajak turis berwisata alam dengan melintasi persawahan, alam bebas di pinggir kawasan hutan Taman Wisata Alam Banggarangga.

Jehabut menjelaskan, selama ini rombongan turis dari berbagai negara Eropa sudah berwisata di Kampung Mbeling. Mereka menginap langsung di rumah warga secara bergantian.

Selain itu, lanjut Jehabut, wisatawan diajak menanam pohon di sekitar mata air di sekitar persawahan Mbeling. Selanjutnya turis melihat cara memetik kopi dan pengolahan secara tradisional.

"Turis juga bermain dengan warga lokal, baik permainan tradisional maupun main bola kaki dan bola voli, tergantung minat dari turis itu sendiri," katanya.

Penggagas Jaga Rimba Flores ini menjelaskan, turis internasional sangat tertarik dengan program Mbeling Ecology Village karena alam yang sangat asli.

Bahkan, untuk memenuhi fasilitas homestay yang sesuai dengan standar internasional, lanjut Jehabut, seorang sukarelawan dari Inggris melatih orang lokal Mbeling untuk membangun jamban dan kamar mandi yang sesuai dengan standar internasional.

Bahkan, kamar di rumah warga juga ditata dengan baik, tanpa menghilangkan kebiasaan dan budaya setempat.

Jehabut menjelaskan, program ini membuahkan hasil di mana warga setempat tidak lagi masuk hutan untuk menebang pohon.

Mereka merasakan keuntungan dari kunjungan wisatawan di kampung Mbeling dan Tuwa Mendang. Mereka juga mendapatkan penghasilan tambahan dari kunjungan wisatawan tersebut.

https://travel.kompas.com/read/2017/08/27/120600927/tabe-iyo-ite-sapaan-turis-belgia-di-kampung-tuwa-mendang-flores

Terkini Lainnya

Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

Travel Tips
Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Travel Update
Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Travel Update
4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

Travel Tips
Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Jalan Jalan
4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

Travel Tips
Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Travel Update
Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Jalan Jalan
Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Jalan Jalan
 7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

Jalan Jalan
5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

Travel Tips
Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Travel Update
Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke