Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Perjalanan Resep Empal Gentong Haji Apud Sejak 1994

Dari deretan penjual empal gentong, salah satu kedai yang cukup legendaris ialah Empal Asam dan Empal Gentong Haji Apud. Kiprahnya di dunia empal sudah eksis sejak 1994. Bahkan kedainya diklaim sebagai tempat kelahiran empal asam.

Tempat kuliner khas Cirebon ini memang sudah cukup terkenal. Ada tiga cabang di sekitar Kota Cirebon antara lain di Jalan Tujuh Pahlawan Revolusi (Tuparev), Jalan Juanda atau biasa disebut Plered, dan kawasan Batik Trusmi. 

BACA: Lezatnya Empal Asem Cirebon, Ini Empal Gentong Tanpa Santan

Anak kedua Haji Mahfudz (Apud) yang kini berperan sebagai penanggung jawab masakan kedai ini, Husen Agung (34) menceritakan perjalanan kakeknya yang dulu merintis kuliner legendaris di Cirebon ini. Dulu namanya Empal Gentong Pak Kumis.

"Dulu kakek di tahun 1994 awal jualan masih pake gentong dari tanah liat yang dipikul keliling pusat Kota Cirebon. Dulu pusat kota masih banyak kebun-kebun hijau," ujarnya saat disambangi KompasTravel di sela acara pembukaan Ibis Budget Cirebon, Selasa (5/8/2017).

Pikulan empal gentong memang amat besar dibanding pikulan kuliner lainnya seperti soto ataupun doclang. Bukan hanya besar, beratnyapun lebih dari yang lain karena gentong besarnya terbuat dari tanah liat.

"Biar enak, semua rempah dan daging dimasak dalam satu gentong. Rempahnya akan meresap sepanjang perebusan," ungkap Husen.

BACA: Nasi Jamblang Ibad Otoy Cirebon Bikin Ketagihan

Pada tahun 2002, kakek Husentidak lagi berjualan keliling dan mulai ingin berinovasi karena menu empal gentong dan nasi lengko sudah mulai terasa bosan bagi penggemarnya. Akhirnya kakeknya mencetuskan empal asam. Santan yang biasa digunakan dalam empal gentong digantinya dengan belimbing wuluh.

"Bisa juga jadi alternatif untuk yang kolesterol, atau menghindari santan," ujar Husen.

Pada 2009, ketika kedai sudah beralih kuasa ke bapaknya yang bernama Mahfudz, nama kedai pun diubah menjadi Empal Gentong dan Empal Asam H Apud. Hal tersebut dilakukan setelah bapaknya pulang menunaikan ibadah haji.

Trik menyesuaikan zaman

Seiring berjalannya waktu, semakin banyak penggemar kuliner empal yang datang dari berbagai kota terutama Jakata dan Bandung. Pesanan untuk acara-acara besar pun kian ramai dari dua kota tersebut.

Gentong yang jadi tempat masak sudah tak bisa menampung kuota memasak di tiga cabangnya saat itu. Alhasil sebagai orang yang bertanggung jawab di dapur, Husen harus menggunakan panci besar dengan kapasitas satu sampai dua kwintal daging sapi.

Dengan begitu, cita rasa hidangan empal gentong dan empal asamnya akan tetap sama seperti yang dirintis kakeknya. Dengan komposisi rempah yang sama, menurutnya para pelanggannya tetap suka dan balik lagi ke kedainya.

BACA: Balik lewat Cirebon? Coba Mampir Dulu ke Sentra Oleh-oleh Ini

Selain itu, Husen juga memanfaatkan media sosial berupa Instagram di tiap cabang kedai untuk mempromosikan kuliner-kuliner tradisional Cirebon. Alhasil dalam satu hari kerja, ia bisa menjual 800-900 porsi. Sedangkan akhir pekan atau liburan bisa lebih dari 1.300 porsi empal yang terjual.

Bagi yang ingin menantang kelezatan empalnya, cobalah datang ke kedai ini mulai pukul 09.00-21.00 WIB. Satu porsi empal gentong ataupun asam dihargai Rp 23.000. Tersedia juga sate kambing muda dengan harga satu porsi isi 10 tusuk Rp 40.000. Ada juga nasi lengko khas Cirebon yang dihargai Rp 15.000.

https://travel.kompas.com/read/2017/09/06/220400827/perjalanan-resep-empal-gentong-haji-apud-sejak-1994

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke