Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengunjungi Hutan Purba di Dasar Goa Jomblang

Goa vertikal sedalam 60 meter ini harus ditempuh dari pusat kota Yogyakarta sejauh sekitar 50 km. Untuk sampai ke lokasi harus melewati jalan bebatuan kurang lebih 500 meter.

Sampai di sana pengunjung menjumpai rumah kecil yang bisa digunakan untuk beristirahat. Setelah mendapatkan penjelasan dari pemandu, pengunjung dipersilakan memilih sepatu bot.

(BACA: Panduan Menjelajah Goa Sunyaragi, Cirebon)

Saat akan memasuki goa vertikal, pengunjung diberikan helm. Pengunjung diberikan peralatan single rope technique (SRT) untuk menuruni goa. Sejumlah penarik disiapkan pengelola agar wisatawan bisa turun.

Sensasi bergelantung di atas tali sekitar 3 menit untuk menuruni dasar goa diperlukan nyali. Namun sensasi melihat bebatuan dan pohon sepanjang perjalanan membayar lunas rasa was-was. Sesampainya di dasar goa, dua orang pemandu sudah siap menyambut dan melepas tali.

(BACA: Liburan ke Gunungkidul, Yuk Jajal Flying Fox Terpanjang Kedua di Asia Tenggara)

Saat di dasar goa, terdapat pohon yang jutaan tahun lalu berada di permukaan, dan karena proses geologi amblesnya tanah sejumlah tanaman yang saat ini tak ditemukan di permukaan ada di dasarnya.

"Ada satu pohon yang sampai saat ini belum diketahui jenisnya. Beberapa waktu lalu peneliti yang datang pun belum mengetahui jenisnya apa," kata salah seorang pemandu Aan Nurcahyo Rabu (18/10/2017).

(BACA: 66 Ingkung Ayam Disuwir-suwir di Sendang Beji Gunungkidul)

Setelah menikmati dasar goa, wisatawan diajak masuk ke goa horisontal menuju luweng Grubug. Di sana ada sebuah ruangan cukup luas, saat musim hujan jalanan agak licin karena tanah liat bercampur dengan air.

Namun jangan khawatir karena pengelola sudah memasang batuan untuk pijakan, dan lampu yang digunakan untuk menerangi jalan.

Setelah melakukan perjalanan sejauh sekitar 300 meter, pengunjung akan mendengarkan derasnya air dari sungai bawah tanah. Semakin lama perjalanan akan muncul cahaya yang berasal dari lubang luweng Grubug.

Di sana ada sebuah lubang dari atas, yang saat tertentu sinar matahari masuk, dan sering disebut 'Sinar Surga'. Seluruh pengunjung mengabadikan momentum langka ini. Saat mendung memang tak lama sinar matahari masuk di antara sela lubang. Namun hal ini tak mengurangi keindahan di dalam goa.

Air yang menetes dari ketinggian dan membuat stalakmit (kumpulan kalsit yang berasal dari air yang menetes) mempercantik pemandangan. "Berkunjung ke sini jauh dari bayangan saya, jauh lebih bagus, dan ini sangat indah," kata Etina, wisatawan asal Yunani.

Sekretaris Dinas Pariwisata Gunungkidul Hary Sukmono mengatakan, Goa Jomblang merupakan satu dari 13 geosite yang ada di Gunungsewu yang terletak di Gunungkidul. Pemerintah dan pengelola terus berupaya menjaga kelestarian ekosistem.

Karena keunikan inilah, Goa Jomblang masuk dalam nominasi destinasi wisata terkenal di Indonesia. "Gunungkidul yang masuk ada dua yakni jomblang dan pantai Wediombo," katanya.

Hary berharap kedua lokasi tersebut semakin dikenal oleh wisatawan baik nasional maupun internasional. "Diharapkan kunjungan wisatawan meningkat, tidak hanya untuk dua destinasi wisata tersebut tetapi juga wisata lain di Gunungkidul," katanya.

Kepala Seksi Promosi dan Informasi, Dinas Pariwisata Gunungkidul Purnomo Sumardamto mengatakan sebagai salah satu lokasi yang banyak dikunjungi wisatawan asing, Goa Jomblang dimanfaatkan untuk menarik wisatawan ke destinasi lainnya.

Untuk menggaet wisatawan asing, Dinas Pariwisata Gunungkidul akan terus menggencarkan promosi melalui website. "Di sini sebagian besar pengunjungnya berasal dari mancanegara, hal ini bisa dimanfaatkan untuk memperkenalkan destinasi lain yang tidak kalah menarik," katanya.

https://travel.kompas.com/read/2017/10/19/072400527/mengunjungi-hutan-purba-di-dasar-goa-jomblang

Terkini Lainnya

Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Travel Update
Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Hotel Story
Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Travel Update
5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

Jalan Jalan
Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Travel Update
4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

Jalan Jalan
Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Travel Update
5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

Jalan Jalan
Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Travel Update
Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Jalan Jalan
Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Travel Update
Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Travel Tips
Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke