Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Akhir Pekan di Yogyakarta, Cicipi 6 Gudeg Legendaris Ini

Jika tengah liburan akhir pekan di Yogyakarta, sedikitnya ada enam gerai gudeg yang wajib Anda datangi. Berikut daftarnya.

1. Gudeg Yu Djum 

Yu Djum pertama kali berjualan gudeg di kawasan Karangasem, sebelah utara Universitas Gajah Mada (UGM). Yu Djum kemudian membuka gerai di Jalan Wijilan yang kini menjadi sentra gudeg di Yogyakarta.

Salah satu keunggulan Gudeg Yu Djum adalah semuanya dibuat menggunakan alat masak tradisional, yakni kayu bakar. Meski rasa manisnya cukup 'nendang', gudeg kering ini cukup diincar wisatawan dari luar Jawa. 

Satu porsi Gudeg Yu Djum berisi nasi, gudeg lengkap dengan kuah areh kental, sambal krecek, dan lauk. Lauknya bervariasi tergantung keinginan Anda. Ada telur rebus yang sudah dibumbui, tahu, tempe, suwiran daging ayam, ampela ati, potongan bagian tubuh ayam seperti kepala, dada, paha atas, dan sebagainya.

Ayam yang digunakan sebagai lauknya adalah ayam kampung dan telur yang digunakan adalah telur bebek. Penggunaan ayam kampung dan telur bebek ini menghasilkan rasa yang lebih gurih dan nikmat.

Untuk pengemasan, Anda dapat memilih dengan besek atau pun menggunakan kendil. Sebagai oleh-oleh gudeg ini mampu bertahan selama 24 jam tanpa dihangati. Untuk harga, seporsi nasi gudeg dapat anda nikmati mulai dari harga Rp 9.000. Sedangkan untuk gudeg kemasan besek harganya mulai Rp 45.000 dan kemasan kendil harganya mulai Rp 115.000.

Kini Yu Djum memiliki tujuh gerai yang tersebar di Yogyakarta. Gerai Yu Djum di Jalan Wijilan dan Jalan Kaliurang adalah yang paling ramai pengunjung.

Pawon dalam bahasa Jawa berarti 'dapur'. Sesuai namanya, gerai satu ini menyajikan gudeg langsung di dapurnya. Uniknya lagi, Gudeg Pawon baru dibuka mulai  pukul 23.30 WIB. Anda bisa merasakan sensasi makan gudeg tengah malam di dapur.

Meski buka tengah malam, jangan kaget bila Anda harus antre untuk mendapatkan seporsi gudeg ini. Jika begitu Anda sampai ke lokasi dan pintunya tertutup, berarti gudeg sudah habis.

Cita rasa Gudeg Pawon juga agak berbeda dari gudeg pada umumnya. Jika biasanya gudeg didominasi rasa manis, Gudeg Pawon didominasi rasa manis-gurih. Gudeg ini memang menggunakan aneka bumbu dapur seperti bawang merah, bawang putih, ketumbar, dan kemiri. Areh (kuah) gudeg dibumbui laos, serai, dan kencur. 

Gudeg disajikan secara kering, tidak terlampau basah. Arehnya hanya menggunakan santan kelapa, tidak ditambahi dengan kethak alias endapan minyak santan.

Gudeg Pawon dirintis oleh Bu Prapto Widarso sejak tahun 1958. Gudeg ini disajikan dengan sambal krecek yang pedas, serta ayam kampung yang dimasak berjam-jam. Gudeg Pawon berlokasi di Jalan Janturan 36-38, Warungboto, Yogyakarta.

3. Gudeg Permata

Gudeg Permata berlokasi di Jalan Gajah Mada, tepat di sebelah barat bekas bioskop Permata. Sama seperti Pawon, Gudeg Permata juga buka pada malam hingga dini hari. 

Gudeg satu ini tak kalah nikmat dengan gudeg-gudeg lainnya. Bumbunya yang meresap kedalam daging ayam lantas membuat Anda tak ingin berhenti mengunyah.

Rasa Gudegnya yang cukup manis disiram dengan areh yang gurih, menciptakan rasa yang benar-benar kaya. Tak lengkap rasanya jika tidak disantap dengan kreceknya. Rasa pedas dari sambal kereceknya dijamin bakal menggugah selera Anda.

Gudeg Permata yang berkonsep lesehan ini sudah buka sejak 1951 dan tidak diragukan lagi kelezatannya. Resep turun temurun membuat cita rasanya otentik dan disukai semua pengunjung.

Jika beberapa gerai gudeg sebelumnya berkonsep warung, dapur, dan lesehan, maka Gudeg Sagan berkonsep restoran. Gerai yang terletak di Jalan Profesor Dr Herman Yohanes Nomor 53, Caturtunggal ini menyuguhkan gudeg basah dengan ayam kampung yang dimasak menggunakan tungku kayu. 

Ya, meski bertempat di restoran modern, cara pembuatan gudegnya masih tradisional. Ciri khas lainnya dari Gudeg Sagan adalah areh alias kuah gudeg yang sengaja dituangkan banyak-banyak ke atas seporsi gudeg. Gerai restoran Gudeg Sagan buka mulai pukul 18.00-24.00 WIB.

Manggar adalah jenis gudeg yang unik, yakni menggunakan kembang kelapa muda sebagai bahan utamanya. Oleh karena itu, Gudeg Manggar memiliki cita rasa yang khas. Lebih gurih dan padat.

Pemakaian kembang kelapa atau manggar pun tidak bias sembarangan digunakan karena pengolahan gudeg manggar punya tingkat kerumitan yang tinggi. Hanya pohon kelapa yang kurang produktif yang manggarnya boleh diambil dan berada di daerah kurang subur.

Tingkat kerumitan itulah yang membedakan cita rasa Gudeg Manggar dengan gudeg-gudeg lainnya. Salah satu penjual Gudeg Manggar yang legendaris adalah Warung Bu Jumilan yang terletak di Jalan Srandakan Km 8, Kabupaten Bantul. Warung Bu Jumilan buka mulai pukul 08.00-15.00 WIB.

Salah satu gudeg legendaris di Yogyakarta yang sudah bertahan sejak sebelum kemerdekaan ialah Gudeg B Djuminten. Gerai gudeg ini buka sejak 1926, dan sudah dikelola oleh tiga generasi.

Untuk proses memasaknya, biasanya campuran gudeg menggunakan gula merah atau gula jawa asli yang didapat dari produsen di Yogyakarta. Cita rasa yang manis dan gurih didapati dari proses memasaknya selama tiga hari satu kali dalam gentong besar kapasitas satu kwintal.

Ciri khas lainnya yang disajikan Gudeg Juminten ini adalah kuah areh yang menghasilkan cita rasa gurih. Tektursnya yang cukup kental seperti kuah padang membuah Gudeg satu ini berbeda dengan gudeg lainnya.

Untuk mencicipi Gudeg ini, Anda bisa mendatangi gerainya yang berlokasi di Gudeng B Djuminten, Jalan Asem Gede No 14 Cokrodiningratan, Jetis, Kota Yogyakarta.

https://travel.kompas.com/read/2017/10/29/130600327/akhir-pekan-di-yogyakarta-cicipi-6-gudeg-legendaris-ini

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke