Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ketinggalan Kereta Tiga Kali di Brussels Belgia...

Grand Place

Brussels (bahasa Prancis: Bruxelles, Belanda: Brussel) adalah ibu kota Belgia. Sebagai markas banyak institusi Eropa, Brussels dianggap sebagai kota penting bagi Uni Eropa.

(BACA: Terbuai Slogan I Amsterdam, Kami Langsung Jatuh Cinta...)

Brussels terkenal dengan situs warisan dunia UNESCO yaitu Grand Place-Grote Markt. Grand Place atau Grote Markt adalah alun-alun pusat kota Brussel yang dikelilingi oleh berbagai bangunan berusia 300 tahun yang indah, Balai Kota, dan gedung Breadhouse yang berisi Museum Kota Brussel.

(BACA: Ooh Disneyland... Tempat Paling Indah di Bumi!)

Pendek kata, jika ingin mengenal Brussels tak perlu jauh-jauh ke pelosok kota, silakan kunjungi Grand Place.

Mannekin Pis, Jeaneeke Pis dan Zinneke Pis

Ada banyak cerita tentang asal usul patung anak kecil yang sedang kencing di kolam ini. Legenda lain mengisahkan tentang anak muda yang terbangun oleh api dan bisa memadamkannya dengan air kencingnya.

(BACA: Sarapan Siang ala Bavarian di Munich, Jerman)

Pada akhirnya, ini membantu menghentikan istana raja agar tidak terbakar. Cerita lain menyebutkan bahwa seorang ayah kehilangan anaknya dan membuat patung tersebut bagi yang menemukannya.

Ada pula yang bercerita tentang penyihir yang mengubah anak kecil menjadi batu karena kencing di rumahnya. Entah mana yang benar.

Kami tiba di stasiun Brussels Central Station di sore hari, dengan perjalanan kereta 6 jam dari Paris. Untungnya, hanya butuh tujuh menit berjalan kaki ke lokasi penginapan kami.

Anne Marie, sebagai host Airbnb kami sangat ramah. Seorang Belgia asli namun punya rumah di Bali.  Kami disambut dengan bahasa Indonesia berlogat Bali, "Selamat datang di Brussels, ayo masuk nae..."

Kami membalasnya dengan sopan, "Matur suksma." Giliran Anne-Marie yang bingung.

Agenda pertama kami sesampai di Brussels adalah makan malam. Untuk soal makanan klasik Belgia, moules-frites atau mussels yaitu kerang Belgia adalah makanan wajib di Brussels.

Kami memilih restoran Chez Leon yang berada tepat di belakang bangunan Grand Place. Restoran milik keluarga Belgia yang didirikan sejak tahun 1893 ini dikenal dengan masakan orisinal warga lokal yaitu kerang dan kentang.

Saya memilih menu 'Mussles Classic' seharga 25,85 euro yaitu se-pot besar kerang yang mengepul dicampur anggur putih dengan siraman ramuan bumbu dan sayuran segar.

Tak lupa juga kami memesan dua gelas besar bir Belgia hasil ramuan resto Chez Leon yang nikmat.

Setelah makan malam, kami berjalan menyusuri daerah sekitarnya yang masih ramai oleh wisatawan. Di beberapa sudut jalan terdapat musisi dan hiburan jalanan, yang membuat suasana kota semakin marak dan meriah.

Tak sedikit juga kami melihat orang mabuk kebanyakan minum, termasuk kami. Namun kami tak perlu khawatir karena Brussels adalah salah satu kota paling aman di dunia. Ini adalah kota di mana kami bisa berjalan sendiri di malam hari, dan sampai ke rumah dengan aman.

Hari kedua, kami janjian dengan seorang teman lama, Hani yang sudah menetap di Antwerp (kota tetangga Brussels) selama dua tahun. Sambil menunggu Hani kami sempatkan mencoba waffle dan cokelat Belgia yang terkenal lezat.

Sampai sekarang pun, saya masih teringat jelas betapa enaknya waffle di kedai yang menjual berbagai macam fresh-waffles dan toko cokelat segar yang kami datangi.

Seharga 10-20 euro per 100 gram, kami bebas memilih beragam homemade cokelat, rasa setiap cokelat begitu mengejutkan, unik dan creamy, enak juga lezat!

Beberapa musisi bermain musik sambil bernyanyi dan mengajak orang berdansa. Bahkan beberapa kedai makanan memberikan roti goreng bertabur gula halus secara cuma-cuma kepada pengunjung.

Saya dan Welah bolak-balik minta tambah sampai akhirnya kami diselamatkan Hani dari potensi kelebihan gula dan berat badan. Ia langsung mengajak kami ke sebuah bar yaitu Delirium Cafe.

Terlebih lagi kami sebagai penggemar homebrew beer, tempat ini adalah tepat untuk menghabiskan hari terakhir kami di Brussels.

Welah mengingatkan saya bahwa jam 1 adalah waktu kereta kami. Ok, kami memulai gelas pertama, saya memilih bir Duvel. Oh, so good!

Obrolan pun berlanjut, masih soal Bali. Sampai Welah kemudian mengingatkan lagi kalau kita sudah ketinggalan kereta jam 1. Tak apa, masih ada kereta jam 3. Maklum, sudah lama tak bertemu dengan Hani.

Hani kemudian memesan gelas ketiga, jenis Therappist-IPA. Walau lebih kental namun aroma hop dan citrus masih terasa. Saya suka.

Kami sempat bercanda: apa kepanjangan dari IPA? Bukan, bukan ‘Indian Pale Ale’, tapi ‘I Pee Alot’. Kami ngakak, akibat kebanyakan minum ‘jus gandum’, kami bolak-balik buang air kecil ke toilet.

Waktu menunjukkan pukul setengah tiga, pastilah kami tak sempat mengejar kereta. Hani mengecek jadwal Eurail, masih ada dua kereta lagi yaitu jam 5 sore dan jam 7 malam. Baiklah, mari kita pesan gelas keempat.

Bir Westmalle Quardrupel terasa lebih berat dari jenis Therappist lainnya. Bir asli buatan Belgia ini terdiri dari 7 jenis dan menurut Hani hanya ada di kafe ini.

Akhirnya, kami sepakat untuk mengambil kereta terakhir yaitu jam 7 malam. Dengan demikian kami masih punya waktu sejam jam lebih untuk gosip dan gelas berikutnya. Cheers for Brussels! (NOVA DIEN)

https://travel.kompas.com/read/2017/10/05/084200227/ketinggalan-kereta-tiga-kali-di-brussels-belgia-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke