Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Setengah Hari di Greenwich, Menapak Garis Meridian dan Menyeruput "Afternoon Tea"

Suhu 11 derajat di Greenwich Pier menyergap tubuh ketika keluar dari kehangatan ruangan lantai 1 kapal yang membawa kami. Angin yang berembus membuat dingin makin menjadi-jadi.

Untungnya, sesekali kehangatan sinar matahari menyiram wajah yang tadinya hampir membeku. Saya melihat ke langit, awan hitam beradu di langit yang biru dengan awan hitam. Di baliknya, matahari sesekali muncul.

“Kalau orang Inggris menyebutnya ‘grenitch’, bukan ‘grinwich’,” tutur Bianka Syarief, staf Kedutaan Besar Inggris Raya di Jakarta, yang mendampingi perjalanan kami selama di London soal lafal nama Greenwich.

Oh begitu bacanya, pikir saya. Ini pengetahuan baru untuk saya yang tahun ini berusia 32 tahun.

***

Jika berkunjung ke London, pastikan Greenwich masuk dalam daftar destinasi yang wajib dikunjungi. Paling tidak untuk mengenang masa sekolah dasar saat nama Greenwich kerap disebut-sebut dalam pelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS).

Saya dan teman-teman seperjalanan, Erna Mardiana, Sarah Azka, dan Nino Fernandez yang berangkat ke London atas undangan Garuda Indonesia dan British Embassy Jakarta, mendedikasikan sore kami untuk berkunjung ke sejumlah tempat di Greenwich.

Greenwich adalah sebuah suburb di tenggara London yang terkenal sebagai kawasan pelabuhan yang tersohor pada Abad Pertengahan dan sebagai lokasi tempat garis bujur 0 derajat, atau garis imajiner yang membagi dunia menjadi belajah bujur barat dan timur, melintang.

Garis ini lalu menjadi patokan untuk menentukan waktu di berbagai belahan dunia hingga muncul istilah Greenwich Mean Time (GMT). Maka tak heran, Greenwich dijuluki sebagai “the home of time”.

Kami lalu berjalan menyusuri King William Walk dan masuk ke kawasan Old Royal Naval College begitu keluar dari dermaga. Old Royal Naval College menjadi semacam kawasan pintu gerbang untuk mengeksplor Greenwich dan terbuka untuk umum.

Pada musim gugur seperti saat ini, daun-daun maple yang berserakan di atas rumput yang hijau di taman menjadi daya tarik tersendiri bagi orang-orang, turis maupun warga London, yang datang ke kawasan Old Royal Naval College.

Buat kami, kesempatan melintas di kawasan ini tentu saja tak bisa dilewatkan tanpa foto-foto dengan berbagai pose.

Sementara itu, di atas dedaunan maple yang berserakan di taman, banyak pengunjung yang duduk sambil bercengkerama dengan teman, pasangan, atau anak-anaknya. Seorang ibu, misalnya, berlarian bersama anaknya yang kira-kira masih berusia 4 tahun di taman itu sambil bermain gelembung balon. Keceriaan di wajah mereka menghangatkan hati dan tubuh saya di tengah udara dingin Greenwich.

Kami lalu melangkah cepat, mengejar waktu.

Banyak tempat yang bisa dieksplorasi saat berkunjung ke Greenwich. Satu hari rasanya pun tak cukup untuk menikmatinya.

Namun, jika pengunjung hanya punya waktu setengah hari mengeksplor Greenwich, itu juga sudah cukup. Pastikan Anda tiba di Greenwich persis setelah jam makan siang atau sekitar jam 13.00 waktu setempat. Pasalnya, pada musim gugur dan dingin, langit di Greenwich sudah mulai gelap pada pukul 17.00. 

Apa saja yang bisa dikunjungi dalam waktu setengah hari?

1. Old Royal Naval College

Bangunan yang berdiri pada tahun 1694 atas instruksi Queen Mary II itu awalnya merupakan Royal Hospital for Seamen at Greenwich, sebuah rumah sakit untuk merawat para pelaut yang terluka. Lalu, bangunan ini berubah fungsi menjadi Greenwich Hospital, rumah peristirahatan bagi para pensiunan Angkatan Laut Kerajaan atau Royal Navy. 

Bangunan bergaya arsitektur barok karya agung Christopher Wren ini lalu berubah fungsi lagi menjadi kampus Royal Naval College. Hingga kemudian sejak tahun 1999, University of Greenwich menyewa sejumlah lokasinya sebagai tempat belajar mengajar selama 150 tahun.

Klasiknya gaya arsitektur Old Royal Naval College menjadi daya tarik tersendiri. Meski terbuka untuk umum, biasanya para pengunjung hanya berkeliling kompleks bangunan ini sambil foto-foto. Lalu silakan memilih spot untuk piknik di taman rumput di kawasan ini untuk sekadar berjemur, membaca buku atau bercengkerama dengan teman atau keluarga.

Biaya : gratis
Jam operasional : 10.00-17.00

2. National Maritime Museum

Di seberang bangunan Old Royal Naval College, terdapat National Maritime Museum yang mencatat kejayaan kekuatan maritim Inggris di masa lalu.

Berkeliling di museum ini berarti menjelajahi kehidupan para pelaut Inggris, mulai dari pertempuran Trafalgar dan Perang Dunia I hingga karya seni Joseph Mallord William Turner, pelukis tersohor asal Inggris dari era Renaissance, yang terinspirasi dari laut serta penemuan baru dan kehebatan dari sisi engineering pasukan laut Inggris pada masa lampau.

Biaya : gratis (kecuali pameran tematik)
Jam operasional : 10.00-17.00 waktu setempat

Cutty Sark adalah kapal layar pembawa teh yang masih ada wujudnya hingga saat ini. Pada masanya, tempatnya pada abad ke-19, Cutty Sark dikenal sebagai kapal tercepat.

Cutty Sark dibangun di Skotlandia pada tahun 1869 dan dirancang untuk membawa teh secepat mungkin dari China ke Inggris. Kapal ini memecahkan rekor dengan melakukan perjalanan keliling dunia dan mengunjungi setiap pelabuhan besar dunia.

Di Greenwich, kapal ini sudah berfungsi sebagai museum. Pengunjung bisa melihat benda-benda kenangan Cutty Sark pada masanya, mulai dari cangkir teh buatan Royal Doulton dari Perang Dunia II hingga instrumen navigasi yang pernah digunakan lapal ini. Kenangan ini disajikan interaktif, terutama untuk anak-anak. Selain itu, sekarang Cutty Sark juga dijadikan tempat pertunjukan teater.

Biaya : 11,5 pounds (dewasa) dan 5,95 pounds (anak)
Jam operasional : 10.00-17.00

4. Afternoon Tea di The Fan Museum

Sebenarnya, ini adalah tempat pertama yang kami kunjungi begitu kapal Thames River Service merapat di Greenwich Pier. Kami berjalan melintasi taman Old Royal Naval College lalu keluar di sisi lain kompleks ini menuju Crooms Hill dan mencapai museum ini dalam waktu 15 menit dengan berjalan kaki. Itu sudah termasuk foto-foto sekitar 5 menit.

The Fan Museum adalah museum tentang kipas yang dibuka pada tahun 1991. Ada sekitar 4.000 koleksi yang dipajang, mulai dari kipas klasik dari abad ke-10 hingga kipas dengan gambar ala street-art kekinian. Di toko suvenirnya, ada pula kipas asal Indonesia bermotif batik yang dijual dengan harga 4,5 pounds atau sekitar Rp 81.000.

Namun yang tak kalah menarik dari museum ini adalah aktivitas afternoon tea, tradisi minum teh ala orang Inggris pada sore hari, di sebuah ruangan semacam kafe berdinding kaca yang terletak di antara tanaman jeruk di belakang The Fan Museum yang kerap disebut orangery.

Di ruangan ini, ada sekitar 7 meja yang hampir penuh sore itu. Kami yang sudah memesan meja sebelumnya langsung duduk di meja dekat pintu. Tiga perempuan berusia 50-an dan berpenampilan elegan mengisi meja sebelah kami.

Pelayan lalu menawarkan pilihan teh kepada kami, antara lain black tea atau English Breakfast. Dia juga menyebutkan kopi sebagai pilihan. Lalu datanglah sejumlah teh dan secangkir kopi untuk kami hanya dalam beberapa menit.

“Orang Inggris biasa meminum teh dengan susu,” kata Bianka sambil menuangkan teko kecil berisi susu cair ke cangkir tehnya.

Setelah itu, kudapan khas Inggris yang melengkapi afternoon tea berdatangan, mulai dari Victoria Sponge, lemon drizzle cake atau salted caramel brownie serta scone dengan clotted cream dan selai buah. Kudapan-kudapan ini diletakkan di rak susun berwarna putih yang klasik.

Favorit saya, tentu saja scone, kudapan khas Inggris, yang teksturnya ringan, lembut dan tidak terlalu manis berlapis selai buah yang agak asam.

Itu pun sudah termasuk 4 pounds sebagai biaya masuk museum kipas karena tiketnya dijual sebagai paket. Biasanya, paket afternoon tea di London dibanderol dengan harga minimal 20 pounds.

Biaya : 12 pounds atau Rp 216.000 (tiket masuk museum dan paket afternoon tea)
Jam operasional : pukul 13.45, 14.15, 15.15, 15.45 (Selasa dan Minggu), atau mulai dari 12.30 hingga 16.00 (Jumat dan Sabtu), hari lain tutup

5. Royal Observatory Greenwich

Dari The Fan Museum, kami berjalan melewati satu sisi Greenwich Park yang sangat luas, lalu mendaki menuju Royal Observatory. Kira-kira 600-an meter dalam waktu sekitar 10 menit. Agak berat karena menelusuri jalan mendaki di tengah udara dingin.

Dari jalan pendakian, kami bisa melihat megahnya kompleks bangunan Greenwich Palace. Kesempatan menikmati pemandangan itu pun tak kami lewatkan dengan berfoto-foto.

Dalam beberapa langkah ke atas, kami sudah tiba di gerbang Royal Observatory Greenwich. Nama tempat itu berada di atas sebuah jam analog berwarna putih yang menempel pada tiang berlapis bata merah.

Di samping tiang itu, ada pagar tinggi terdiri dari sejumlah tiang besi berwarna hitam membatasi area luar dan dalam Royal Observatory. Dari balik pagar terlihat jelas para pengunjung asyik memotret ke arah bawah.

Kami pun masuk setelah membayar tiket. Saya langsung bergegas menuju tempat sejumlah pengunjung ramai berfoto di pekarangan Royal Observatory Greenwich. Rupanya, mereka memotret dua lempeng baja yang membentuk garis lurus dengan nama kota-kota di dunia dan letaknya dalam garis bujur.

Dua lempeng baja ini merupakan lambang dari garis meridian atau garis imajiner yang membelah dunia menjadi bujur barat dan timur. Sepasang kekasih berwajah Asia Selatan asyik berfoto di depan tulisan Mumbay di sisi kanan garis meridian.

Lalu saya menemukan nama “Jakarta 106°49'E” dan ikut asyik memotret. Saya pun harus berulang kali memotret karena sepatu pria yang memotret kekasihnya di depan nama Mumbay masuk ke dalam foto saya.

Selain garis meridian, di observatorium ini, pengunjung bisa mengekplorasi Flamsteed House, John Harrison’s timekeepers, Camera Obscura, dan the Great Equatorial Telescope, juga mendapatkan layanan audio guide gratis.

Biaya : 5,55 pounds hingga 8,5 pounds dan tambahan 5,5 pounds hingga 8 pounds (untuk pertunjukan di planetarium)
Jam operasional : 10.00-17.00

*** 

Tepat pukul 17.00, kami keluar dari Royal Observatory. Langit sudah mulai gelap dan kami bergegas pulang. Jika mengantongi tiket cruise tour pulang pergi, pastikan Anda berada tepat waktu di Greenwich Pier sebelum kapal berhenti beroperasi

Untuk para pengunjung yang ingin menyediakan lebih banyak waktu untuk mengeksplor Greenwich, masih banyak tempat lain yang bisa dikunjungi seperti Queen's House yang merupakan bagian dari Greenwich Palace, tempat King Henry VIII lahir dan tinggal bersama keluarganya, hingga Greenwich Market.

Sementara itu, luas Greenwich Park sendiri mencapai 74 hektar dan tak bisa dijalani dalam waktu sebentar. Ingat, jika jalan-jalan ke Greenwich, gunakan sepatu yang nyaman dan hindari heels atau sepatu yang mudah membuat kaki cedera.

Selamat bersenang-senang di Greenwich, “the home of time”....

https://travel.kompas.com/read/2017/11/13/090700827/setengah-hari-di-greenwich-menapak-garis-meridian-dan-menyeruput-afternoon

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke